12. Nikahan Mantan

9.8K 461 4
                                    

Hari ini adalah hari baru bagi Nabila. Ia memulai hari ini dengan melafadzkan Basmallah. Di kuburnya semua kejadian buruk tempo hari. Ia tidak perduli apakah Papanya akan mengirimkan seorang mata-mata dan memantaunya. Kali ini ia akan berjalan sesuai dengan kemampuan yang ia punya.

Pintu cafe dibuka, bersama dengan para pengawainya yang baru ia memperbaiki apa yang perlu diperbaiki dari tempat ini. Tidak banyak yang ingin Nabila rubah karena dulunya ini adalah kedai roti.

Nabila ikut merapikan beberapa barang aksesoris untuk mempercantik cafenya. Warna yang ia pilih untuk cat dinding adalah sea blue dan dusty. Di dinding cafe ia menggantungkan rak yang berisi boneka-boneka kecil. Ada pula furniture tulisan dan lampu LED sebagai penghiasnya.

"Bu Nabila, di luar ada yang nyariin," ucap pegawainya.

Ia melirik jam tangannya yang menunjukkan waktu makan siang.

Pok! Pok!

Ia menepuk tangannya, seluruh pegawai berhenti bekerja dan menatap bos mereka.

"Ini sudah masuk waktu Isoma. Kalian bisa istirahat, shalat lalu makan. Uang makan sudah saya titipkan di Dito. Tolong, ya Tok."

"Baik, Bu Nabila."

Nabila segera meninggalkan pekerjaannya. Dia segera menghampiri orang yang menunggu di luar cafe.

"Kenapa enggak langsung masuk aja, Mas."

Nabila diam mematung melihat sosok yang berdiri dihadapan. Ia pikir orang itu adalah sang suami yang sudah berjanji akan datang membantu pada saat jam makan siang. Namun ternyata dia adalah Rio. Orang yang sangat ia benci.

***

Suara alunan musik beserta riuhnya suara pengunjung menjadi satu. Nabila menatap sinis pria yang ada dihadapannya.

"Enggak usah bertele-tele, langsung aja ke intinya. Gue cuma ada waktu lima menit," ucap Nabila.

Tatapan dingin yang ia lihat saat ini sama halnya dengan tatapan pertama kali mereka jumpa. Apalagi panggilan itu, apakah wanita ini sangat membenci dirinya.

"Kamu benci aku?" tanya Rio.

"Jelas, enggak usah ditanya Lo juga udah tahu," jawab Nabila.

"Maaf aku --- "

"Udah gue maafin. Tapi gue enggak akan lupa sama pengkhianat Lo dan Syella," ucap Nabila yang memotong kalimat Rio.

"Aku tahu aku salah. "

"Bagus," ucap Nabila dengan ketus.

"Waktu itu aku khilaf, bil. Aku enggak sadar telah melakukan itu sama Syella. Aku dan dia mabuk, kami lepas kendali dan --"

"Udahlah. Enggak usah dijelasin, sekarang enggak ada gunanya juga. Gue udah ada suami, " ucapnya yang lagi-lagi memotong kalimat Rio.

"Sekarang langsung ke intinya aja. Enggak usah dijelasin panjang lebar karena gue udah enggak butuh alasan apapun dari Lo. Kalau Lo cuma mau minta kata maaf dari gue, udah gue maafin," ucap Nabila.

"Ada lagi yang harus dibicarakan?" tanya Nabila.

Ia melihat lelaki itu hanya diam. Nabila berdiri dari duduknya. Sia-sia saja ia membuang waktu hanya untuk mendengarkan ocehan dari lelaki ini. Pasti sekarang suaminya sudah menunggu di cafe.

"Kalau enggak ada gue pergi dulu. Assalamualaikum," ucapnya.

"Besok hari pernikahan Aku dan Syella, aku akan menjadi suaminya karena perbuatanku itu. Dia sedang mengandung anak aku, Bil. "

Kamu Pilihan AllahWhere stories live. Discover now