PART 17 : SESUMBAR

6K 1.2K 226
                                    

Sebelum baca part ini, aku mau tanya dulu dong.
Kalo aku mau buka RP Gemaya Gembulan, kira-kira pada minat nggak ya? Hehe

***

Gemaya menatap belasan hansaplast yang berada di pangkuannya. Sorot matanya memang tertuju ke satu arah. Tapi isi kepala gadis itu berkeliaran kemana-mana.

Akibat tidak bisa fokus saat mengikuti jam perkuliahan praktek menjahit, jari-jemarinya yang menjadi korban. Entah kali keberapa telunjuknya tertusuk jarum mesin jahit selama mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Menjahit. Walau setelah bertemu Jekson ia terlihat lebih tenang dari sebelumnya, tapi siapa yang bisa menebak hati gadis itu sebenarnya?

Bagi Gemaya, popularitas segalanya. Image adalah harga mati. Kalau sampai netizen dan wartawan tahu jika wanita di video viral itu adalah Mamanya, tamat sudah karir Gemaya dalam sekejap.

"Lo mau jualan hansaplast apa gimana, dah?" celetuk sebuah suara dari balik tubuh Gemaya.

Saat menoleh ke belakang, Rose langsung menyuguhinya sebuah senyuman. Ya, senyum seorang sahabat yang ampuh untuk menenangkan jiwa-jiwa yang sedang ingin berontak.

"Biasalah. Kalo gue kenapa-kenapa, beritanya langsung nyebar. Mahasiswa rombel lain langsunga pada rebutan ngasih ini ke gue," jawab Gemaya jujur, tak sadar mulai menyombong lagi.

"Udah, Gem." Rose tiba-tiba mencekal tangan Gemaya yang hendak mengusap sesuatu di wajah. "Idung Lo udah merah, tuh. Ntar lama-lama idung lo ilang baru tahu rasa," tukasnya, hafal dengan kebiasaan Gemaya yang suka mengusap-usap hidung ketika dilanda kepanikan.

"Lo udah liat videonya?" tanya Gemaya. Seharusnya ia tidak perlu bertanya. Toh, video pelakor itu benar-benar sedang menjadi topik perbincangan hangat seantero kampus. Jadi mana mungkin Rose belum melihat versi lengkapnya?

"Udah, sih, cuma di bagian-bagian awal doang. Ya menurut gue, nggak penting juga ngurus hidup orang lain. Maksud gue, ketika seseorang memutuskan untuk melakukan sesuatu, dia pasti udah tahu baik-buruknya, apa dampak ke depannya juga. Urusan dia, ya tanggung jawab dia." Rose mengutarakan pendapatnya dengan hati-hati. "Meski orang itu, bagian dari keluarga kita."

Gemaya menarik napas panjang, mencerna setiap kata yang ke luar dari bibir Rose. Namun selang beberapa detik, suara Rose terdengar lagi.

"Tapi karena lo public figur, lo nggak bakal bisa bersikap bodo amat, Gem." Rose mencoba realistis. "Jadi saran gue, lo mending telepon Mama lo sekarang, dan minta stay dulu di rumah beberapa waktu ini."

"Rencananya nanti gue mau balik dulu, ngecek situasi di rumah." Gemaya mendesah lemah. "Ini gue juga lagi nunggu Jekson, kok. Lo mau ikut, nggak?"

Rose menggeleng pelan. "Akhir-akhir ini gue sibuk ngelesein tugas kelompok kita buat acara Pekan Seni di Fakultas Bahasa. Lo nggak tahu kan, progresnya udah sampe mana? Huuuu!" Bibir Rose mengerut sebal.

Gemaya meringis. Setengah bersalah, tapi juga merasa jika memang tugas Rose adalah mendesain, dan mengeksekusi project keduanya sampai akhirnya siap dipakai.

Lalu apa tugas Gemaya? Tentu saja untuk mempercantik keindahan gaun itu saat dipamerkan di atas panggung .

Adil, kan, pembagian tugasnya? Gue nggak cuma nitip nama doang, kok.

"Lo bikin dressnya yang bagus ya, yang pas juga di badan gue." Tiba-tiba Gemaya beringsut penuh semangat, seolah lupa dengan masalah yang baru menimpanya.

"Biar nanti waktu peragaan busana, gue makin bersinar bak putri dari kerajaan di negeri awan," tukasnya sambil berputar-putar ceria. Membuat berpasang-pasang mata tak lepas memperhatikan keindahan dari diri gadis itu.

GEMAYA (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now