Bab 79

3.2K 399 27
                                    

Yuhuuu.. #temanberbuka siap..

Hayo.. Berbuka dengan yang manis ya.. Bukan dengan yang nangis.. Wkwkw.

Monica keluar dari kamarnya. Ia berjalan menuju ruang tamu, di lihatnya Richard dan Willy yang tampak pulas tidur hanya dengan beralas karpet. Selama di sana Richard memang belum tidur satu kamar dengan Monica.

"Apa sebaiknya kalian pindah saja?" Tanya Magis yang entah kapan berada di belakang Monica.

Monica menoleh ke arah Magisa.

"Mommy Richard pengen aku dan kamu tinggal di sana."

"Kalau gitu pindah lah mba.. Bagaimanapun kamu sudah memiliki keluarga baru" ucap Magisa

"Kamu ikut kan"

Magisa tersenyum namun kemudian menggeleng.

"Aku di sini saja mba.. Lagi juga kampus ku lebih dekat dari rumah"

"Tapi Magisa.."

"Mba ayolah aku bukan anak kecil. Lagi juga, kita sama-sama tinggal di jakarta. Kita bisa ketemu kapan saja kan. Anggap saja seperti aku sedang kos.."

Monica nampak bimbang dan menatap Magisa.

"Aku udah 20 tahun mba.. Udah cukup dewasa untuk tinggal sendiri. Oh ayolah aku tidak ingin tinggal di sana yang pasti akan membuat ku tertekan dan merasa terus di awasi. Aku ingin merasa bebas dulu ya sebelum akhirnya aku juga akan menikah lalu mengikuti suami ku" ucap Magisa

Monica memegang pundak adiknya. "Aku mengkhawatirkan mu"

"Wah.. Ada juga yang Mba Monic khawatirkan selain ka Denis.."

"Tidak Lucu"

Magisa tersenyum "im oke.. I'll be oke. Aku janji"

Monica masih terus menatap Magisa khawatir.

"Gimana kalau gini aja.. Aku belum juga dapet tempat magang..mungkin suami mba yang kaya raya itu bisa bantu aku" ledek Magisa

"Jangan berharap.. Usaha sendiri"

Magisa mendengus kesal.. "Katanya khawatir"

Monica memilih meninggalkan Magisa menuju dapur.

...
...

Sebuah map di banting sangat kencang di depan Lusi juga Richard.

"Apa kamu sudah gila?" Bentak suroso yang mendekat kepada Lusi. Lusi menatap ayahnya dengan sangat berani.

"Richard, om mohon jangan dengarkan anak ini. Dia hanya sedang  stress dengan persiapan pernikahan saja."

Richard menoleh menatap Lusi. Ia sungguh tidak tau harus mengatakan apa pada Lusi.

"Aku tidak akan menikah dengannya pah.. Tidak akan."

"Lalu kenapa kamu menerimanya sejak awal?" Bentak ayahnya lagi.

"Untuk mempermainkan dia dan keluargannya!" Ucap Lusi

Richard terus menatap Lusi, lidahnya terasa begitu kelu.

"Kamu jangan macam-macam Lusi"

"Dia telah menyakiti ku.. Meninggalkan aku begitu saja demi mengejar seketaris gendutnya. Lalu ketika dia di campakan dia kembali padaku? Apa menurut mu aku ini bodoh Rich?" Tanya Lusi.

Lusi membalik tubuhnya menatap Richard. Richard jelas tau bahwa Lusi terluka.

"Dan jika wanita itu kembali kamu pasti akan meninggalkan aku lagi kan? Bagaimana rasanya di permainkan? Aku ingin kamu tau itu."

Turn (Never lose hope)Where stories live. Discover now