Chapter 42

569 65 65
                                    

Langit sehitam tinta. Hanya ada sang rembulan di atas sana, bagiku ia berdiri bagai seorang pengawas yang berbisik menghitung mundur waktu. Udara dingin berembus tajam, menerpa jajaran tubuh-tubuh tegap para prajurit.

Telingaku menangkap berbagai suara sekaligus: derap langkah monster-monster di kejauhan, suatu benda berat yang didorong, dan langkah halus milik penyihir kegelapan. Aku pun menangkap ketegangan di sekitarku yang berpadu dengan debar jantung mereka yang berdetak lebih cepat.

Beberapa menit berlalu dalam keterdiaman yang mematikan, mataku menyipit mengawasi pergerakan bayang-bayang ganjil nun jauh di sana yang tampak seperti awan hitam. Merangkak lamban namun pasti mulai memasuki hutan busuk. Setelahnya terdengar bunyi debum bertubi-tubi yang menggetarkan dari dalam hutan.

"Apa yang terjadi?" tanya Dexter heran.

"Kurasa mereka menghancurkan pepohonan demi mencapai kita," jawabku.

Oliver mendengkus. "Kekuatan mereka menanjak menuju titik tertinggi, mereka ingin menunjukkannya dengan cara berlebihan."

Kemudian, bunyi keras membahana dari arah bukit bebatuan yang berada di sekitar benteng Highstone. Kali ini adalah bunyi ratusan genderang yang bertalu-talu, iramanya mantap terdengar bergaung di tengah kesunyian. Udara dingin yang kuhirup lantas dipenuhi hawa kejahatan. Midgard seakan bergetar seiring pukulan genderang dan segenap kehidupan seolah membisu dalam ketakutan mencekam.

Musuh datang berarak-arak keluar dari sisa-sisa pepohonan hutan yang menyerpih menjadi bubuk kayu tak berguna. Formasi mereka terbilang rapi dan teratur, serta kelam bagai titik-titik noda yang perlahan menyebar membentuk segerombol semut-semut hitam.

Iris hazelku menyisir cepat. Di baris terdepan ialah jajaran para penyihir-penyihir kegelapan, dalam balutan pakaian zirah berwarna hitam yang megah sekaligus terlihat mengancam. Di baris kedua, deretan legiun Furcas dengan panji-panji yang berkibar penuh keangkuhan. Sedangkan, di baris ketiga merupakan deretan para Ogre, Orc, dan Minotaur. Di baris keempat, terlihat deretan alat perang yang disebut Dexter sebagai menara pengepung dan trebucket yang di dorong oleh para troll.

Lalu, mataku tertambat pada sosok-sosok monster bertubuh besar nan kekar, tingginya kurang lebih tiga meter. Tubuhnya dibalut kulit berwarna abu gelap yang terlihat tebal sekaligus keras dari ujung kepala hingga ujung kaki. Monster tersebut memegang pedang lebar serupa golok di kedua tangannya. Dengan gigi taring besar mencuat dari bibirnya.

Itu pasti Kravoras, pikirku.

Dari semua ini, ada satu perasaan  janggal yang menggelayuti hatiku sedari tadi. Dengan ketidakhadiran raga Seira ataupun teman-teman yang diubah menjadi Furcas, seharusnya aku merasa lebih tenang. Sayangnya tidak, aku merasa ada sesuatu yang salah. Di mana mereka? Apakah mereka berperang di kerajaan Allanon? ataukah masih mencari keberadaan Radori Flourite?

Pasukan musuh berhenti. Aku memerhatikan gelombang awan hitam di baris terjauh pasukan kegelapan yang membentuk seperti pagar di langit kelam. Dan kusadari itu bukanlah awan hitam, melainkan Grif—mahkluk berjubah compang-camping dengan wajah tertutup tudung hitam.

Kehadiran mereka cukup membuat para prajurit Wresten terpengaruh. Aku bisa merasakan perasaan gelisah, putus asa, takut, dan semua emosi membumbung tinggi. Menyebabkan bunyi menderak mengerikan dari balik tudung Grif, yang kuasumsikan sebagai tawa gembira. Mahkluk itu memang menyantap emosi manusia. Dahulu, mereka adalah orang-orang yang mencari kekuatan tersembunyi dan berakhir dengan ditariknya jiwa dari raga mereka secara paksa, kemudian dicacah oleh Olinix.

"Salam hormat, Raja Odrix." Suara itu jelas disihir agar seluruh pasukan dari kedua belah pihak dapat mendengar.

Penyihir Kegelapan itu berdiri satu langkah lebih di depan, senyum lebar bermain di bibirnya. Dari warna rambut pirang pucatnya, tak diragukan lagi pemuda itu berasal dari klan
Schwarz—klan penguasa bayangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ljosalfar : The Light Elves Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang