Chapter 14

4.8K 464 27
                                    

Seira POV

"White witch. Roper merupakan lawan yang tangguh dan berbahaya, penyihir yang mengalahkannya sudah pasti bukan penyihir biasa," ucap Gon membuka pembicaraan setelah mereka tenggelam dalam pikiran masing - masing.

"Setidaknya itu merupakan petunjuk untuk kita, kalau dongeng masa kecil tentang white witch itu nyata ," Niel menatap kami bergantian dengan tatapan serius.

"Tunggu. Kau tak bermaksud untuk mencari mereka bukan setelah kita keluar dari tempat itu?" tebakku cukup curiga dengan kata 'petunjuk'nya itu.

Niel tersenyum dan itu merupakan jawaban kalau tebakanku tepat, "itu yang sedang aku pikirkan. Kita akan mencari mereka bila kita tidak menemukan jalan ataupun petunjuk tentang keberadaan kaum Ljosalfar."

"Mereka berperang bersama. Aku tahu maksudmu," Aku menganguk pelan, senyum tersungging di bibirku ketika aku tahu arah pembicaraan ini.

"Dan berita buruknya adalah kita akan dilatih Alaina," ucap Fred dengan nada ketidaksukaannya terhadap Alaina yang begitu ketara.

"Satu lagi berita buruknya, penyihir itu membohongi kita. Belati itu tidak berfungsi," tambah Dean sinis.

Aku mendengus, Dean benar, topik itu hampir saja kami lupakan akibat visionku tentang tujuh penyihir, kematian Roper dan dua furcas terkuat itu. Apa yang direncanakan Alaina sebenarnya? Dia ingin kami menjadi pengantar berita atau dia menginginkan kami semua mati? Aku mendesah, mungkin keduanya.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang? Berkeliling hutan mengerikan ini tanpa makanan dan minuman, kurasa itu bukan ide yang bagus," ucap Dean frustrasi.

Sial! Dean benar, berapa lama kami akan bertahan tanpa makanan dan minuman? Kecuali kalian cukup frustrasi dengan mencoba mencicipi daging ikan monster itu atau minum air sungai ditempat ini. Aku jelas tidak memilih keduanya!

"LARI!"

Kami serentak menoleh ke sumber suara, seorang laki - laki bertubuh sedikit gemuk dengan keempat temannya yang berada dibelakangnya, berlari dengan wajah panik serta ketakutan. Mataku menangkap sesuatu seperti pusaran angin hitam sedang mengejar mereka.

Kami bangkit berdiri lalu berlari menembus hutan, melintasi pepohonan yang menjulang tinggi dan melompati beberapa akar pohon yang mencuat. Dibelakangku, mereka berteriak dengan panik disertai ketakutan. Angin berhembus dengan sangat kencang seakan - akan angin itu mencoba menarikku masuk kedalam pusarannya.

Aku menoleh kebelakang sesaat dan melihat angin hitam itu membelah dirinya menjadi lima dan mengejar kami yang lari berpencar. Mataku membelalak ketika melihat salah satu angin hitam itu mengejarku dengan kecepatan tinggi. Kurasakan tanganku ditarik seseorang untuk berbelok kekanan. Patrick.

Pepohonan mulai berayun miring kebelakang akibat arus angin yang kencang, laju lari kami pun semakin berat. Kudengar kelima anak laki - laki dari tim ungu itu berteriak kencang sambil berkata sesuatu yang tidak dapat kudengar akibat suara angin yang bergemuruh.

Patrick berbelok ke kiri dan berlindung di batang pohon yang besar dan kokoh, aku mengintip dari balik pohon dan melihat salah satu dari kelima anak laki - laki itu memeluk erat batang pohon didepannya.

Patrick kembali menarikku berpindah ke batang pohon yang lebih besar tepat ketika badai angin menerjang, ia menarikku ke dalam pelukannya. Sebuah tawa mengelegar mengerikan itu pecah diantara gemuruh angin.

"Furcas....sampai kapan kalian bersembunyi?"

Sial! Apa semua mahkluk kegelapan disini bisa bicara? Tanpa melihat pun aku yakin itu suara dari angin hitam.

Ljosalfar : The Light Elves Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang