39. Mengikhlaskan kepergiannya

9.7K 462 36
                                    

Halimah mondar - mandir didepan pintu tempat Nabila dirawat. Sedangkan para dokter sedang menangani Nabila didalam. Pikirannya kacau, takut dan Khawatir. Bagaimana yang ia perbuat tadi, tanpa unsur kesengajaan itu dapat menghilangkan nyawa Nabila.

Bagaimana jika Nuga membencinya. Dan bagaimana jika Nuga melaporkannya ke polisi dan dia terjerat hukum. Meski kejadian yang sebenarnya adalah Nabila ditabrak oleh mobil yang lepas kendali karena rem blong.

"Halimah!"

Badannya menegang seketika. Ia melihat Nuga berlari mendekat kearahnya. Wajah laki-laki itu berkeringat, matanya menjelaskan rasa takutnya. Dibelakang Nuga ada Al. Ia memperlambat langkahnya saat melihat Halimah ada disini.

"Nabila dimana?" tanya Nuga.

"Dia ... Dia ada didalam. Beberapa dokter sedang merawatnya." jawab Halimah gugup.

"Ya Allah." Keluh Nuga.

"Nabila kecelakaan dimana?" tanya Al.

"Tidak jauh dari cafenya." jawab Halimah.

"Tidak jauh dari cafe nya." ucap Al mengulang kalimat Halimah. "Apa kamu yang membawa Nabila kesini?" tanya Al.

"Iya, aku yang membawa Nabila kesini." jawab Halimah.

"Kok bisa?" tanya Al sedikit curiga.

Nuga yang tadinya sedang bersedih mengangkat wajahnya. Ia menatap Halimah, benar kata Al. Kenapa bisa Halimah ada disini, dan ia membawa Nabila kerumah sakit.

"Iya, kenapa bisa?"

Halimah terpojok dengan pertanyaan dari Al dan Nuga. Kalau ia berkata jujur, Nuga pasti akan membencinya. Tapi kalau ia tak jujur, seumur hidup ia akan merasa bersalah.

"Aku ... Aku ... Tadi  menemui Nabila di Cafenya." jawab Halimah.

"Kamu menemui istri aku?" tanya Nuga. "Untuk apa?"

"Aku ... Aku hanya ---"

"Apa kamu yang menyebabkan Nabila mengalami kecelakaan?" tanya Al memotong ucapan Halimah.

"Tidak!! Bukan aku. Nabila seperti ini karena ada mobil yang menabraknya. Dan saat itu dia sedang berdiri di jalanan." Jawab Halimah.

"Kenapa Nabila bisa berdiri dijalanan?" tanya Al.

Halimah meremas jari-jarinya yang kedinginan. "Aku ... Aku tidak sengaja mendorongnya ke jalanan." jawab Halimah jujur karena rasa takutnya.

"Apa!" Nuga menatap Halimah.

"Maaf, Ga. Sumpah aku enggak sengaja, aku enggak ada niatan mau nyakitin istri kamu,"ucap Halimah membela diri.

"Enggak sengaja kamu bilang! Lihat Halimah, didalam sana istri aku sedang melawan maut. Kamu bilang enggak sengaja!" bentak Nuga.

"Ga, sabar, Ga. Ini rumah sakit. Istigfar." Al merangkul Nuga, ia memngelus dada sahabatnya itu.

"Astagfirullahaladzim," ucap Nuga beristigfar berkali-kali.

"Nuga!"

Ketiga orang itu melihat kearah sumber suara. Disana ada Mama Anin, Papa Nabila, dan Wildan yang duduk di kursi roda, serta Ummi dan Abi.

"Nabila bagaimana?" tanya Ummi menghampiri anaknya.

"Nuga belum tahu,Mi. Belum ada dokter yang keluar dari ruangan ini."

"Pa, Kak Nabila akan baik-baik saja kan?" tanya Wildan memang tangan Papanya.

"Kita berdoa saja." Jawab Papa

Kamu Pilihan AllahWhere stories live. Discover now