Chapter 28

5.1K 524 73
                                    

"Salam hormatku untukmu, Freya." Aku mengangguk hormat padanya. Tapi ada sesuatu yang membuatku bingung, kenapa aku tidak merasakan aura kekuatannya? Apa penyihir setingkat Gorlassar bisa menyembunyikan kekuatan mereka?

"Kau belum bisa mengendalikan kekuatan sihirmu, Selena, dengan kau berlatih aku yakin kau bisa merasakan aura di sekitarmu semudah kau bernapas." Freya tersenyum. Dan senyumannya itu membuatnya terlihat semakin cantik.

Keningku bertaut."Kau bisa membaca pikiran?"

"Tidak. Pertanyaan itu terlihat jelas di wajahmu." Freya terkekeh dan kulihat Raizel juga tersenyum kecil.

"Wajahku," ulangku tanpa suara. Aku jadi berpikir ulang, apa selama ini pemikiranku terlihat begitu jelas di wajahku bagaikan sebuah buku?

Freya menoleh ke belakang tepat ketika seekor griffin mendarat di tanah berumput dengan sedikit hentakan dan hembusan angin.

"Gorlassar?"tebakku.

"Kau benar. Penunggangnya adalah Gorlassar," jawab Raizel.

"Kukira griffin tidak bisa dijinakkan."

Raizel tersenyum."Hanya Gorlassar yang bisa menjadi rekan para griffin, raja hewan buas dan penguasa udara."

Kulihat seorang gadis berambut biru dengan setelan kulit--celana dan atasan tanpa lengan--dengan pedang tersampir di pinggangnya turun dari punggung griffin. Berjalan santai menuju ke arah kami dengan senyum mempesonanya. Ia benar-benar sangat cantik.

"Hallo Freya."--ia mengalihkan tatapannya--"Hallo Raizel."

"Dan kau pasti Selena Hawthorne." Gorlassar itu berhenti di hadapanku lantas memelukku erat. "Senang sekali melihatmu disini, Selena." --Ia melepaskan pelukannya--" namaku Calantha Valerie Wilhelm, panggil aku Valerie."

Aku mengangguk hormat. "Salamku untukmu, Valerie."

Valerie tersenyum manis. "Kau tidak perlu terlalu formal padaku, anggap aku temanmu."

"Kalau itu yang kau mau." Aku membalas senyumannya.

"Itu lebih baik," jawabnya.

"Ada sesuatu yang terjadi?"tanya Raizel, wajahnya berubah serius.

"Ahh...ya. Sepertinya segel Euridice[1] sudah mulai terlepas. Lazag menyerang sebuah desa kecil memorak-porandakannya seakan itu hanya sebuah mainan," ucap Valerie dengan wajah serius.

"Alaina...,"geram Freya.

"Makhluk kegelapan yang tersegel disana mendapat kekuatan berlipat ganda setelah Ravenna bangkit, ini akan sangat menyusahkan." Raizel melipat kedua tangannya di depan dada.

"Itu yang diinginkan Ravenna," ucap Freya dengan nada dingin.

Bunyi lonceng yang sangat indah menggema di seluruh pelosok kerajaan.

"Panggilan rapat dewan. Sepertinya semua anggota dewan sudah datang." Valerie tersenyum kecil. "Aku tidak menyangka rapat ini akan terjadi lagi." Valerie menghela napas.

***

Aku menyusuri jalan setapak bertangga, di samping kanan-kiriku terdapat sederetan lampu berbentuk indah, berbaris rapi.

Dan di atas bukit, kulihat bangunan berbentuk bulat dengan atap kubah berpola rumit dan pilar-pilar kokoh sebagai penopangnya berdiri megah.

"Itu ruang rapat dewan?"tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku dari bangunan di atas bukit.

"Ya, itu ruang rapatnya. Kita hampir sampai." Raizel menoleh ke arahku sambil tersenyum.

Aku melihat sekelompok burung bersurai hijau dan kuning melintas di angkasa sambil berkicau indah.

Ljosalfar : The Light Elves Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang