28

3K 361 44
                                    

Risa masih memejamkan matanya, infus sudah terpasang di lengannya. Dari yang Ia dengar tekanan darahnya cukup rendah. Ia sudah mendapatkan kamar pribadi. Kamar itu sudah mulai terdengar sepi, Ia pun mulai membuka matanya. Sayangnha bukan Ibu Richard yang ada di sana melainkan william.

"Kau sudah sadar?"

"Ibumu mana?" Tanya Risa

"Sedang menemui dokter.."

"Aku ingin bicara dengan ibu mu"

"Kamu berpura-pura sakit? Kau gila? Kau hampir saja membuat orang di pecat" ucap William

"I know..but im sorry. Aku ngga punya pilihan aku perlu bicara dengan ibumu will.."

William baru akan menjawab, kalau saja Ibunya tak menyauti lebih dulu.

"Saya lupa bahwa kamu adalah wanita manipulatif" ucap ibu Richard.

"Bu maaf saya hanya ingin bicara.."

"Saya tidak mau.." Ucap Ibu Richard dan pergi. Risa turun daru kasurnya begitu saja dan melepaskan infusnya asal hingga membuat tangannya berdarah.

"Risa.." Panggil William dan mengejar Risa.

Risa mengejar Ibu Richard dan berhenti di depannya.

"Sekali saja bu..sekali saja" ucap Risa dan berlutut di hadapan ibu Richard.

"Sekali saja bu.." Iba Risa

William sungguh tidak tahan melihat ini pun mendekat ke arah Risa. Ia memaksa Risa untuk bangun.

"Risa..bangun. Ini tidak akan menghasilkan apapun bangunlah" ucap William

Risa menampik tangan William "sekali saja bu..saya mohon..sekali saja"

"Risa bangun, ini tidak akan menghasilkan apapun"

"Bu...saya mohon. Tolong dengarkan saya sekali saja. " ucap Risa yang kini mulai berkaca-kaca. Ia tidak pernah memohon-mohon seperti ini sebelumnya. Ini sungguh tak mudah baginya namun Ia tak memiliki cara lain.

Ibu Richard tetap mengabaikan Risa dan Risa pun kembali mengejar, Hingga di tahab oleh William.

"Cukup Risa..ibuku tidak akan peduli!" Bentak William yang di balas bentakan oleh Risa

"Ibumu peduli!"

Langkah Ibu Richard terhenti begitu saja. 

"Ibumu juga seorang manusia,  ibumu juga seorang wanita.  Ibumu peduli! " ucap Risa dan membentak di akhir kalimatnya. Air mata Risa terjatuh hatinya terasa begitu sakit saat ini.

"Apa salahnya jika Ia marah karna anak yang sangat di sayangnya mengecewakannya? Ibumu juga manusia dia bisa menjadi kecewa dan marah. Tapi bukan berarti dia tidak peduli!" Ucap Risa

William melepaskan tangan Risa perlahan. "Mungkin yang Ia sampaikan tidak selalu seusai dengan hati kita.. Tapi bukan berarti tidak peduli. Bagaimana mungkin dia tidak peduli dengan anak Yang ia kandung Dan Ia jaga?  Bagaimana mungkin dia bisa membenci anak Yang rela Ia korban kan nyawanya?  Dia hanya ingin Yang terbaik untuk anaknya. " ucap Risa yang terisak.

Hatinya terasa sangat sesak dan sakit. Mengandung membuatnya mengerti bagaimana perasaan seorang ibu.

"Seharusnya aku tau itu.. Seharusnya ada yang memberitahuku ada yang memarahi ku seperti ini saat aku merasa ibuku membenci ku.. Seharusnya aku tau ini sejak awal, jika saja aku tau aku tidak akan meninggalkan ibu,aku tidak akan menyakitinya atau paling tidak aku akan ada di sana menggenggam tangannya di napas terakhirnya. Harusnya aku tau" ucap Risa Yang terisak. 

Turn (Never lose hope)Where stories live. Discover now