27 - Direktur Baru

4.3K 200 42
                                    

Setelah kejadian hari itu, hubungan keduanya semakin membaik dari hari ke hari, keduanya sudah lebih sering bicara walau Naysila masih saja bersikap sedikit cuek pada Zulfikar. Namun Zulfikar tidak patah semangat, dia yakin bahwa Allah sudah mulai membuka jalan untuk mereka berdua, dan Naysila secepatnya akan segera menerima pernikahan ini.

1 bulan sudah mereka menjalani kehidupan sebagai suami istri, sepanjang itu pula Zulfikar berusaha meyakinkan Naysila bahwa cinta karena Allah bisa mengalahkan cinta terhadap manusia biasa.

Meskipun sekarang mereka sudah tidur dalam satu kamar yang sama, tetap saja tak ada kegiatan layaknya suami istri disana. Naysila hanya memanfaatkan Zulfikar sebagai pelindung dirinya dari gangguan orang jahat. Sedangkan Zulfikar memandang dari sudut pandang lain. Dia berharap jika kesempatan ini akan menjadi momen yang baik untuk memperbaiki hubungan keduanya, sehingga Zulfikar hanya bisa mengiyakan permintaan Naysila untuk tidur bersama.

"Loh, Neng, ko sarapan sendiri? Tuan ga di panggil dulu?" Tanya Bi Marni yang heran melihat Naysila sarapan tanpa suaminya.

"Ngga, Bi, buru-buru soalnya," Jawab Naysila sambil memasukan beberapa suap nasi ke dalam mulutnya.

"Makan itu pelan-pelan! buru-buru banget, nanti keselek loh." Kedatangan Zulfikar yang tiba-tiba sontak saja membuat Naysila yang tengah makan benar-benar tersedak.

Uhuk uhuk Naysila batuk.

"Tuh kan, sudah saya bilang pelan-pelan saja." Zulfikar segera mengisi gelas kosong dengan air mineral dan menyodorkannya pada Naysila.

Setelah habis menengguk air dalam gelas, Naysila menepuk-nepuk dadanya. Saat merasa cukup lega dia langsung beralih menyeret tas miliknya dan bangun dari kursi.

"Loh, mau kemana? Kan masih pagi?" Tanya Zulfikar

"Keppo." Jawabnya singkat, sementara Zulfikar hanya tertawa kecil mendengar lontaran jawaban dari Istrinya tersebut.

"Bukan gitu, itu ada kulit cabe di gigi kamu,"

Naysila langsung membulatkan matanya saat mendengar ucapan Zulfikar, sontak saja dia langsung meraih ponsel dalam tas nya untuk dijadikannya cermin, agar dia dapat melihat apakah benar yang dikatakan Zulfikar.

"Ngga ada, Kamu bohong ya." Pekik Naysila saat dia tidak menemukan apa yang dikatakan Zulfikar.

"Itu loh, masa ga keliatan sih? Sini saya ambil!" Zulfikar mendekatkan wajahnya ke arah Naysila, dan itu membuat jantung Naysila berdetak tidak karu-karuan.

"Please jangan begini! gue ga bisa. Berasa pengen pingsan gue tiap dia memperlakukan gue kaya gini." Batin Naysila sambil memejamkan matanya, sebelum akhirnya Zulfikar menarik kembali wajahnya saat sudah menemukan kulit cabai yang menempel di gigi Naysila.

"Sudah..........Cantik," Ucap Zulfikar terjeda, membuat jantung Naysila semakin ter porak-porandakan oleh kelakuannya pagi ini.

Tak mau jika Zulfikar melihat perubahan rona di pipinya, Naysila segera pergi meninggalkan Zulfikar.

"Hey tunggu! Saya antar." Zulfikar segera mengambil kunci mobil serta jas yang sebelumnya dia simpan di atas nakas samping meja makan.

"Ga usah, aku naik taxi aja! Kamu lanjutin makan aja, belum sarap...?"

"Saya bisa sarapan di kampus, yang penting sekarang saya harus memastikan Istri saya sampai ke kantornya dengan selamat. Ayo!" Zulfikar menarik tangan Naysila ke mobilnya.

"Eh eh eh, apa-apaan sih kamu?" Naysila hanya bisa pasrah ketika tubuhnya sudah duduk di kursi samping kemudi.

"Maen paksa anak orang aja, kalo aku lecet gimana?" Omel Naysila sambil menggerutu.

Amanah & Cinta 💓 (END)Where stories live. Discover now