4. Waktu Subuh

10.8K 601 9
                                    

Udara yang dingin pada pagi itu membuat Nabila menyelimuti dirinya dengan sajadah yang ia bawa. Di jalan menuju Masjid, banyak santriwati yang bersalaman dengan Ummi. Jalan yang ia lewati begitu ramai, beda sekali dengan komplek perumahannya yang sepi jika berada di jam segini.

Ketika sampai di dalam masjid. Nabila disuguhkan dengan pemandangan yang baru kali ini ia lihat.  Ada yang menghafal dan membaca Qur'an, ada yang berkumpul dengan teman-teman dan ada yang membawa buku untuk belajar.

Pandangannya berkeliaran, memperhatikan aktifitas para santri. Sekaligus mencari adik iparnya Marwah yang sudah pergi duluan. 

"Allahuakbar Allahuakbar!"

Adzan subuh berkumandang. Semua santriwati yang sibuk akan dirinya sendiri kini diam, menyimpan semua peralatan yang mereka pegang dan menutup mulut untuk mendengarkan suara adzan.

Ummi dan Nabila mengambil shaf shalat di barisan ke tiga putri. Menunggu adzan selesai dikumandangkan setelah itu baru melaksanakan shalat Sunnah. Tidak berselang dari situ, iqomah berkumandang meminta para jama'ah bersiap melaksanakan shalat subuh.

"Allahuakbar!" Takbir pertama telah berkumandang.

Imam shalat kemudian membaca surah Al-fatihah. Suara yang dikeluarkan imam shalat itu benar-benar sejuk dan teduh, hati Nabila yang mendengarkannya saja merasa bergetar. Ia kagum dengan suara merdu dari imam shalat subuh ini.

***

"Nabila habis ini jangan pulang dulu. Kita ngaji bareng anak-anak, ya," ucap Ummi usai mereka selesai melaksanakan shalat subuh.

"Hm, ngaji?" tanya Nabila yang dibalas anggukan kepala oleh Ummi.

"Iya, maukan?" tanya Ummi.

Nabila mengangguk terpaksa karena dia tidak bisa menolak ajakan Ummi. Akibatnya sekarang, dia duduk diantara para murid Ummi. Tangannya memegang Al-Qur'an yang bahkan dia tidak tahu mereka ini mengaji di ayat berapa. Jujur saja, dia terakhir mengaji waktu kelas dua SD dan itu hanya Iqro 1. Harusnya waktu itu dia memikirkan secara matang tentang menikahi Nuga. Apa kata anak-anak ini jika tahu bahwa istri ustadz mereka tidak bisa mengaji.

"M-mm, Nabila. Coba kamu baca ayat ke 20nya," pinta Ummi.

"Ha?" tanya Nabila yang kaget.

Semua mata tertuju kepadanya. Meskipun kelompok mengaji Ummi hanya ada enam orang santriwati saja tapi Nabila tetap gugup.

"Ayo," pinta Ummi.

"Mati gue," cicitnya.

"Assalamualaikum, Ummi." Ucapan salam dari Nuga memotong kalimat Nabila

"Wa'alaikumsalam warahmatullah," jawab Ummi.

"Wa'alaikumsalam," jawab santriwati yang langsung menundukkan pandangan begitu Nuga masuk ke shaff putri.

Nabila mendongak, kedua mata itu saling bertemu. Nuga tersenyum sedikit ke arah Nabila dan matanya langsung menoleh kearah Ummi.

"Maaf, Mi kalau menganggu, Nuga ada perlu sama istri Nuga. Boleh Nuga bawa Nabilanya?" ucapnya.

"M-mm, boleh aja sih. Tapi ini Nabilanya mau ngaji dulu," jawab Ummi.

Jawaban Ummi membuat Nabila spontan meraih tangan Nuga yang ada disampingnya.

"Nabila ngajinya di rumah aja sama Mas Nuga. Sambil mau ada yang dibicarakan juga kan, Mas?" tanyanya.

Mas?

Dia tersenyum malu ketika ada yang memanggilnya Mas. Tapi itu hanya sebentar karena Nabila menggoyangkan tangannya. Ia melihat mata yang menunggu jawabannya.

"E-ee, iya. Nanti kita ngaji di rumah," jawab Nuga.

"Oh, ya udah kalau gitu nggak apa-apa."

Nuga membantu Nabila berdiri dengan menarik tangan yang di genggamnya.

"Nuga pamit dulu, Assalamualaikum," ucap Nuga.

"Wa'alaikumsalam," balas Ummi.

***

Nabila bernapas lega saat keluar dari masjid. Matahari mulai sedikit menampakkan diri dari arah timur.

"Makasih karena udah nolong gue. Sumpah gue takut kalau Ummi tahu gue ngga bisa ngaji," ucap Nabila.

"Kamu mau belajar ngaji?"tawar Nuga.

"Gue udah cukup tua untuk belajar ngaji," jawab Nabila.

"Seberapa tua?" tanya Nuga.

"28 tahun," jawab Nabila.

"Nenek-nenek yang usianya sudah 60 tahun ke atas masih ada yang semangat buat belajar ngaji masa kamu yang masih usia 28 tahun ngga mau ngaji," sindir Nuga.

Mereka berhenti berjalan, Nabila memandangi wajah itu. Wajahnya seperti memikirkan sesuatu.

"Lo nyindir gue?" tanya Nabila sinis.

"Oh, kamu ke sindir?" tanya balik Nuga dengan iseng.

"Aissh," cibirnya. Dia tidak pernah menyangka jika orang yang dinikahinya bisa menyebalkan.

Nabila meninggalkan Nuga dengan membuang muka. Ia berjalan dengan cepat meninggalkan Nuga sendiri. Suatu tindakan yang membuat Nuga tersenyum, ini terlihat sangat lucu.

.
.

Bersambung...

Assalamualaikum,

Semoga suka dengan part ini.
Mau baca kelanjutannya Coment dong +Vote juga ya. 😇

Please tinggalkan JEJAK 🐾
Jangan jadi silence reader ya.

Jazakumullah ya khairan 🙏

Kamu Pilihan AllahWhere stories live. Discover now