PART 11 : BERSINAR

6.3K 1.3K 225
                                    

Gemaya mundur beberapa langkah.

"Ha? Jaket lo? Enak aja lo ngaku-ngaku!" sembur gadis itu.

Dewangga maju selangkah. Ditarik pelan kulit jaket di bagian lengan Gemaya. "Iya gue yakin ini jaket gue. Lo nyolong di mana? Di kosan Gembulan?"

Gluduk...gluduk...

Gemaya terjingkat. Guyuran hujan yang turun semakin deras. Ia ingin segera berteduh, namun cekalan tangan Dewangga di lengannya semakin erat.

"Kembaliin sekarang atau lo bakal nyesel," tegas laki-laki itu, lengkap dengan sorot mata mengintimidasi.

Gemaya benar-benar merasa terpojok, bingung sekaligus ketakutan. Baru kali ini Dewangga terlihat begitu geram. Saat di tubuh Gembulan, laki-laki itu selalu bersikap ramah, senyumnya tak pernah memudar, bahkan ia juga tidak segan-segan menunjukkan perhatiannya pada Gembulan.

Tapi kenapa ketika bersama Gemaya, sikap Dewangga sungguh jauh berbeda?

"Minggir woy!" gertak sebuah suara bersamaan dengan sentakan di lengan Dewangga.

"Kalo mau ngobrol jangan di tengah jalan, dong!" Suara lain menyusul.

Orang-orang yang berlalu-lalang di antara Dewangga dan Gemaya terlihat gusar. Keributan kecil itu tentu menguntungkan bagi Gemaya. Saat tatapan Dewangga teralihkan ke arah lain, ia mencoba mencuri kesempatan untuk melarikan diri.

Pertama-tama, Gemaya buru-buru melepas heelsnya. Setelah menarik napas panjang, ia segera berlari kencang menerobos derasnya hujan. Tak tahu harus bersembunyi di mana, gadis itu akhirnya terjebak di teras salah satu kelas yang juga dipenuhi sekumpulan mahasiswa yang berteduh.

"Eitssssss..."

Lantai yang basah juga licin, membuat Gemaya kesulitan menghentikan pacuan langkahnya. Ia kehilangan kendali sampai nyaris terjungkal di depan seorang mahasiswa yang duduk sendiri sembari menunggu hujan reda.

"Maaf, Kak." Gemaya mengangguk-anggukan kepalanya berulang kali.

Melihat ada sosok bidadari yang jarang ia temui di fakultasnya sendiri, Egy sontak beranjak dari duduknya.

"Lo youtuber mukbang itu, kan? Gemaya? Wihhhh emang bener ya aslinya langsing banget," tukas cowok bertubuh kekar itu sembari meneliti penampilan Gemaya dari ujung rambut sampai kaki. "Lo nyasar ke fakultas gue mau ngapain? Ah, iya! Nyariin gue, ya?" tanyanya sembari memainkan sebelah alisnya.

Mulai merasa tak nyaman, Gemaya menundukkan tatapannya. Pelan-pelan ia mundur beberapa langkah, sampai tanpa sadar bahunya membentur sesuatu.

"Gue cariin dari tadi, ternyata lo nyasar di sini?"

Senyum di bibir Gemaya terulas. Bola matanya kembali berbinar begitu mendengar suara yang sangat familiar di telinganya.

"Gue telepon lo berkali-kali, kenapa nggak diangkat, sih?" Gemaya langsung ngomel. Ia tidak perlu berbalik untuk memastikan siapa yang berdiri di belakangnya.

"Ya gue juga barusan bolak-balik telepon lo, kelesssss. Lo kemana aja? Perasaan FBS sama FIK cuma nyebrang doang," sungut Jekson yang tampak kesal namun tidak benar-benar marah.

Ia hendak mengajak Gemaya pergi ke kelas, sebelum sebuah pemandangan di gazebo mengusiknya.

"Itu Dewangga, kan?" Jekson menyipit. Sedikit tak yakin dengan penglihatannya yang terhalang derasnya hujan.

Gemaya mengangguk perlahan. "Gue tadi papasan," tukasnya lemah lalu mengibas-ngibaskan kepalanya dengan cepat, "malah sempet ngobrol juga, sih."

Jekson menatapnya tak percaya. "Dia nggak inget sama lo? Maksud gue... kirain abis kejadian di kantin itu, kalian bakal jadi musuh bebuyutan."

GEMAYA (SUDAH TERBIT)Där berättelser lever. Upptäck nu