20. Lebih milih Kamu

7.9K 394 3
                                    

Perlahan Nabila membuka pintu yang terbuat dari kayu biasa itu. Saat pintu itu terbuka, ia melangkah masuk kedalamnya. Ruangan yang tak terlalu besar, ruang depan yang masih sangat polos karena kosong. Ia berjalan lagi, sedikit masuk dan di sana ada sebuah kamar tak berpintu. Keadaannya kosong tak ada apapun, jangan tanya ukurannya. Jika di isi Ranjang dan kasurpun akan terasa sudah penuh, sisanya hanya untuk lemari saja.

"Gimana, suka sama kontrakan yang aku pilih?" tanya Nuga yang berdiri di belakang Nabila.

"Hmm, enggak ada yang lebih luas dari ini ya, Mas?" tanya Nabila yang masih memandangi ruangan ini.

"Enggak suka ya sama kontrakan ini?" tanya Nuga.

Nabila langsung berbalik dan berkata, "Eh, enggak kok, Mas. Suka." ucapnya dengan senyuman.

Nuga tahu Nabila berbohong. Wanita memang selalu suka berbohong untuk menutupi rasa tak enaknya.

"Maaf ya, bil, uangku cuma bisa nyewa kontrakan ini."

"Enggak apa-apa, Mas. Yang penting kita punya tempat berteduh. Lagian jarak antara kontrakan ini dan Cafe aku kayaknya lumayan deket." Ucap Nabila.

"Iya, aku sengajain, bil."

"Kapan kita mulai pindah?" tanya Nabila.

"Kapanpun kamu siap." jawab Nuga dengan senyumnya.

Setelah melihat-lihat rumah kontrakan mereka yang hanya berukuran 3 x 4. Nuga membawa Nabila pulang ke pesantren. Besiap-siap untuk mengemasi barang-barang keperluan mereka.

Sebenarnya Ummi Nuga merasa berat hati jika anaknya akan pisah rumah. Tapi ini keputusan Nuga, Nuga telah memiliki keluarga sendiri dan ia adalah kepala keluarga dalam rumah tangganya.

"Udah ngontrak jangan lupa buat cucu ya." sindir Ummi dari balik kamar.

Kebetulan pintu kamar mereka terbuka sehingga mempertontonkan aktifitas beres-beres yang ada di dalam kamar itu.

"Iya, Ummi." sahut Nuga.

Nabila hanya bisa tersenyum. Hanya, bisa, tersenyum. Sudah setengah tahun ia menikah dengan Nuga dan ia belum memiliki anak. Nabila teringat jika ia dulu pernah berfikiran kalau ia tak mau hamil lantaran belum siap. Apakah Allah mendengarkan ucapannya itu. Tapi sekarang ia sangat ingin memiliki anak.

Nuga sedang mengemasi beberapa berkas milik dirinya dan Nabila. Tak sengaja ia menemukan sebuah amplop berwarna coklat. Di sana ada nama istrinya. Bukan tak sopan, ia hanya ingin tahu apa isi dari amplop tersebut. Perlahan ia membuka amplop itu dan di sana ada sebuah kertas putih.

'Bargainning letter' batin Nuga
(Surat penawaran)

Ia membaca isi dari surat tersebut. Dan alangkah terkejutnya ia setelah tahu bahwa ini adalah surat penawaran kerja dari L.A untuk Nabila.

Ia melirik Nabila yang masih sibuk merapikan pakaian mereka. Sebuah tanda tanya besar terlukis dipikiranya. Kenapa Nabila tak pernah cerita tentang masalah ini.

"Bil," panggilnya.

"Hm, kenapa, Mas."sahut Nabils tanpa menoleh.

"Aku mau tanya sesuatu sama kamu." Ucap Nuga.

"Mau nanya soal apa?" tanya Nabila.

"Kamu pernah dapat tawaran kerja ke luar negeri?" tanya Nuga.

"Pernah." jawabnya santai.

"Kapan?" tanya Nuga.

"Sebelum aku bertemu sama kamu." jawab Nabila.

"Kamu terima atau kamu tolak?"

"Aku tolak."

"Kenapa di tolak?" tanya Nuga.

Nabila bingung dengan pertanyaan Nuga. Ia membalikkan badannya menghadap kearah Nuga.

"Mas Nuga aneh deh. Kok nanya soal itu terus." Ucap Nabila.

"Tadi aku beres-beres berkas kita. Enggak sengaja aku nemuin Amplop ini. " Nabila terkejut melihat amplop itu. Kenapa bisa ada disini.

"Kenapa kamu tolak tawaran kerja di L.A. bukannya itu mimpi kamu?" tanya Nuga.

"Mas tahu dari mana?" tanya balik Nabila.

"Mama pernah cerita kalau kamu dulu punya mimpi menjadi chef terkenal dan dapat bekerja di L.A." jawab Nuga.

Nabila terdiam sebentar lalu ia membuka mulut untuk bercerita.

"Oke, Mas aku akan cerita. Itu tawaran kerja sebelum aku nikah sama kamu. Waktu aku mau tunangan sama Rio. Aku seneng banget pas dapat surat itu melalui pos. Seneng bukan main. Aku ingin melihat kehidupan di sana. Memulai hidup baru disana bersama Rio nantinya. " Ucap Nabila.

"Tapi, takdir berkata lain. Aku bertemu dengan Mas Nuga. Dan kemudian menikah dengan Mas. Seketika semua harapanku hancur, Mas. Aku berada di posisi yang sulit. Aku mau pergi kesana tapi enggak mungkin aku ninggalin Mas demi sebuah impian dan cita-cita." Nabila menarik nafasnya.

"Tanpa izin dari kamu aku enggak akan pergi, Mas. Kamu inget enggak, dulu waktu kita baru-baru nikah, kita saling menyalahkan. Hubungan kita enggak baik. Aku sering berfikir untuk menerima tawaran itu. Tapi, berangsur-angsur dan seiring bergulirnya waktu semua berubah. Aku lebih nyaman di sini. "

"Dan akhirnya kamu menolak kesempatan untuk bekerja sebagai Chef disana?" tanya Nuga.

"Yap, kamu tahu enggak Mas. Alasan terbesar aku untuk pergi kesana itu hanya untuk menjauh dari Mama dan Papa dan alasan lainnya untuk menyibukkan waktuku aja." Ucap Nabila.

"Kalau sekarang aku izinkan kamu untuk pergi, apa kamu akan pergi?" tanya Nuga.

Nabila menggelang. "Untuk apa pergi keluar negeri jika orang yang terkasih berada di dalam negeri." jawab Nabila dengan senyuman.

Nuga membalas dengan senyuman pula. Ia mendekat kearah Nabila yang sedang menatapnya. Tanpa di duga oleh Nabila, Nuga memeluk tubuhnya begitu erat. Sontak itu membuat Nabila membulatkan matanya karena terkejut.

"Makasih ya, sayang. Kamu lebih memilih bersama suamimu ini." Ucap Nuga mengecup pipi dan puncak kepala Nabila.

"Iya. " balas Nabila dengan senyum juga.

"Kak Nuga, Marwah ..."

Nuga langsung melepaskan pelukannya kepada Nabila saat suara adiknya itu terdengar di telinganya. Begitupula dengan Nabila, ia sedikit kaget dengan suara adik iparnya itu.

"Marwah mau ngapain, kok ada dirumah bukannya di madrasah." tanya Nuga.

"Marwah mau balikin laptop kak Nuga. Hehehe, maaf ya. Marwah ganggu. " Ucap Marwah.

Ia mendekat kearah Nuga dan memberikan laptop itu kepada Nuga.

"Pintunya di tutup aja. Untung cuma Marwah yang lihat, coba kalau Abi sama Ummi. Wah bahaya loh kak." ledek Marwah.

"Iya, nanti sarannya kakak pakek ya." jawab Nuga melirik Nabila.

"Hihihi, ya udahlah Marwah mau ke Madrasah dulu. Dadah kakak, dadah kakak Nabila."

"Hm."

"Dadah." balas Nabila.

Nuga mengenggol Nabila dengan bahunya.

"Apa?" tanya Nabila.

"Tutup pintunya." pinta Nuga.

"Ih, mau ngapain?" tanya Nabila.

"Kamu tahu maksud aku apa." jawab Nuga menatap dengan senyum sembari merentangkan tangannya.

"Mau dipeluk?" tanya Nabila.

"Iya, makanya kamu tutup pintu. Biar nanti enggak ada yang menganggu." jawab Nuga.

.
.
.

Bersambung ....

Assalamualaikum Reader's
Alhamdulillah akhirnya saya bisa Update ceritanya kembali.

Gimana sama part ini. Semoga suka ya.

Hm, penasaran enggak sama cerita selanjutnya?

Vote dan Coment ya ....

Jazakumullah Ya Khairan.

Kamu Pilihan AllahWhere stories live. Discover now