PART 22 : TERKEJAR

5.2K 1.1K 217
                                    

Apa kabar? Baik-baik aja, kan?
(Daripada ngarep doi chat kayak gini, gue awalin dulu nih.)

***

Ara menengok ke sebelah kirinya, lalu beralih menatap cowok di sisi kanannya sembari menjawab, "dua-duanya, Kak."

Gembulan menegakan tubuhnya. "Dua-duanya Kakak kandung?" tanyanya sekali lagi untuk memastikan. Begitu Ara mengangguk dua kali, Gembulan menipiskan bibirnya sembari melirik Marcel. "Wah, kamu punya kakak yang bucin akut, Ar."

Ara menaikkan sebelah alisnya. Menatap Marcel dengan sorot bertanya. "Bucin?"

"Heh, nggak usah ngasih kosa kata yang aneh-aneh ke adek gue." Marcel menarik tangan Ara, namun langsung ditepis gadis cilik itu. "Lo pasti tahu dari awal kalo Ara itu adek gue, kan? Dan gara-gara lo dendam soal kejadian di JamZone tadi, lo pasti niat nyulik dia."

"Loh, kan, Kak Marcel sendiri yang ninggalin aku di JamZone! Untung aja aku ketemu Kak Gembulan."

Bibir Gembulan sudah setengah terbuka, ingin membela diri. Namun sahutan Ara lebih dulu terdengar di sela-sela makian kakak pertamanya yang tak berjeda itu.

"Hari ini, kan, tugas lo jagain Ara, Bang. Lo ke mana aja? Kok Ara bisa di sini sama Gembulan?"

Suara familiar yang sejak tadi ditunggu-tunggu Gembulan, menyapa telinganya. Berbeda dari Marcel yang datang-datang langsung memaki, kakak laki-laki kedua Ara dengan terang-terangan membela Gembulan.

"Tadi Ara pingsan di JamZone. Kata dokter, dia belum makan dari pagi." Gembulan menatap bergantian kedua laki-laki di depannya. "Ini udah gue beliin roti. Tapi kalo bisa, buruan ajak dia makan nasi biar lebih kenyang."

Dewangga mengulum senyum. "Jadi lo juga yang bawa Ara ke sini?"

Gembulan mengangguk dua kali kemudian menyampirkan tas ke pundaknya. Tampak ingin cepat-cepat beranjak dari sana sebelum dua laki-laki di depannya kembali berdebat. Namun belum juga melangkah, seseorang muncul dari kejauhan. Membuat Gembulan yang sudah bersiap pergi, kembali tertahan di tempatnya.

"Akhirnya ketemu juga.." Laki-laki itu berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Gembulan. "Ini punya Mbaknya, kan?"

Begitu sampai di depan Gembulan, laki-laki itu menyodorkan kantong plastik besar bening berisi tumpukan boneka, hasil dari Gembulan bermain di JamZone.

"Tadi ketinggalan di mobil saya, Mbak." Driver taksi online bernama Bambang itu, tersenyum ramah pada Gembulan. "Kalo gitu saya permisi dulu, ya, Mbak."

"Eh, bentar, Pak." Gembulan mencekal lengannya. Membuat Dewangga dan Marcel menoleh penasaran.

"Bapak punya anak perempuan?" tanya Gembulan ramah. Begitu pria itu mengangguk, Gembulan mengeluarkan dua boneka dari kantong plastiknya. "Buat anak bapak."

Marcel mendengkus jengah, merasa Gembulan cari muka. "Cih, pencintraan."

Sementara di sampingnya, Dewangga kehabisan kata-kata. Apa yang dirasakan oleh Dewangga, seolah tergambar jelas dari binar matanya saat ini. Bagi Dewangga, apa pun yang dilakukan Gembulan selalu membuatnya terkagum.

"Eh, beneran buat saya, Mbak?" Bambang menerimanya dengan wajah sungkan. "Soalnya setahu saya main penjepit boneka di JamZone, kan, susah banget. Nggak sayang kalo bonekanya dikasih ke saya?" tanya pria itu sekali lagi sembari mengamati logo JamZone yang menempel di kantong plastik bonekanya.

"Sulit apanya, Pak?" Marcel tiba-tiba menimpali dengan nada tinggi. "Dia bersin doang, bonekanya langsung ke luar dari box."

Bambang terkekeh. Gembulan hanya melengos tanpa berniat membalas ocehan Marcel.

GEMAYA (SUDAH TERBIT)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant