PART 13 : MENCECAR

5.9K 1.3K 327
                                    

Uang memang tidak bisa membeli kebahagiaan. Tapi dengan uang, kau bisa saja membuat orang lain menderita.

***

"Ayo pergi dari sini." Tanpa menunggu persetujuan, Jekson mengamit tangan Gemaya.

Masih ada dua mangkuk yang tersisa di atas meja. Dan tentu itu membuat para penonton protes, menyoraki keduanya. Pergi sebelum Gemaya menghabiskan seluruh makanannya, sama saja dengan menyerah di tengah-tengah pertandingan. Secara tidak langsung, Gemaya gagal menyeledsaikan tantangan dari para mahasiswi prodi Broadcasting.

"Loh, Kak? Udah nggak muat ya perutnya? Tapi di video-video channel Kak Gemaya, aku liat kalo -" Fera belum selesai berbicara. Tapi Jekson langsung menarik Gemaya pergi dari sana dan membawa gadis itu menjauhi kantin.

"Jek, mau ngumpet di mana?" Gemaya celingak-celinguk. Berulang kali ia mengawasi area tubuhnya dari pinggang ke kaki, untuk memastikan ia belum bertransformasi menjadi Gembulan.

Jujur saja, Jekson juga bingung. Pikirannya buntu. Ia sedang berada di gedung dan area yang biasa dilewatinya setiap hari. Tapi rasanya tak ada satu pun tempat aman, yang bisa menyembunyikan sosok Gembulan dari ramainya suasana kampus hari ini. Kecuali....

"Ah, gue tahu, Gem!"

Jekson berlari kecil sembari berpikir. Mengingat-ingat apakah ada jalan lain yang bisa memangkas jarak dari tempatnya berlari sampai ke gudang belakang, tempat penyimpanan alat-alat olahraga yang tidak lagi terpakai.

"Nah belok sini," ucap Jekson memberi komando.

Tepat ketika keduanya melewati lorong yang benar-benar sepi karena terletak di belakang gedung, Jekson merasa tarikan di tangannya mendadak semakin berat.

Glek

Napas laki-laki tertahan. Ia menoleh pelan sembari memejam dengan perasaan was-was.

"GEM - ?" Nyaris Jekson berteriak. Untung saja, Gembulan cepat-cepat membekap mulutnya. "BULAN.." lanjut Jekson dengan suara lebih lirih, begitu Gembulan menurunkan tangannya.

Tak ingin berlama-lama lalu tertangkap basah mahasiswa lain, Jekson bergegas mengajak gadis itu masuk ke ruangan kecil yang kuncinya sengaja digeletakkan di dekat jendela.

Karena tak ada benda berharga di dalamnya, petugas cleaning service jurusan Olahraga, membebaskan siapa pun yang ingin masuk ke sana. Asal tidak membuat isi gudang berantakan, dan tetap dikunci lagi usai menggunakan ruangan itu.

"Astaga! Baju lo Gem..." Jekson mengamati kemeja yang dikenakan Gembulan. Dua kancingnya terlepas. Ada robekan kecil di bagian lengannya juga. "Duh, zina mata dah, ini. Tapi kalo nggak gue liat kok mubadzir."

Gadis itu bercerita dengan napas tersengal. "Ini kemeja gue beli kemarin waktu ke Mall, ukurannya XXL. Sengaja gue iket di bagian lengan dan bawah kemeja, biar nggak keliatan kedodoran di badan Gemaya."

Sembari menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak, Gembulan menarik napas panjang. Berusaha mengais-ngais oksigen yang mendadak menipis sesaat setelah ia berada di dalam gudang.

"Nggak tahunya begitu gue berubah jadi Gembulan, ternyata kemejanya masih nggak muat. Sempit banget, anjirrrr."

Entah sudah kali keberapa Gemaya mengeluh pada Jekson, perihal tubuh Gembulan yang membuatnya selalu berada dalam kesulitan.

"Yaudah, yaudah. Lo duduk aja, dah." Jekson mengedikkan dagunya ke kursi kosong yang ada di dekat pintu.

Gembulan menuruti penawaran laki-laki itu. Ia berjalan gontai ke arah pintu gudang yang tertutup. Rok panjangnya sedikit diangkat. Ikat pinggang yang tadi dikenakan ketika berada di tubuh Gemaya, terlempar entah ke mana begitu ia bertransformasi menjadi Gembulan.

Dan untungnya, rok yang dipilihnya hari itu, sangat pas dengan ukuran Gembulan.

"Rok gue aman, kan? Nggak ada yang robek?" Gembulan berputar-putar seperti princess di depan Jekson. Ingin mematut diri sekaligus memastikan apakah sikap Jekson sama seperti ketika ia berada di tubuh Gemaya.

Di luar dugaan, Jekson tampak kebingungan. "Iya, iya masih cantik," usai Jekson meresponnya, Gembulan duduk di depannya sembari tersenyum, "tapi lebih cantik lagi, kalo lo berhenti bikin video mukbang."

Brak

Kursi yang diduduki Gembulan tiba-tiba ambruk. Jekson bergegas ingin menolongnya. Namun tangan Gembulan segera menepisnya.

"Nggak perlu, gue bisa bangun sendiri." Gembulan tampak kesal mendengar ucapan Jekson sebelumnya. "Lo minta gue berhenti jadi youtuber video mukbang?"

Jekson termenung sejenak, lantas mengangguk. "Why not? Better emang gitu sih kalo menurut gue."

Gembulan mendengkus jengah. "Kenapa? Lo malu jalan sama Gembulan? Nggak pantes ya, kalo cowok keren yang punya body goals kayak lo, temenan sama cewek gembrot macem gue?"

"Lo ngomong apaan sih, Gem? Nggak ngerti gue," tukas Jekson. Meski Gembulan sempat menolak bantuannya, Jekson tetap mengulur tangan. Walau lagi-lagi ditepis.

Dengan susah payah, Gembulan akhirnya berhasil bangkit sendiri. "Lo yang kenapa? Gue ngerasa kayak..." jeda sesaat, Gemaya menarik napasnya dalam-dalam, "kesannya tuh, lo nggak mau nerima gue apa adanya. Lo maunya cuma temenan sama Gemaya, bukan Gembulan. Padahal dua sosok itu orang yang sama."

"Gue cuma nggak mau lo terus-terusan nyiksa diri lo sendiri, Gem." Jekson bingung. Harus menjelaskan seperti apa agar sahabatnya itu tidak salah paham?

"Tersiksa?" Gembulan tersenyum sinis. "Gue bisa hidup enak, berkat duit dari video-video mukbang gue. Lo tahu sendiri gimana mirisnya kehidupan gue sebelum akhirnya gue bisa youtuber, kan? Dan sekarang, seenak jidat lo minta gue berhenti di saat pencapaian gue udah sejauh ini?"

Jekson maju selangkah. Ingin berbicara lebih dekat dengan gadis itu. Di saat yang bersamaan, ia mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arah pintu. Ada sekelebat bayangan yang sempat berlalu lalang di jendela yang tertutupi tirai itu.

Ceklek

Belum sempat Jekson memberitahu Gembulan, suara engsel pintu yang perlahan terbuka, membuat keduanya tercekat.

"Gembulan?"

Suara renyah yang menyapanya, membuat hati Gembulan seketika jungkir balik. Tangan kanannya yang menenteng jaket hitam kepunyaan si pemilik suara, disembunyikan di balik badan.

"Lo kok di sini?" tanya Dewangga penasaran. Saat tatapannya mendapati sosok Jekson di samping Gembulan, raut wajahnya seketika berubah.

Dewangga cemburu?

Pipi Gembulan memanas. Bolehkah kalau ia mengira Dewangga menyukainya? Banyak bukti yang ia kumpulkan semenjak pertemuan pertamanya dengan Dewangga. Dan dari beberapa bukti itu, Gembulan menarik kesimpulan jika Dewangga memang benar-benar jatuh cinta dengan Gembulan.

Sekali lagi ia perlu menegaskan, pada GEMBULAN, bukan GEMAYA.

"Dia siapa, Gem?" Dewangga menunjuk Jekson dengan pandangan tak suka. "Kalian di sini nggak lagi pacaran, kan?"

Laki-laki itu ingin sekali membuka memo di ponselnya, untuk memastikan dugaan tidak salah. Bahwa sosok yang berada di samping Gembulan, baru kali pertama ia temui. Tapi rasanya tidak pas saja jika ia mengeluarkan ponsel dari dalam saku di situasi canggung yang sedang menyergapnya ketiganya itu.

Rambut model spike. Dia nggak terlalu tinggi, beberapa centi di bawah gue. Muka belagu, badan berotot dan keliatannya dia rajin banget olahraga. Hmm, bener-bener keliatan asing.

"Iya, gue pacarnya Gem..." Jekson mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Dewangga. "Gue pacarnya Gembulan."

***

Kalau kalian rame di lapak ini, nanti malem aku bakal post VaniLate.

Silahkan berbaik hati voment di sini :)

ILY 3000 DOLAR
Salam sayang,
Rismami_sunflorist







GEMAYA (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now