PART 4 : MELEBAR

9.9K 2K 515
                                    

FYI, kalo lapak Gemaya masih sepi, gue pending lagi ah post VaniLatenya 😂
Jangan kalem-kalem dih, lebih seneng klean bar bar kek biasanya.

***

Tak jauh dari tempatnya berdiri, sosok gadis yang memiliki body sebelas dua belas dengan Gemaya, menatapnya dengan wajah beringas.

Baru saja hendak beringsut dari sana, sebuah cekalan menahan Gemaya. Namun di luar dugaan, tangan Dewangga tidak kuat menahan tubuhnya sendiri dan malah ikut terseret beberapa meter mengikuti arah berlari Gemaya.

"Ah, lo ngapain sih ngikutin gue?" Gemaya berbalik, menatap Dewangga yang tampak kesakitan.

"Sumpah gue keseret ini." Walau wajahnya merah karena kesal, Dewangga tidak benar-benar marah.

"Ya siapa suruh lo narik-narik gue?" Niatnya mau marah, tapi pemandangan di belakang Dewangga membuat Gemaya jadi belingsatan sendiri.

Tamat sudah riwayat Gemaya.

Ia tak punya waktu lagi untuk melarikan diri.

Siap-siap ketangkap basah ngembat daster orang dah.

Sambil melangkah lebar-lebar, gadis pemilik daster itu tak melepaskan tatapan tajamnya dari Gemaya.

"Kenapa daster ini bisa ada sama lo?" Fira menarik ujung daster yang dikenakan Gemaya dengan ibu jari dan telunjuknya. "Tadi pagi masih ada di jemuran kosan gue, loh."

Tangan Gemaya mengepal erat di samping badan. Ia sangat ketakutan. Di hari-hari biasa, dengan tubuh ramping dan wajah cantiknya, orang-orang tidak akan berani menghakiminya seperti sekarang. Bahkan meski ia di pihak yang salah, masih akan ada beberapa suara membelanya.

Tapi sekarang? Harus minta bantuan siapa?

"Ini punya gue, kok. Lo nggak usah ngaku-ngaku, ya? Yakali gue ngembat daster kumel kayak gini," jawab Gemaya ketus.

"Lo tu yang bokis," tukas Fira tak mau kalah. "Ini ukurannya sama persis kayak punya gue. Terus di bagian dekat pantat nih, warnanya pudar karena kelunturan baju lain."

Glek..

Keringat dingin membanjiri telapak tangan Gemaya. Ia tidak tahu harus berkilah dengan cara apalagi.

"Mbak.. mbak.. " Dewangga yang sok kenal, menepuk-nepuk pundak Fira. "Jangan main nuduh, dong. Daster beginian di Tanah Abang banyak kaliiik."

Fira bersiap menumpahkan amarahnya. Namun begitu Dewangga menoleh, makiannya yang sudah menggantung di ujung lidah tertelan lagi.

"Sekarang lo coba cek dulu daster lo masih ada di jemuran atau nggak," perintah Dewangga sok bossy. Padahal jelas-jelas ia tidak mengenal gadis itu. "Nah, gue sama ni cewek nunggu di sini. Kita nggak bakal kemana-mana, kok."

Tanpa dipaksa, Fira langsung mengangguk patuh. Ia berbalik, melenggang menjauhi dua manusia pendusta itu untuk melaksanakan mandat dari Dewangga.

"Udah aman?" tanya Dewangga dengan suara lirih. Sepasang matanya menyipit. "Ayo, buruan ikut gue."

Mau mengajak Gemaya berlari, tapi Dewangga tahu itu akan sangat menyiksanya. Jadi mungkin jalan cepat adalah pilihan paling tepat, jika ia tidak ingin kerepotan menggendong Gemaya yang jatuh pingsan karena kelelahan diajak berlari.

"Mau ke mana?" Meski mau diculik cogan sekali pun, Gemaya tidak boleh pasrah begitu saja. "Lo mau bawa gue ke mana?" tanyanya penuh waspada.

"Maunya ke mana?" Dewangga malah balik tanya.

Gemaya merasakan pipinya memanas begitu Dewangga membawanya ke area yang sepi. "Ke KUA," jawab Gemaya sambil meringis.

"Dasar mesum." Sebuah tonyoran dilesatkan Dewangga ke dahinya. "Gue cari tempat sembunyi, bego."

GEMAYA (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now