68 - Takdir yang terlambat

5.1K 204 148
                                    

"Sebenarnya bukan takdir yang jahat. Dia datang karena Allah sudah memastikan itu yang paling tepat"

Tak ada manusia yang bisa menentukan akhir sebuah cerita cintanya berakhir bahagia atau sebaliknya.

Tak ada manusia yang bisa memaksakan sebuah kehendak agar bisa sesuai dengan skenarionya.

Manusia hanyalah pemeran belaka. Allah lah yang berhak atas segala-gala Nya.

Seperti akhir perjalanan panjang cerita cinta Zulfikar dan Naysila. Meskipun mereka sudah berusaha agar mengakhirinya dengan takdir yang bahagia, namun pada kenyataannya lagi-lagi Allah meminta mereka untuk kuat menerima takdir atas kuasanya.

Namun karena keduanya adalah hamba-nya yang terpilih, maka tak sulit untuk keduanya saling mengikhlaskan. Mereka hanya berusaha ikhlas sebagaimana ikhlas nya seorang Nabi Ayub A.S, saat ditinggalkan semua harta benda juga orang-orang yang dicintainya.

----

Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi. Naysila kembali terbangun, entah kenapa sejak tadi tidurnya tak bisa nyenyak. Kepalanya sedikit pusing, mungkin akibat kurang tidur.

Dipandangnya laki-laki yang masih terlelap dengan dengkuran halusnya.

"Kenapa setiap kali aku melihatnya, aku jadi sangat takut, ya Allah." cicitnya.

"Mhhhhhh," Zulfikar menggeliat saat merasa ada yang bergerak. Naysila segera mengelus-elus pelipis suaminya, seperti seorang ibu yang dengan sigap saat anaknya terbangun. Dengan mata yang masih tertutup Zulfikar mengeratkan pelukannya pada Naysila.

Setelah Zulfikar kembali lelap, Naysila menurunkan tangan yang melingkar di badannya, dan dia memutuskan untuk shalat di sepertiga malamnya, untuk menghilangkan kegundahan hatinya.

Saat memasuki raka'at kedua dan bacaan takhiyat terakhir,

At’Tahiyyaatul Mubaarakaatush Shalawaatuth Thoyyibaatulillaah.

Mendadak bibirnya bergetar.

As-Salaamu’Alaika Ayyuhan Nabiyyu Wa Rahmatullaahi Wabarakaatuh, Assalaamu’Alaina Wa’Alaa Ibaadillaahishaalihiin.

Dadanya sudah sangat sesak. Naysila sudah tak bisa menahan lagi air matanya dalam raka'at terakhir itu. Meskipun di depan orang lain dan suaminya ia terlihat sangat tegar, tapi sesungguhnya ada hati yang robek dan menganga lebar disana. Hanya Allah yang dapat melihat luka itu.

Selepas shalat, Naysila akan menumpahkan semua tangisannya di depan sang maha pencipta. Karena hanya dialah yang berhak mengetahui seluruh isi hati dan perasaannya.

Hanya Allah lah sebaik-baiknya tempat kita mengadu. Mencurahkan semua keluh kesah dan kesedihan yang menusuk relung hati paling dasar. Karena hanya Allah lah yang tidak akan menceritakan keburukan kita pada siapapun.

"Assalamualaikum warahmatullah,"

"Assalamualaikum warahmatullah,"

Setelah selesai mengucap salam, air matanya benar-benar tumpah ruah. Dia tak bisa lagi menahannya, hanya saja dia sedikit menutup mulutnya agar tangisannya tidak pecah dan mengganggu nyenyak tidur laki-laki yang sangat dicintainya.

Amanah & Cinta 💓 (END)Where stories live. Discover now