42 - Bi Marni

4.4K 191 43
                                    

Hallo, assalamu'alaikum. Aku update lagi nih, lebih cepet. Soalnya aku seneng kalo kalian kasih coment 🤗
Makanya jangan lupa vote dan komen ya! Biar aku semangat nulisnya.

10 Vote dan 10 Komen aku bakal update part selanjutnya. Gak banyak kan? Cuma 10 aja 😢

Selamat membaca

💞 Part 42 : Bi Marni 💞

....Naysila Pov....

Sinar matahari pagi ini membuat mataku silau karena cahayanya yang terlalu berambisi menggangguku. Tak seperti biasanya, aku merasa pagi ini terasa lebih hangat.

"Selimut, dan ...."

Astaghfirullah, ternyata aku ketiduran di sofa semalaman. Tapi siapa yang sudah memberiku selimut? Ah, palingan Kak Aisyah pikirku.

Ku lirik lagi foto di atas nakas. "Sudah rapih ternyata." Aku takut foto itu tertindih tubuhku semalaman.

"Sudah bangun, Nay."

Sapa Kak Aisyah yang datang dan memberiku segelas teh hangat.

"Kenapa tidak membangunkan ku, Kak."

Aku sedikit kesal, sudah jam 9 dan tidak ada satupun yang membangunkan ku.

"Kakak liat kamu capek banget. Lagipula kamu lagi gak solat kan?

"Darimana Kaka tau?"

"Ini kan memang sudah jadwalnya. Apa sih yang nggak Kaka tahu tentang adik cantik Kaka ini." Kak Aisyah mencubit pipi ku gemas, dan aku mulai risih. Karena aku bukan lagi anak kecil yang senang diperlakukan seperti ini.

"Kak, Zul mana?"

"Kenapa? Kangen?" Kak Aisyah terkekeh melihat ekspresi wajah ku yang kebingungan.

"Nggak,"

Tapi kalo boleh jujur memang aku sangat merindukannya.

Aku rindu dia membangunkan ku untuk shalat subuh berjamaah.

Aku rindu nasi goreng buatan dia.

Aku rindu tingkah menjengkelkannya.

Dan masih banyak lagi rinduku padanya.

Kini hanya tinggal sepi. Bahkan untuk sekedar menyapa saja rasanya dia sudah malas sekali.

"Zulfikar pamit barusan katanya mau jemput keluarganya,"

"Keluarganya? Maksud Kakak."

"Iya, dia bilang kalo keluarganya hari ini mau datang. Sekalian katanya dia mau ngadain pertemuan antara keluarganya dan keluarga kita di rumah Tantenya. Ada yang ingin dia umumin katanya. Dia juga ngundang Om, sama Tante supaya mewakili keluarga kita."

Apa? Mempertemukan kedua keluarga? Pengumuman? Untuk apa? Apa Zulfikar ingin mengumumkan perceraian kami di depan keluarga? Ya Allah tega sekali dia.

Kak Aisyah sepertinya sangat antusias sekali, padahal kalau dia tahu yang sebenarnya terjadi. Sungguh aku tak ingin membuatnya bersedih

Belum lagi keluarga Zulfikar, mengenalnya saja aku belum, lantas akankah pertemuan pertamaku dengan mereka jadi yang terakhir juga.

"Kenapa harus mengundang, Om dan Tante? Kenapa gak Kakak saja yang jadi perwakilannya.

Iya, cukup Kak Aisyah saja. Aku tidak mau ada banyak orang yang mengetahui perceraian ku dengan Zulfikar.

"Zulfikar yang minta. Dia pengen lebih formal aja katanya. Biar gak salah faham,"

Amanah & Cinta 💓 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang