39 - Maafkanlah aku

4.3K 209 32
                                    

Yuks mari budayakan vote sebelum membaca
Please komen kalo kalian ngerasa ada yang kurang atau kalau ceritaku menurut kalian pantas untuk dikomentari.

Selamat membaca 🙏
.
.

Siang ini Aisyah mendatangi rumah orangtuanya. Setelah beberapa kali menghubungi Naysila namun tak ada jawaban, terpaksa dia datang langsung untuk bertemu dengan adik semata wayangnya. Sebenarnya Aisyah ingin membicarakan perihal acara 40 harian Almarhumah Ibunya yang akan dilaksanakan besok. Tapi Naysila sulit sekali dihubungi.

Ditemani Bi Marni, Aisyah duduk menunggu Naysila sambil minum teh di ruang tamu, sementara Rizky dan Feby asyik menonton film kartun kesukaan mereka 'spongebob Squarepants'.

"Bi,"

"Iya, Neng."

"Bibi tau gak? Saya tuh kaya gak asing sama muka Bibi. Kaya sering liat dimana gitu." Ucap Aisyah.

"Ah, masa sih, Neng. Perasaan Neng aja kali."

"Serius Bi. Udah gitu, tiap kali saya lihat Bibi, mengingatkan saya pada seseorang." Ucap Aisyah sambil menatap wajah Bi Marni.

"Siapa Neng?"

"Bapak saya." Jawab Aisyah sambil terus menatap wajah asisten rumah tangga itu.

"Maksud Neng, Pak Lukman?"

Aisyah menggelengkan kepalanya, membuat Marni mengerutkan keningnya.

"Beliau bukan Ayah kandung saya."

"Oh, maaf Neng, Bibi gak tahu."

Aisyah tersenyum. "Gpp, Bi."

"Berarti, Almarhumah Bu Hamidah menikah dua kali?" Tanya Marni penasaran.

Aisyah diam, bagaimana Bi Marni tahu nama Ibunya? Sedangkan dia tidak pernah bercerita apapun mengenai Almarhumah kepadanya. Ah, mungkin Naysila pernah cerita, pikirnya.

"Iya, Pak Lukman adalah suami kedua Ibu."

Bi Marni mengangguk mengerti.

"Jadi, Neng sama Naysila itu anak tiri Pak Lukman?"

"Tidak juga. Hanya saya Bi. Kalo Naysila memang anak kandung beliau. Ibu sama beliau menikah dalam keadaan single parents, yang masing-masing memiliki satu orang anak. Jadi, Ibu punya anak saya dan Pak Lukman punya anak Naysila."

"Astaghfirullah, jadi Neng sama Naysila bukan saudara kandung toh. Oalah, pantes gak mirip sama sekali ya. Dari sifatnya aja beda jauh. Neng mah sopan, santun, cantik lagi." Puji Marni membuat Aisyah tersipu malu.

"Ah, Bibi bisa aja. Naysila juga gak kalah cantik kok."

"Tapi kecantikan yang hakiki terpancar jelas dari raut wajah Neng dengan hijab di kepala Neng ini." Puji Marni, "Oiya ngomong-ngomong kalo boleh Bibi tau, apa Bapak Neng masih ada?"

Ekspresi wajah Aisyah tiba-tiba berubah muram ketika Marni menanyakan perihal ayahnya.

"Mungkin," jawab Aisyah lemah.

"Kok mungkin, Neng? Emang gak pernah kontekan?"

"Ya begitulah Bi. Bapak saya orangnya misterius. Dia kadang datang tiba-tiba dan pergi pun tiba-tiba. Sekalinya datang paling di tempat-tempat tak terduga dan gak pernah lama. Mungkin dia hanya ingin memastikan kalau anaknya ini masih hidup, Bi." Aisyah tersenyum pilu, "Saya kadang suka berpikir kalo Ayah saya udah nggak sayang lagi sama saya."

"Hust, jangan kamu ngomong kayak gitu, Neng. Di dunia ini enggak ada satu orang tua pun yang enggak sayang sama anaknya. Kecuali orang tua itu mengidap kelainan jiwa." Ucap Bi Marni sambil memegang tangan Aisyah. "Mungkin Ayah Neng punya alasan tersendiri kenapa dia seperti itu."

Amanah & Cinta 💓 (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora