Bab 19

3.1K 331 25
                                    

Pintu kamar terbuka dan keluar Risa yang hampir saja terjatuh kalau Richard tidak cepat menangkapnya. 

"Kalau masih lemas jangan kemana-mana"

Risa menoleh ke arah Richard,  lalu melepas dirinya dari Richard. 

"Kamu kenapa masih disini? " tanya Risa yang menegapkan tubuhnya. 

"Kita ke rumah sakit ya"

"Aku ngga papa,  aku hanya sedikit pusing karna tidur terlalu lama.  Kamu pulang lah kalau sudah tidak ada urusan, bukannya pekerjaan mu banyak?" ucap Risa tenang, pelan namun terkesan dingin. 

Richard tersenyum entah apa maksud senyumnya itu.  Namun tentu saja itu bukan senyum senang. 

"Sepertinya sudah lama sekali tidak melihat expresi dingin mu ini.  Aku nyaris lupa bahkan"

Risa menyentuh wajahnya, "memang seperti apa expresi ku sekarang? " tanya Risa.

"Dingin.. Penuh kekecewaan  dan Penuh dendam"

Risa tersenyum kecil "aku memang punya dendam..dan ya aku kecewa"

Richard tak menjawab dan hanya menatap Risa. 

Risa tersenyum lagi meskipun tak seceria biasanya.  Ia tersenyum masih dengan expresi dingin di wajahnya. 

"Temani aku makan dulu ya sebelum kamu pulang" ucap Risa dan akan berjalan pergi namun di tahan Richard 

"Kita kerumah sakit dulu, baru aku pulang"

"Tidak usah, aku baik-baik saja" ucap  Risa dan melepaskan tangan Richard

Risa pun berjalan menuju ke dapur dan di ikuti Richard.

"Kamu mau makan apa?" tanya Risa

"Kita bisa pesan saja.."

Risa yang semula sudah membuka kulkasnya menutup pintu kulkas dengan satu bantingan.

"Yaudahlah kamu pesan aja.. Kamu emang ngga suka sama masakan aku kan" rajuk Risa dan berjalan kasar melewati Richard. Richard pun mencekal tangan Risa yang langsung di tampik oleh Risa.

"Apa? Mau marah karna aku ngga ngehargain kamu yang udah jauh-jauh datang? Yaudah kamu pulang aja. Datang ke tempat pacar mu yang membutuhkan mu itu bukan sesuatu yang harus di banggakan. Itu memang kewajiban mu sebagai kekasih ku."

Richard sudah akan bicara namun di potong lagi oleh Risa.

"Mau bilang aku pembuat keributan? Kaya anak kecil? Hubungan kita harusnya tenang? Aku ngga bisa jadi orang yang tenang , aku menangis saat sedih,  tertawa saat bahagia,  marah saat kesal aku bukan kamu yang seperti manekin baju diskonan!" pekik Risa.

Baik Richard ataupun Risa sendiri nampak terkejut dengan pekikan Risa. Risa tak menyangka dirinya bisa bertingkah seperti itu, apa ini murni karna dirinya ataukah karna tubuh yang Ia gunakan.  Risa masih mencoba mengatur napasnya yang memburu kesal.  Ia bahkan tak pernah marah pada Denis yang terus menipunya mengapa saat ini Ia bisa memaki Richard  yang bahkan ada disana untuknya. 

"Sudah?" tanya Richard

Risa memalingkan wajahnya, Ia tak tau harus mengatakan apa.

"Karna kamu sedang sakit aku tidak mau kamu memasak itu pertama. Kedua kalau kamu benar-benar merubah sikap mu hanya untuk menunjukan padaku bahwa kamu bisa menjadi istri yang baik itu tidak perlu, aku tidak butuh istri yang bisa memasak , membereskan rumah atau pekerjaan yang bisa di lakukan oleh assisten rumah tangga. Istri ku hanya akan menjadi ibu dari penerus ku tidak lebih. Jadi berhentilah berubah sikap kalu kamu hanya terobsesi untuk menjadi istri ku. Aku akan memberikan mu apapun tanpa perlu menjadi istri ku" ucap Richard

Turn (Never lose hope)Where stories live. Discover now