Bab 12

3.3K 324 17
                                    

Risa benar-benar tidak fokus pada rapat hari ini. Tentu saja karna rasa sakit di perutnya yang kian menjadi. Seingatnya Ia makan dengan cukup wajar. Ya, tentu saja wajar versi monica.

Rapat selesai dan Risa belum juga berpindah dari tempatnya. Keringat dingin sudah membasahi tubuhnya. Ia mencoba berdiri meskipun sulit dan hampir saja limbung kalau saja Esme tidak tiba datang dan memeganginya.

"Apa kamu gila? Tubuh mu sakit jangan memaksa" ucap Esme

"Sudah ku bilang jangan muncul tiba-tiba" jawab  Risa

"Oh Tuhan.. kita sedang membahas sikap mu. Bukan ke munculan ku." Kilah Esme.

Risa menghela napasnya, "ya tapi aku baik-baik saja."

Esme memaksa Risa untuk duduk kembali di kursi. Pola pikir mu itu yang harus di rubah. Percuma kalau kamu hidup sebagai Risa tapi tidak bisa memanfaatkannya. Menurut mu kedua seketaris mu itu di bayar untuk apa?

"Ya aku.."

"Belajar meminta bantuan orang lain.. tidak semuanya harus kamu kerjakan sendiri"

Risa sudah akan memprotes Esme kalau saja Esme tidak tiba-tiba hilang.

"Wah.. apa senang sekali menjadinya? Bisa datang dan pergi semaunya?" Ucap Risa.

Risa mencoba untuk kembali berdiri, namun entah mengapa tubuhnya menjadi sangat berat untuk berdiri. Seakan ada yang menahannya.

"Esmeee..." Gerutu Risa geram. Ia pun mengambil ponselnya dan menghubungi Adele.

***

Adele meletakan satu gelas air putih dan juga obat yang sudah Ia letakan di piring kecil.

"Ibu yakin ngga mau ke rumah sakit?"

Risa menggeleng, "aku hanya butuh istirahat sebentar" ucap Risa

Adele menatap Risa khawatir, Risa yang tau bahwa Ia masih di khawatirkan pun, tersenyum kepada Adele.

"Saya beneran ngga papa kok. Kamu boleh keluar istirahat makan siang"

"Baik bu.. kalau ada apa-apa ibu bisa panggil saja"

Risa menganggukan kepalanya dan bersandar di kursi nyamannya.

"Hah.. apa senyaman ini kursi direktur?" Gumam Risa yang tersenyum tipis. Ia memejamkan matanya mencoba untuk mengistirahatkan dirinya.

"Saat sakitpun tetap terasa menyenangkan, nyaman. Tidak akan ada yang meneriaki ku malas apalagi memerintah ku." Gumam Risa.

Risa hampir saja terlelap, hingga tiba-tiba saja Ia teringat akan Richard.   Mata Risa kembali membuka, Ia mengambil ponselnya.

Sekali lagi Risa tersenyum, saat menatap foto cantik yang baru saja Ia pasang kemarin sebagai wallpaper ponselnya.
Risa sendiri heran mengapa Risa yang sebelumnya tak menggunakan foto diri sendiri sebagai wallpaper. Wajah secantik itu terlalu sia-sia untuk di sembunyikan.

"Cantiknya.." ucap Risa.

Ia membuka pesan WhatsApp nya. Sepertinya Richard benar-benar serius dengan ucapannya.

"Wah.. keras kepala sekali. Dia bahkan benar-benar tidak menghubungi ku." Gerutu Risa. Ia mengetuk layar ponselnya karna merasa kesal.

"Harusnya tuh aku yang marah.. kamu yang memperlakukan aku seperti wanita panggilan." Lanjut Riaa mengomeli foto Richard yang bahkan tetap nampak tampan meskipun Risa sedang sangat kesal saat ini.

Risa menaikan kakinya ke atas bangku, Ia bahkan sudah mulai lupa kalau Ia sedang sakit.

"Ah.. apa kau harus membuat sttus saja? Biar dia tau kalau kekasihnya sakit?"

Turn (Never lose hope)Where stories live. Discover now