PART 16 : TERCEMAR

6.5K 1.3K 300
                                    

Kebodohan terbesar seseorang adalah mempersalahkan takdir ketika sedang tertimpa musibah.

***

Gemaya memasuki ruang kelasnya dengan wajah bingung. Ia sempat ragu, hendak berbalik lagi karena takut salah masuk kelas. Pagi itu dosen pengampu mata kuliah Ilmu Bahan Busana, jelas-jelas belum datang. Tapi suasana kelas Gemaya benar-benar sepi seperti kuburan.

Sebagian mahasiswi berkumpul di bangku depan, mengerubungi ponsel milik entah siapa. Sedangkan mahasiswi yang lain khusyuk menonton sesuatu di ponselnya masing-masing.

"Lo lagi nonton apa, sih?" Gemaya mendekati salah satu mahasiswa.

Nando mendongak dengan air muka tak bersahabat, merasa terusik. Namun setelah melihat Gemaya yang berdiri di sampingnya, ia buru-buru bergeser.

"Sssst, yang lagi viral, nih, Gem. Sini kalo mau nonton bareng." Nando menepuk-nepuk kursisa yang hanya tersisa sejengkal tangan.

"Ndo, itu sempit banget, deh, kayaknya." Gemaya merespon kikuk. "Gue ambil kursi -"

Di luar dugaan, Nando segera beringsut dengan sukarela. "Lo duduk sini, aja. Gue tarik kursi dulu."

Di dalam hati, Gemaya mengagungkan dirinya yang sempurna. Memang jika ada di tubuh Gemaya, ia selalu diperlakukan bak putri raja yang disayangi banyak orang, dimanja, dituruti apa pun kemauannya tanpa ia meminta lebih dulu.

"Nah, lo nontonnya dari awal aja, Gem. Seru banget sumpah." Nando menarik kursi di belakang Gemaya sembari menyodorkan ponselnya pada gadis itu. "Udah viral sampe disiarin berita TV, kok."

Gemaya memerhatikan layar ponsel Nando dengan saksama. Lalu tak lama setelahnya, muncul sebuah video berdurasi kurang lebih tiga puluh detik.

"Suaminya ketahuan selingkuh, Gem. Nah, si ibu ini mergokin sendiri waktu suaminya jalan bareng sama cem-cemannya." Nando menjelaskan penuh semangat.

Gemaya mengalihkan tatapannya dari ponsel. "Cem-ceman?"

"Maksudnya selingkuhan suaminya itu loh," jawab Nando sembari meringis. "Dari rumah, si istri ngikutin mobil suaminya. Ijinnya berangkat kerja, ternyata masuk tol mau ke luar kota."

Lima detik terlewati, rekaman di video itu hanya menyorot situasi jalanan tempat perkara terjadi. Sesekali terdengar suara si perekam yang memanggil-manggil nama temannya untuk diajak nonton bareng drama sepasang suami istri itu.

Lalu lama kelamaan, kamera milik si perekam semakin terfokus. Zoom in ke wajah si pelakor yang dipaksa ke luar dari mobil oleh istri si pengemudi.

"Nah, ini Gem! Ini tukang selingkuhnya! Halaaahh sok ganteng parah. Udah tuwir sama keliatan katrok gitu," tukas Nando tampak gemas. Tangannya terkepal. "Katanya nih ya, si pelakor itu sosialita."

Mendadak pandangan Gemaya buram. Tangannya yang menggenggam ponsel Nando berkeringat. Pasti, iya yakin penglihatannya sedang terganggu.

Tidak mungkin..
Mustahil..

Mata Gemaya terasa pedas. Tidak salah lagi, sosok wanita di video itu memang orang yang sangat dikenalnya, sang Mama.

Parahnya lagi, posisi Mamanya adalah sebagai tersangka, bukan korban. Ya, Mama Gemaya, si pelakor, yang dihujat habis-habisan oleh teman-teman satu rombelnya. Oh, ralat. Bahkan mungkin sekarang, seluruh orang di muka bumi ini sedang menyumpahi Mamanya macam-macam.

Sekujur tubuh Gemaya dibanjiri keringat diri. Sepasang tangannya bergetar hebat.

"Gem? Lo kenapa?" Nando meliriknya cemas. Saat bersenggolan dengan Gemaya, ia bahkan merasa pergelangan tangan gadis itu berkeringat. "Mau gue anter ke klinik?"

GEMAYA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang