Chapter 38

3.3K 346 138
                                    

Aku tiba di depan pintu ganda berwarna emas dengan ukiran rumit. Dua penjaga ljosalfar berdiri tegap di kedua sisinya, masing-masing memegang busur, tabung anak panah tersampir di punggung mereka.

"Aku ingin bertemu High King Glanduil," ucapku pada kedua penjaga.

Ljosalfar yang berdiri di sisi kanan menjawab, "High King Glanduil sedang mengadakan pertemuan dengan para dewannya."

"Ijinkan aku masuk," sahutku. "Ada hal penting yang harus kusampaikan langsung padanya."

"Kami tidak bisa memberimu ijin, tunggulah sampai pertemuan selesai." Kali ini Ljosalfar yang berdiri di sisi kiri yang menjawab.

"Ini sangat penting,"desakku. "Umumkan kedatanganku."

Dengan satu gerakan anggun dan cepat, kedua ljosalfar menghentikan langkahku; busur keduanya disilangkan, mata mereka berkilat penuh peringatan.

"Anda harus menunggu hingga pertemu--"

Kalimat si ljosalfar penjaga terpotong oleh suara derit pintu Great Hall yang terbuka di belakang mereka. Kedua ljosalfar itu bertukar pandang sesaat, melirikku sekilas, lantas menurunkan busur mereka.

"Silakan masuk, Putri Selena," ucap si penjaga yang berdiri sisi kiri. Kemudian, keduanya memberiku jalan dengan berdiri menyamping.

Aku melangkah memasuki Great Hall. Aroma harum hutan di pagi hari segera menyapa penciumanku. Cahaya matahari menerobos masuk melalui celah-celah dedaunan ambrogio yang lebat, menciptakan pantulan berwarna ungu ke seluruh ruangan. Butiran-butiran kecil salju jatuh bagai hujan tanpa benar-benar menyentuh lantai. Sihir yang membuat ruangan ini berubah seiring dengan perubahan musim.

Alunan musik dan suara merdu Ljosalfar biasanya akan terdengar tetapi kali ini berbeda. Ruangan ini terlihat kosong, hanya terlihat enam sosok berwibawa--tiga di kanan, tiga di kiri-- berdiri berhadapan di dekat singgasana. Tubuh jangkung mereka bercahaya, mata mereka menyorot tajam dan dalam. Dan di atas singgasana, di bawah sebatang pohon dengan dedaunan hidup, High King Glanduil tampak agung dan indah.
Wajahnya terlihat tanpa usia, mata biru jernihnya menatap tajam seolah seluruh pengetahuan dan kebijakan ada di dalamnya.

Aku meletakan tangan kanan di dada kiri lantas menundukkan kepala. "Selena Hawthorne memberi hormat."

"Hal penting apa yang membuatmu harus menemuiku?"tanya Raja Tertinggi bangsa Ljosalfar. Suaranya dalam dan penuh wibawa sekaligus indah disaat bersamaan.

"Aku mendapat vision, My Lord." Aku merasa tatapan penuh rasa ingin tahu dan selidik dari keenam dewan. "Ravenna berencana membuka gerbang Davel."

Aku merasakan perubahan suasana dari serius menjadi tegang, napas keenam dewan tertahan. Raut wajah mereka tak terbaca. Sepertinya aku membawa berita yang sangat buruk. Berita yang tidak diharapkan akan atau bisa terjadi.

"Kau tahu tentang gerbang Davel?" Suara dan ekspresi High King Glanduil tetap tenang.

Aku menggelengkan kepala sambil menjawab, "tidak, My Lord. Aku hanya sempat mendengar Xander menjelaskan apa yang tersegel di balik gerbang itu."

"Ceritakan apa yang kaulihat dalam visionmu, Putri Kedua Griselda," pinta salah satu dewan.

Suaraku mengalir memenuhi ruangan luas Great Hall. Tidak ada yang menyela, mereka hanya mendengarkan. Setiap kata yang keluar dari mulutku menambah ketegangan di ruangan itu. Tatapan mata High King Glanduil dan keenam Dewan Ljosalfar begitu tajam seolah mampu menembus apa yang kulihat dalam vision.

Ada keheningan yang cukup lama setelah aku selesai bercerita. Sekelebat kekhawatiran dan resah terpeta di wajah keenam dewan. Hal yang sangat jarang dilakukan bangsa Ljosalfar untuk menunjukkan perubahan ekspresi yang kentara. Walau hanya sekejap. 

Ljosalfar : The Light Elves Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang