4 - Insiden

6.3K 278 7
                                    

"Assalamualaikum, jangan lupa vote dan komennya yah, biar aku semangat UP, happy reading,"
.
.
.
💓

Malam ini adalah malam terakhir untuk mempersiapkan acara Ta'lim hari ahad besok. Zulfikar melihat seorang laki-laki paruh baya menggotong banner untuk hiasan panggung, "Pak lukman, biar saya saja yang masang banner nya." Zulfikar meraih banner di tangannya namun langsung di tepis oleh si empunya.

"Gpp Nak, biar Bapak saja, ini mah gampang." Pak Lukman mengibas-ngibas tangannya.

Tak lama Zulfikar melihat Andre dan Farhan sedang menggotong karpet musholla sambil cengengesan "Gue denger dari Tika si Naysila lagi cuti loh seminggu ini." Ucap Andre.

"Ehh serius lo Ndre? Itu artinya besok dia bakal dateng dong ke acara kita?" Farhan terkejut bahagia bukan main, pasalnya dia sudah lama menaruh hati pada gadis bernama Naysila itu, namun cintanya selalu bertepuk sebelah tangan karena Naysila menganggap Farhan tidak lebih dari seorang teman.

"Kemungkinannya sih ya sekitar 80% lah." Cengir Andre.

"Wahh gue mesti gercep nih," Farhan semakin semangat.

"Ndre, Han, abis gotong karpet tolong bantuin Pak Lukman pasang banner ya!" teriak Zulfikar yang membuyarkan obrolan keduanya.

"Siapp pak bro." jawab Andre dan Farhan kompak sambil mengangkat sebelah tangan posisi hormat.

Zulfikar tertawa kecil lalu beralih pada Bapak-bapak yang berusia sekitar 50 tahun di sampingnya. "Yaudah saya tinggal keluar dulu ya Pak, saya mau ketemu sama Pak Ustadz dulu."

"Ah baik Nak, silahkan."

Zulfikar memberikan senyum sambil menunduk memberikan hormatnya pada laki-laki yang sering ikut pengajian anak muda itu, meskipun usianya sudah setengah abad tapi laki-laki itu sangat semangat mengikuti pengajian bukan hanya dengan orang tua seusianya tapi beliau juga tak segan mengikuti acara-acara yang di selenggarakan kaum muda mudi di tempatnya.

💦💦💦

"Aisyah, apa kamu lihat Bapakmu? Ko dia belum pulang ya?" Hamidah berulang kali melirik jam di dinding berharap suaminya segera datang.

"Ais belum liat dari magrib bu, mungkin bapak lagi di majlis, besok kan ada acara disana." Jawab Aisyah sambil menuangkan cairan pencuci piring pada spon.

"Oh iya ya ibu lupa, tapi ini udah terlalu malam, Bapakmu kan sering sakit."

"Mungkin sebentar lagi pulang Bu." timpal Aisyah lalu melanjutkan aktifitas mencuci piringnya.

Naysila tiba-tiba muncul dan mengambil minuman kaleng di dalam kulkas, "Yaudah si Bu biarin aja, biar dia ada guna nya juga hidup di dunia." Naysila menenggak tandas minuman di tangannya.

"Astagfirullah Naysila, jaga ucapan mu!" Aisyah yang mendengar adiknya berkomentar pedas langsung menghentikan kegiatannya dan beralih memegang pundak Ibunya berusaha menenangkan.

"Emang bener ko adanya," jawab Naysila.

"Tapi kamu tidak berhak berbicara seperti itu dihadapan Ibu."

Naysila tidak menjawab ucapan Aisyah dan memilih pergi meninggalkan keduanya dalam posisi Ibunya yang berusaha menahan Aisyah untuk tidak membalas ucapan Naysila lagi.

"Sudah nak sudah, biarkan saja! Ibu tidak apa-apa."

"Tapi dia udah keterlaluan Bu." Aisyah geram dengan tingkah adiknya yang sama sekali tidak ada perubahan.

"Sudah, tidak apa-apa," Cicit hamidah pelan sambil menepuk punggung tangan Aisyah.

Baru saja Aisyah berniat melepaskan tangannya dari pundak Ibunya tiba-tiba terdengar suara laki-laki yang sepertinya terdengar panik.

Tok..tok..tok

"Assalamualaikum.."

Tok.. Tok.. Tok

"Bu Hamidah, Assalamualaikum." Ucapnya lagi.

Aisyah saling bertatapan dengan Ibunya, "Wa'alaikum salam." Jawab keduanya serentak.

"Biar Ais yang buka Bu!" Hamidah mengangguk, Kemudian Hamidah mengikuti langkah Aisyah dan berhenti di ruang tamu, dia duduk di kursi sambil menunggu Aisyah dan tamunya.

Beberapa detik kemudian terdengar suara wanita teriak yang tak lain adalah suara Aisyah "Astagfirullah Al'adzim, BAPAK .. Bu... Ibu.. Bapak Bu!" Hamidah langsung berdiri dan mengejar sumber suara itu . dia shock bukan main saat melihat keadaan suaminya yang tak sadarkan diri dengan darah segar mengalir di kepalanya.

"Innalillahi Bapak, langsung bawa masuk saja Nak, cepat! " perintah Hamidah pada Zulfikar dan kawan-kawannya. "Aisyah segera hubungi Dokter!"

"Baik Bu." Aisyah langsung mengeluarkan ponsel di kantong bajunya dan mengetik beberapa digit nomor. Sementara Hamidah sudah sangat panik melihat keadaan suaminya yang tergeletak tak sadarkan diri.

"Apa yang terjadi pada suami saya nak Andre?"

"Anu bu.. Anu," ucap Andre terbata-bata.

"Pak Lukman tadi jatuh sewaktu memasang banner di majlis bu." jelas Zulfikar.

"Astagfirullah Bapak." Hamidah semakin histeris mendengar jawaban dari Zulfikar.

"Kenapa kalian membiarkan Bapak saya melakukannya?" tanya Aisyah pada Andre dan kawan-kawannya.

"Zulfikar sudah melarangnya tapi beliau .." belum sempat Andre melanjutkan ucapannya tiba-tiba Lukman sadar.

"Nay .. Naysila .. Maafkan Bapak Nak!"

Lukman menyebut-nyebut nama anak bungsunya berkali-kali sambil menggelengkan kepalanya yang berlumuran darah. Hamidah sesekali membersihkannya dengan handuk basah.

"Pak, sadar pak, jangan bikin Ibu panik!" Ucap Hamidah penuh kekhawatiran.

"Nay .. Naysila .. "

Lukman kembali kehilangan kesadarannya dan membuat semua semakin khawatir di buatnya.

"Bu .. " Aisyah memandangi Hamidah sementara Hamidah hanya mengangguk lalu Aisyah pergi meninggalkan kamar tersebut.

Tak lama kemudian Dokter dengan perawatnya datang dan langsung menangani keadaan Lukman.

"Ya Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, lindungilah suami hamba ya Allah!" Hamidah tak henti-hentinya mengucap do'a berharap agar hasil pemeriksaan Dokter sesuai dengan harapannya.

ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

"Berdoalah (mintalah) kepadaku, niscaya aku kabulkan untukmu". (QS. Al-Mukmin :60

Amanah & Cinta 💓 (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora