PART 6 : BERPENDAR

10.2K 1.7K 585
                                    

Pagi yang kurang bersahabat untuk Gemaya. Karena bangun kesiangan, ia tidak sempat mengecek barang bawaannya di dalam tas. Alhasil ketika sampai kampus, ia baru sadar kalau meteran, penggaris, dan gunting kesayangannya tertinggal di kamar kosan.

"Rose, pinjem satu, ya." Gemaya menghampiri meja Rose yang dipenuhi kain-kain polos. "Wih, bajunya udah jadi aja."

Awalnya Rose tetap fokus menjahit. Tapi karena Gemaya tidak kunjung kembali ke mejanya sendiri, ia jadi penasaran lalu mendongak menatap sahabatnya.

"Astagfirullah, Gem? Kantong mata lo?" Rose nyaris terjungkal dari kursinya.

Apalagi ukuran tubuhnya terbilang cukup berisi. Walau tidak segempal Gemaya ketika bertransformasi, tapi berulang kali ia berusaha untuk diet.

"Lo kenapa, sih? Nggak bisa tidur karena camilan di kosan abis? Yaelah, lo kan bisa order pake ojek online," decak Rose yang langsung menurunkan intonasi bicaranya karena dosen mata kuliah Dasar Seni dan Busana baru saja masuk ke ruang B3.

Gemaya kembali ke kursinya dengan membungkukkan badan. Bahunya turun. Seakan digelayuti beban yang beratnya mencapai ribuan ton.

Semalaman setelah Jekson pulang, sampai jam dua dini hari perutnya belum merasa lapar. Akibatnya, ia harus bolak-balik berganti posisi karena susah sekali tidur dengan ukuran tubuh versi Gembulan.

"Aduh!"

Berpasang-pasang mata seketika terpusat ke arah Gemaya. Dari kejauhan, sebagian wajah gadis itu terhalangi mesin jahit. Otomatis orang-orang di dalam kelas, kurang bisa melihat dengan jelas apa yang sebenernya terjadi pada gadis itu.

"Kenapa, Gem?" Rose juga ikut panik.

"Kena jarum, Beb." Gemaya meringis. Walau tidak terlalu sakit, tapi lumayan kaget juga.

Tanpa diminta, beberapa mahasiswa meninggalkan bangkunya. Berbondong-bondong mereka berebutan mengecek keadaan Gemaya.

"Lo nggak papa?" tanya Ezra.
Satria ikut menimpali. "Ih, jarumnya bego banget, ya."

"Lo mau gue bawa ke puskesmas?" Septian yang paling berlebihan.

Jurusan Tata Busana yang seangkatan dengan Gemaya, hanya memiliki lima manusia laki-laki. Dan kini seluruhnya ada di meja Gemaya. Menatap gadis itu dengan penuh kekhawatiran.

"Nih, Gem." Rose menyodorkan hansaplast. "Gue bawa banyak buat cadangan. Hehe."

Setelah Bu Meriana membubarkan kerumunan mahasiswa di meja Gemaya, beliau berdiri di depan kelas untuk memberi pengumuman.

"Dua Minggu lagi, akan ada acara Semarak Karya Universitas Garuda di Fakultas Bahasa dan Seni." Bu Meriana mengamati satu per satu muridnya yang menatap penasaran.

"Nah, Fakultas kita juga turut berpartisipasi." Melihat reaksi murid-muridnya yang antusias, Bu Meriana tersenyum kecil.

"Kalian buat kelompok masing-masing dua orang. Tema kali ini adalah pakaian musim panas, dan besok saat hari H, salah satu dari anggota kelompok akan menampilkan karyanya di atas panggung," kata Bu Meriana lantas terdiam sejenak untuk mengatur napas.

"Oh, jadi seumpama saya satu kelompok sama Gemaya," cowok yang duduk paling depan, Septian, melirik malu-malu ke arah gadis terpopuler di jurusan Tata Busana, "berarti di antara saya atau Gemaya tampil di atas panggung pakai baju hasil rancangan kita, Bu?"

Bu Meriana mengangguk kecil. "Kelompoknya kalian pilih sendiri, ya. Udah gede, pasti pada punya pilihan sendiri," ujar Dosen modis itu lalu duduk kembali di kursinya.

Usai Bu Meriana mengakhiri penjelasannya, seluruh mahasiswa yang duduk di deretan depan kompak menoleh ke arah Gemaya. Gadis itu tampak kebingungan, sepasang tangannya mengibas-ngibas.

GEMAYA (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now