Chapter-- 5

124 11 21
                                    


Gadis itu sesekali menatap ke atas langit. Menyaksikan gelapnya malam yang tidak dihadiri sang bintang. Sesekali juga mengeratkan pelukan tangannya sendiri karena terasa sangat dingin.

Berlari dari rumah dalam keadaan menangis, tidak sempat mengambil mantel hingga Sungkyung merasa ia akan membeku di luar.

Tapi, ia tidak akan bisa menghentikan tangisnya jika tidak menemui Jisung.

Embusan napas dan isak tangisnya berpacu menunggu pintu dari rumah besar di depannya terbuka.

Tiba-tiba Sungkyung mengusap kedua pipinya saat pintu itu terbuka dan wajah Jisunglah yang pertama kali dilihatnya.

"Sungkyung..." Jisung terperangah melihat siapa yang kini berdiri di hadapannya dengan kedua tangan menggenggam kerah sweater biru muda yang dikenakan dan mata merahnya.

"Astaga.. Di luar sangat dingin. Ayo masuk ke dalam" laki-laki itu bisa menebak apa yang terjadi pada Sungkyung. Jadi ia tidak akan bertanya apa-apa lagi. Karena yang dibutuhkan gadis itu adalah tempat menumpahkan tangisnya.

Jisung perlahan membawa punggung Sungkyung agar memasuki rumahnya.

"A-aku.. Aku mau ke kamarmu, Ji-Jisung." ujar Sungkyung tersendat.

Jisung mengangguk. Ia sangat mengerti kenapa Sungkyung malah meminta naik ke kamar Jisung. Karena gadis itu tidak akan mau keluarga Jisung melihatnya menangis. Bukan apa-apa, terlalu merepotkan membuat Sungkyung malu pada dirinya sendiri.

"Ayo ayo..."

Keduanya melanjutkan langkah menaiki tangga dan memasuki kamar Jisung. Selama melangkahkan kakinya, air mata terus menetes membanjiri kedua pipi Sungkyung.

Jisung bingung harus melakukan apa. Sungkyung terus saja menjatuhkan air matanya. Bahkan setelah gadis itu duduk di pinggir tempat tidurnya.

Dengan inisiatifnya sendiri Jisung membaluti punggung Sungkyung dengan selimut yang terlipat rapih di atas bantalnya.

Gadis itu masih menunduk dan tidak mempedulikan perlakuan Jisung. Membuat laki-laki itu kebingungan. Meskipun ini bukan pertama kalinya Sungkyung menangis, tapi rasanya tetap sama. Jisung tetap merasa tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengurangi kesedihannya.

"Sungkyung... Kau sudah makan?" tanya Jisung yang percuma sebenarnya. Gadis itu malah terus terisak.

"Sooyoung noona baru saja membuat cup cake. Tunggu sebentar ya, aku akan ambilkan untukmu. Kau pasti suka, rasanya sangat manis mirip seperti gulali." Ujar Jisung.

Laki-laki itu lantas berbalik dan keluar dari kamarnya. Tapi, saat di ambang pintu ia kembali menatap Sungkyung. Gadis itu, ke mana sikap menyebalkannya?

Tiba-tiba saja mata Jisung terasa sangat perih. Seakan ada sesuatu yang memaksa ingin meledak. Melihat Sungkyung menangis begitu dalam, dada Jisung berdenyut nyeri.

Sebelum pertahanannya luruh Jisung kembali menjauhi kamarnya. Bergerak menuju dapur yang ternyata ada ibunya tengah mencuci piring bekas makan malam.

"Jisung... Siapa yang datang tadi? Bukankah ada tamu?" tanya ibu Jisung sembari meniriskan mangkuk yang baru saja ia bilas.

"Sungkyung, eomma."

Mendengar nama Sungkyung disebut, Yoona yang semula berbicara tanpa menatap wajah putranya segera meninggalkan piring-piringnya dan mendekati Jisung.

"Dia menangis?"

Jisung mengangguk. "Iya, eomma."

"Eomma ingin melihatnya, di mana Sungkyung?"

Couple Exchange [Completed]Where stories live. Discover now