Bab 22

3.3K 324 25
                                    

Risa terduduk di lantai dan bersandar pada pinggir kasurnya. Wajah sembabnya terus menatap air hujan yang membasahi jendela kamarnya. Matanya membengkak,hidung dan bibirnya pun memerah. Bagaimana tidak jika Risa terus saja menangis.

Pintu kamar Risa terbuka, dengan pelan Richard melangkahkan kakinya masuk dan mendekat ke arah Risa. Melihat Risa yang seperti itu, Ia pun duduk tepat di hadapan Risa. Kakinya Ia tekuk satu,sedangkan satu lainnya Ia lipat.

"Ada apa lagi sekarang?" Tanya Richard lembut.

Melihat Richard di hadapannya saat ini membuat dirinya semakin merasa bersalah.  Namun Ia sungguh tidak mampu menukar Richard.  Untuk pertama kali dalam hidupnya ada pria selain ayahnya Yang melakukan banyak hal untuknya. 

Risa kembali menatap jendela Yang basah di luar sana.  "Apa kamu pernah merasakan saat kamu terbangun dari tidur dirimu bukanlah dirimu.. Kamu melakukan banyak hal yang kamu tau itu buruk tapi kamu tetap tidak ingin berhenti.. Kamu menyesal tapi kamu tidak mampu memperbaiki..lalu yangn bisa kamu lakukan hanya menangis..apa kamu pernah?" Ucap Risa

Bukannya menjawab pertanyaan Risa,Richard hanya mengulurkan tangannya lalu mengusap air mata Risa dan menyisipkan rambut Risa.

"Apa aku juga menyakiti mu?"

"Aku tidak bisa merasakan sakit, jadi tenanglah kamu tidak akan menyakitiku" jawab Richard Ia berhengi sejenak sebelum melanjutkannya.

"Aku juga bukan pria baik, jadi tidak apa kalau kamu jahat"

Air mata Risa kembali terjatuh. Ia sungguh ingin berhenti menangis namun mendengar ucapan Richard, Ia sungguh tak bjsa menahannya. Bagi Risa ucapan Richard seakan memberitahunya bahwa Richard akan selalu menerimanya meskipun Ia melakukan banyak kejahatan.

Richard menggeser tubuhnya agar lebih dekat lagi lalu memeluk Risa. Dengan lembut Ia mengusap kepala Risa.

"Ngga papa kalau kamu tidak bisa lagi menjadi Risa yang tenang. Ngga papa kalau kamu ingin marah saat kesal, ngga papa kalau kamu ingin tersenyum dan tertawa saat bahagia. Tapi apa bisa kamu tidak menangis?" Ucap Richard.

Risa menjatuhkan wajahnya pada pundak Richard. Dan menumpahkan tangisannya tanpa suara.

Perlahan Risa melepaskan pelukannya. Mereka saling menatap dalam.

"Kenapa kamu pulang? Bukannya kamu marah dengan ku?"

"Aku masih kekasih mu dan aku janji untuk pulang setiap sabtu juga minggu"

"Kamu belum bosan?"

Richard menggeleng.

"Meskipun aku bukan wanita yang tenang lagi, kamu tetap belum bosan?"

Kali ini Richard menganggukan kepalanya.

"Kenapa?"

"Aku tidak tau.. Aku membenci mu tapi juga tidak bisa pergi. Aku ingin mencintai mu tapi aku tidak bisa percaya padamu. Aku bertahan untuk tidak kembali, tapi kenyataanya aku tetap ada disini" ucap Richard

Risa memeluk kaki Richard dan menyandarkan kepalanya di sana. Ia memejamkan matanya. Berharap bahwa semua ini akan berlalu, bahwa kedepannya Ia dan Richard akan bahagia.

"Aku ingin dengan mu..lebih lama lagi. Selama yang aku bisa..aku ingin bersamamu" ucap Risa

***

Risa sudah tidak lagi menangis, meskipun tentu saja perasaannya masih gelisah. Yang Risa lakukan hanya terus memandang ke bawah dari kaca-kaca di kamarnya itu. Richard mendekat dengan membawa satu gelas coklat hangat dan memberikannya pada Risa.

Turn (Never lose hope)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang