PART 26 : PUDAR

5.1K 1K 421
                                    

Dia yang kamu harapkan, hanya dapat memberi tangisan dan pengkhianatan.

***

Entah sudah berapa lama Dewangga mengamati layar ponselnya. Ia sengaja membelokkan kemudi, mencari jalan yang lengang untuk menepi. Niat awalnya ingin cepat-cepat menghubungi Gembulan. Tapi sudah bermenit-menit yang lalu tangan Dewangga tertahan di atas layar. Beberapa kali ia mencoba menulis sesuatu, namun kemudian dihapus lagi, diedit, tulis ulang.

Begitu seterusnya...

Macam melakukan hal tak berfaedah yang hanya membuang-buang waktu saja.

"Bener ini no lo, kan? Gembulan?"

Setelah memeras otak sekian lama, sebaris kalimat berhasil ditulis Dewangga. Tak lama menunggu, chat yang baru saja dikirimnya berubah menjadi simbol dua centang berwarna hitam.

Masih item, aman... Awas aja kalo udah centang biru tapi nggak dibales.

Dewangga baru saja ingin menstater mobilnya, sebelum nada chat masuk ke WhatsApp nya terdengar. Cepat-cepat ia menekan tombol open begitu membaca nama yang muncul di baris atas layar ponselnya.

"Lo dapet nomer gue darimana?"

"Dari Gema..."  Dewangga menghapus dua kata yang sudah ia tulis, lalu diralat berulang kali sampai menemukan kalimat yang paling pas, "ya, cari tahu sendirilah."

Dua centang biru.

Mampus. Kenapa nggak dibales lagi? Apa gue salah ngomong?

Bola mata Dewangga berputar, berusaha mencari cara agar percakapan via chat itu terus berlanjut. Saat tatapannya tanpa sengaja terlempar ke kursi belakang, senyum di wajah tampan laki-laki itu mengembang.

"Boneka-boneka lo dari JamZone, kemarin ketinggalan di rumah sakit. Ini ada di gue, mau lo ambil kapan?" Usai menekan tombol enter, Dewangga meletakkan ponselnya ke kursi kosong di sebelahnya.

Di tempat lain, Rose memandangi layar ponselnya sembari menghela napas panjang. Lagi dan lagi. Untuk kesekian kalinya, ia harus terperosok dalam drama yang dimainkan Gemaya. Sampai kapan harus seperti ini?

Sudah sejak lama Rose memang ingin memiliki teman lelaki-selain Jekson, tapi bukan seperti ini caranya. Ia tidak mau ada campur tangan dari Gemaya. Terakhir kali Rose bercerita pada Gemaya bahwa ia menyukai senior dari Fakultas Olahraga bernama Faizal. Untuk urusan pdkt dengan Faizal, Rose mendapat banyak bantuan dari Gemaya.

Alih-alih bisa jadian dengan mudah, Faizal malah terang-terangan menyatakan rasa sukanya pada Gemaya.

Semenjak kejadian itu, Rose menutup diri. Ia semakin tidak percaya diri. Mau mengkambing-hitamkan Gemaya juga tidak mungkin. Hari-harinya hanya dihabiskan di kamar kos, membuat sketsa baju sebanyak-banyaknya. Ia jadi malas dekat lagi dengan lelaki, sampai sekarang.

"Mau lo ambil, atau gue loakin aja?"

Rose membaca chat yang baru masuk ke what's appnya. Bibirnya tanpa sadar mengulum senyum. Chat singkat dari Dewangga seolah bisa menjadi mood makernya di sore itu, setelah hari-harinya terasa penat oleh deadline gaun yang akan dikenakan Gemaya untuk acara Pekan Seni.

Apa ini kesempatan gue buat bisa deket sama cowok lagi?

Jari-jemari Rose bergerak lincah di atas keypad, mengetik cepat balasan untuk Dewangga. Selalu saja ada topik seru yang diperbincangkan keduanya. Sampai tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Dewangga membeliak saat melihat deretan angka di mobilnya menunjukan jam 17.30.

GEMAYA (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now