67 - Mendampingi mu

5.1K 239 49
                                    

Part sebelumnya
Flashback part kemarin yang buat banyak pembaca baper. Ini khusus aku buatkan untuk kalian. Mohon maaf kalau cuma alakadarnya, karena keterbatasan yang ada. Semoga kalian suka 🙏

Besok adalah hari pernikahan Zulfikar dan Nurul. Dan hari ini Zulfikar sudah pulang ke rumah meskipun awalnya dokter tidak mengizinkannya, tapi Zulfikar bersikeras ingin pulang karena dia fikir ini adalah hari terakhirnya menghabiskan waktu bersama Naysila sebagai istri satu-satunya sebelum besok dia harus pintar membagi waktu dengan istri keduanya.

Ada yang berbeda dengan suasana rumah saat Zulfikar dan Naysila kembali. Tidak panas, tapi sunyi. Mereka yang biasanya saling bercanda kini hanya melempar senyuman sesaat. Senyuman yang sebenarnya menyimpan luka di dalam hati keduanya.

Tapi kembali lagi pada tujuan dan niat awal Naysila. Dia tak mau membuat beban untuk suaminya. Dia berusaha terlihat tegar dan ceria seolah tak ada beban yang menimpa pundaknya.

Naysila menghampiri Zulfikar yang sedang duduk di kursi depan dengan sebuah buku di tangannya.

"Serius banget sih, Mas. Lagi baca apa sih?" Goda Naysila sambil membawakan segelas air putih dan beberapa butir obat yang sudah dia keluarkan dari cangkangnya.

"Eh, ada bidadari surgaku. Sini duduk! temenin Mas!" Zulfikar menarik pinggang istrinya untuk duduk di sampingnya. Dia kemudian mengelus-elus hijab Naysila.

"Cantiknya bidadari, Mas." Ucap Zulfikar sambil menatap wajah Naysila dengan hangat.

Naysila sempat melayang saat Zulfikar merayunya, tapi wajahnya kembali datar saat harus menyampaikan sesuatu. "Oiya Mas, tadi Umi nya Nurul bilang kalo nanti selepas dzuhur, kamu harus fitting baju buat acara besok."

Zulfikar menghentikan aktifitasnya beberapa detik, lalu dia menurunkan tangannya yang semula bersarang di kepala wanitanya, kini beralih menggenggam kedua tangan Naysila.

"Nay," suara Zulfikar terdengar lirih, "apa kamu sudah benar-benar yakin?" Tanya Zulfikar.

Naysila mematung, sejujurnya dia ingin sekali berkata kalau dia tidak yakin. Dia tidak mau Zulfikar menikah lagi. Tapi dia tak boleh goyah.

"Kita masih bisa membatalkan ini kalau kamu gak sanggup." Tatapan mata Zulfikar benar-benar membuat hati Naysila mengernyit pedih. Dia memang belum sanggup menerima kenyataan ini.

Zulfikar yakin jika istrinya itu tidak sepenuhnya ikhlas. Zulfikar berniat akan membatalkan pernikahannya jika Naysila memang tidak ikhlas. Zulfikar memang tidak tega melihat keadaan Nurul. Tapi Zulfikar lebih tidak tega jika melihat istrinya harus menderita karenanya.

"Sayang, Mas bisa membatal .. "

"Mas," potong Naysila, "jangan bahas itu lagi yah! Kita kan udah sepakat. Jadi aku fikir itu gak perlu dibicarakan lagi. Sekarang Mas minum obat dulu yah!"

Zulfikar menghembuskan nafasnya dalam-dalam. Naysila selalu saja mengalihkan pembicaraan itu.

"Emang kemarin dokter bilang apa? Perasaan aku cuma kecapean, kenapa kamu akhir-akhir ini over protective banget sih?" Zulfikar menerima gelas dan obat dari tangan Istrinya lalu meminumnya.

Naysila memang sengaja merahasiakan penyakit itu dari Zulfikar. Semuanya demi kesembuhan suaminya. Naysila hanya ingin Zulfikar tidak kepikiran. "Emang kalau aku perhatian itu harus nunggu kamu sakit parah dulu?"

Amanah & Cinta 💓 (END)Where stories live. Discover now