Chapter-- 15

97 10 13
                                    

Pria itu membuka pintu kamar berwarna biru lalu berjalan mendekati sebuah ranjang dan menghempaskan tubuhnya. Awalnya ia ingin berteriak mencari pemilik kamar tersebut, namun setelah suara gemiricik air dari arah kamar mandi terdengar, dia menghela tubuhnya senyaman mungkin.

"Kau tahu, Jen?!" teriaknya mengimbangi suara air agar yang di dalam sana mendengarnya.

"Mark? ya ampun, kau masuk kamarku tanpa ketuk pintu lagi?" Sahut Jeno dari balik pintu kamar mandi.

"Sudah biasa juga, sensi amat sih!"

Kemudian suara gemericik itu hilang. Menyisakan hening beberapa detik sebelum Mark mengeluarkan kembali kalimatnya.

"Aku berhasil mengatakan kalimat itu pada Dabin."

"Kalimat apa? kalau ngomong itu yang jelas."

"Ya.. kurasa kau sudah tahu." Lirih Mark.

Setelahnya Jeno keluar dari dalam kamar mandi dengan memakai celana kolor selutut dan kaos putih pendek dengan rambutnya yang masih basah. Laki-laki itu menyeka air di kepalanya menggunakan handuk sambil berjalan menuju meja belajar.

"Kalimat apa, ayo katakan padaku." Jeno membalik tubuhnya dan menghadap Mark yang masih terlentang di atas tempat tidur nyamannya.

"Kau tampan, pantas saja Dabin suka padamu."

Jeno menaikkan alisnya sebelah lalu meletakkan sisirnya sembarangan di atas meja belajar. "Apa sih, emang dari dulu kali."

"Kau masih suka padanya?"

Mark menduga jawaban Jeno adalah tawa kecil yang begitu merdu. Dan benar saja, Jeno lantas terkekeh lalu melempari wajah Mark dengan handuk basah miliknya. "Sudah kulupakan, lagipula aku sudah benar-benar tulus mencintai Herin."

"Kau yakin?"

"Yakin, Mark."

Mark mengangguk setuju dengan wajah yang masih tertutup handuk putih tanpa berniat membuangnya jauh. Jeno sampai menahan tawanya melihat kelakuan aneh sepupunya itu.

"Jen, aku sudah mengatakan hal itu padanya."

"Hal itu apa? kau mengatakan kau suka padanya? memangnya kau berani?"

"Iya."

Merasa terkejut seperti mendengar suara ledakan, Jeno membuang asal handuk dari wajah Mark dan memperhatikan mata sepupunya itu.

"Wah.. Luar biasa!"

"Aku gitu lho."

"Lalu jawaban Dabin apa?"

"Dia mengira aku bercanda."

"Pfthahha..." Sumpah, melihat wajah Mark saat ini siapapun pasti akan langsung tertawa lepas seperti Lee Jeno.

"Ya makanya aku ke sini tuh mau minta solusi, bukan ditertawakan, Lee Jeno." Mark bangkit dari posisi tidurannya dan duduk menyamakan posisi Jeno.

"Solusi apa sih, kau saja sudah punya pacar."

"Ah, iya... Kim Sungkyung." Desah Mark. Ia jadi merasa telah berbuat jahat pada gadis itu.

"Bodoh, putuskan saja."

Plak. Mark tidak segan memukul pipi Jeno hingga pemiliknya meringis tertahan.

"Solusi macam apa itu?" Geram Mark.

"Pergi saja sana ah, di kasih saran malah mukul. Nggak asik banget sih."

"Ya maaf maaf, tadi tuh reflek Jen--" Mark menjulurkan telapak tangannya mengelus pipi Jeno yang kena pukulannya beberapa detik yang lalu, tentu saja langsung Jeno tepis karena kesal.

Couple Exchange [Completed]Where stories live. Discover now