6

792 181 51
                                    

👑 🐰 👑

👑 🐰 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Sera terbangun dengan kepala pusing, tidak bisa merasakan tulang-tulangnya, lemas bukan main, berkunang-kunang. Dia nyaris roboh sewaktu berusaha duduk, sebelum akhirnya berhasil bersandar di kepala ranjang. Matanya kesat mengerjap lemah, dunia di sekitarnya seolah-olah mengecil dalam kabut yang lamat-lamat menjadi pekat. Kemudian kenangan-kenangan malam itu hadir dengan kekuatan dahsyat, menyerang dia yang lemah da merana.

Pemerkosanya punya bekas luka di pipi kiri dengan rambut hitam menutupi dahi, Sera masih bisa merasakan pegangan di tangannya, dia seperti tercekik tali tambang di laut terdalam saat orang itu memperkosanya. Satu-satunya yang dia harapkan di malam kejadian adalah mati. Belakangan, ada hari-hari dan minggu-minggu dimana dia benar-benar merasa sudah mati

Sera menekan matanya dengan tangan kuat-kuat sampai biji matanya nyeri, memaksa diri melenyapkan semua kejadian itu dari benak. Napasnya jadi berat dan tubuhnya semakin lemas. Dia membuka mata saat pintu kamarnya terbuka, dalam pandangan tidak jelas dia melihat sosok wanita dengan nampan besar berjalan ke arahnya.

"Syukurlah kau sudah bangun," kata wanita itu seraya meletakkan nampan di atas pangkuan sementara dia duduk di ranjang. "Kau pasti lemas karena tidur terlalu lama, ayo minum teh ini selagi hangat," tukasnya sambil menyerahkan cangkir teh pada Sera.

"Dokter Arin?" Sapa Sera dengan nada terlalu lemah, dia meneguk tehnya pelan-pelan.

"Ibumu sangat cemas karena kau tiba-tiba pingsan, mangkanya aku kemari. Sekarang makan supaya kau bisa cepat pulih," kata Arin, dia tersenyum pada Sera yang mulai menyendok makanan.

Butuh waktu lama bagi Sera menghabiskan nasi, sup brokoli dan daging panggang madu. Dia minum air dari gelas kedua, ketika Arin memintanya membersihkan diri dan beranjak keluar.

Sepeninggalan Arin, pikiran tentang ingatan dari mimpi-mimpinya, mengusiknya. Sesuatu dari dasar hati terdalam mengganggu pikiran, tentang; kenapa wajah pelaku mirip Jungkook?

Tunggu ... bukankah pelakunya memang Jeon Jung Kook?

Sera menghela diri ke kamar mandi, di bawah guyuran air hangat kesadarannya terkumpul pelan-pelan.

Ada satu hal yang belum disadari Sera, bahwa, selama ini, dalam ingatan traumatisnya, Orang itu dan Jeon Jung Kook seolah-olah seperti dua orang yang berbeda. Yang kalau diingat-ingat lagi, kecemasan tidak berefek terlalu besar saat Sera berada dalam lingkaran yang sama dengan Jungkook, sementara hanya lewat mimpi Orang itu seolah-olah bisa mencekiknya sampai rasanya dia benar-benar bisa mati.

Sera berhenti mengguyur air ke tubuhnya, pandangannya menerawang, memaksa dirinya untuk mempercayai pelaku pelecehan itu memang benar Jeon Jung Kook. Namun, semakin dia memaksakan diri, napasnya kian berdengap, dia bahkan nyaris terpeleset andai tidak berpegangan dengan keran air.

7 Secrets My CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang