4

1.2K 263 59
                                    

👑 🐰 👑

👑 🐰 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

"Pengadilan memutuskan, Jeon Jung Kook, terbukti bersalah dan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara!"

Adegan di ruang pengadilan yang gelap kembali menelusup ke dunia bawah sadar Jungkook. Mimpinya malam itu dipicu kecemasan paska pertemuan singkat dengan Taehyung dalam urutan yang ganjil dan buruk.

Dia melihat Sera mengenakan gaun putih lebar, membawa sebuket mawar biru, berjalan bersama iringan piano dari sisi kanan ruang pengadilan. Lamat-lamat dari bawah gaun Sera yang menyapu lantai, muncul cairan merah pekat merembes naik, meninggalkan bau anyir nyaris busuk.

Jungkook memiringkan pandangan, pun dengan Sera yang berhenti melangkah. Mereka sama-sama terpaku pada apa yang ada di belakang Sera.

Di sana terbaring seorang perempuan tak berdaya, atensi Jungkook perlahan bergerak saat gadis itu menatapnya dalam tatapan paling datar yang pernah dia lihat.

"Aku sekarat," gumam gadis itu.

Dia khawatir dengan apa yang dilihatnya dan ingin meraih lengan lunglai gadis itu.

"Abaikan dia, Jungkook." Sang ayah, Jeon Jongsuk, muncul begitu saja, berjalan melewatinya sambil menarik gadis yang sekarat itu. "Kita bunuh saja dia," kata Jongsuk seraya menoleh ke belakang.

Jungkook berusaha menahan tapi kakinya tiba-tiba terpasung, kemudian sepasang tangan pucat menyentuh bahunya.

"Kau penjahatnya!" Sosok Taehyung di depan Jungkook menyeringai. "Malam itu dia sekarat tapi kau justru meninggalkannya, kau lihat dia?" Taehyung menunjuk tubuh gadis itu yang entah sejak kapan berubah menjadi sosok Sera, sekarat dalam kubangan darah di bawah kaki Taehyung.

"Sekarang, bagaimana kalau aku membunuh pengantinmu? Kita impas, bukan?" tukasnya, sebelum menghujam Sera dengan belati, membuat semburan merah menutupi pandangan.

"CHO SERA!!!"

Jungkook terbangun bersama teriakan yang terkunci di ujung tenggorok dan mata yang basah, jantungnya berdetak cepat, oksigen terasa tidak ada di sekitarnya. Butuh tujuh detik bagi dirinya menyadari semua itu hanya mimpi dan sekarang kepalanya berdenyut-denyut menyakitkan.

Jungkook memilih menjauh dari tempat tidur, berjalan ke luar kamar dan menuang segelas air dingin dari kulkas. Dia duduk sendirian di ruang depan yang remang, menghabiskan air dalam gelas tetapi napasnya masih berderu tidak beraturan. Dia butuh obat penenang yang sayangnya sudah dibuang semenjak Sera ada di sekitarnya, ditambah oleh pernyataan dari psikiaternya bahwa kecemasan itu sudah berhasil dia kendalikan dengan baik.

Bunyi pintu yang terbuka mengalihkan perhatian Jungkook, sosok sang ibu yang tampak linglung membuatnya buru-buru beranjak. Ibunya mengidap anxiety disorder semenjak ayahnya meninggal delapan tahun lalu, sang ibu bahkan tidak pernah lagi keluar rumah setelah hari ayahnya dimakamkan.

"Ibu, tidak apa-apa," Jungkook buru-buru memeluk ibunya, membawanya kembali ke kamar tetapi Mirae buru-buru melerainya.

"Orang itu akan segera bebas." Han Mirae menyela, manik matanya yang sayu kian layu. "Ibu tidak bisa tenang, bagaimana kalau dia mengacaukan semuanya."

"Ibu, kesepakatan itu masih berlaku, dia tidak akan menghianati ayah," ucap Jungkook, lalu merangkul ibunya yang terlihat semakin panik.

"Aku akan baik-baik saja, Ibu percaya padaku, 'kan?"

Mirae mengangguk, terisak pelan dalam pelukan Jungkook.

"Semuanya sudah selesai, Ibu jangan khawatir lagi."

Butuh tujuh belas menit bagi Jungkook meyakinkan ibunya tidur lagi, lalu dia kembali ke kamar, membenamkan wajahnya di atas kedua lengan yang dilipat di meja kerja. Kejadian-kejadian di mimpinya kembali berputar, menghisap seluruh keyakinan yang selama ini diberikan oleh psikiaternya.

Bahwa, semua yang terjadi sudah berlalu.

"Bangsat!"

Jungkook menggebrak meja dengan keras, dia beringsut dari kursi menuju kamar mandi setelah meyakini kalau guyuran air bisa menghisap beban pikiran. Air pancuran butuh waktu untuk memanas, dia membiarkan air hangat menerjang kepalanya yang pening selama setengah jam—mungkin lebih.

Dan selama itu pula dugaan-dugaan tentang apa yang sebenarnya terjadi malam itu muncul lagi, mengganggu pernapasan dan mendatangkan kegetiran yang sangat dia benci. Kala itu dia masih terlalu muda dan tidak benar-benar tahu bagaimana cara memperbaikinya, lalu menuruti kehendak sang ayah dan demi masa depannya yang bisa jadi hancur tanpa sisa.

Jungkook keluar dari kamar mandi tanpa hasil, pikiran-pikiran itu tetap saja tersangkut di kepalanya. Tanpa pernah berniat mengeringkan rambut, setelah berpakaian dia kembali masuk ke ruang kerja lewat pintu ganda yang memisahkan ruangan itu dari kamar tidur. Jungkook merebahkan diri di sofa panjang dekat jendela, memeluk bantal sofa erat-erat di antara tubuh gemetarnya dengan kaki tertekuk.

Dia buru-buru memejamkan mata ketika mendengar langkah kaki mendekat, kemudian selimut tebal nan hangat membungkus tubuhnya. Itu ibunya, jadi dia tidak bergerak. Menutup mata rapat-rapat sampai sang ibu keluar dari ruangan, berharap bisa tidur lagi tanpa mimpi buruk karena dia lelah, benar-benar lelah.

[]

Halo... sebelumnya saya mau bilang, terima kasih banyak untuk kalian semua yang sudah mengikuti cerita ini.

FYI: 7 Secrets My CEO alur awalnya memang lamban, karena saya suka proses antar pemain dibangun sedikit-sedikit, namun sejujurnya masalah inti dari cerita ini sudah saya spoiler sejak di prolog.

Semoga tidak ada yang ketiduran sama alur lamban ini, ya, JK JK JK

Untuk kalian para pembaca baik hati yang ternyata baca fanfic KSJ juga (Tuan Kim dan Sang Pelacur) jangan bingung ya, karena saya pakai nama perusahaan yang sama tapi ke-2 cerita ini tidak saling berhubungan. Saya tipe penulis yang males mikir nama 😂 jadi beberapa company tidak akan berubah.


Semoga jadi tercerahkannya, sampai Jumpa Minggu Depan....


I Purple U 💜
👑 Zoe

7 Secrets My CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang