Chapter 19

4.5K 477 98
                                    

Ribuan belati seakan menghunjamku, menusuk - nusuk hatiku hingga meninggalkan luka menganga yang meneteskan darah kemudian diperas hingga tak lagi menyisahkan satu tetes darah pun. Aku merasa dunia tempatku berdiri seakan menenggelamkan diriku ke dalam samudra tanpa dasar membiarkanku menghirup air asin itu hingga paru - paruku meledak.

"SEIRAAAA...."

Air mataku tumpah membasahi pipiku, aku meronta terus meronta sambil meneriaki namanya. Semua yang kulihat bergerak dalam mode lambat seakan semua ini memang di sengaja untuk menyiksaku. Untuk melihatnya jatuh dari ketinggian kurang lebih 30 meter.

Kenapa? Kenapa harus Seira?!

Sebuah bayangan besar melayang dan mendarat disamping kami, tubuh transparan merah apinya tampak berkilauan di bawah sinar matahari. Naga.

"Naiklah di punggung kami, kita pergi dari sini. Ayo cepat!" ucapnya dengan suara yang terdengar agung.

Dean mengiringku untuk mendekat ke naga transparan itu tanpa memedulikan keengananku, ia membantuku menaiki punggung sang naga. Lalu, dengan sekali hentakan, sang naga melesat ke udara. Hembusan angin dingin menerpa kulitku.

Aku merasa semua yang kulihat saat ini sudah bergerak normal kembali, aku menekan dadaku yang masih terasa nyeri, untuk terakhir kalinya aku menoleh ke tempat terkutuk itu.

Namun, mataku menangkap sosok Alaina yang sedang mengangkat belatinya kemudian menghujamkannya pada Seira.

Air mataku kembali mengalir deras. "TIDAKKK....! SEIRAAA....," Aku berteriak sekeras mungkin.

Seira mati? Tidak, tidak...jangan kumohon. Aku tidak sanggup lagi kehilangan orang yang kusayangi, satu - satunya keluarga yang kumiliki.

"Bisakah kau kembali? Aku tidak bisa meninggalkan kakakku disana," ucapku dalam isak tangis, tubuhku bergetar hebat.

"Maafkan aku, Selena. Tapi ini adalah keinginannya untuk membawa kalian bertiga keluar dari tempat itu," ucap naga itu dengan suara lembut namun masih terdengar agung.

Itu egois! Bisa - bisanya kau melakukan ini, Seira...kau sudah berjanji padaku untuk tetap bersama. Kenapa kau melakukan ini?

Aku menundukkan kepalaku pada punggung sang naga, menangis dan terus menangis, aku tidak peduli kalau aku dibilang cengeng, lemah, dan lainnya. Aku tidak peduli!

Sakit. Sesak. Bahkan untuk menghirup udara dan menghembuskannya saja sudah membuat dadaku terasa nyeri.

"Dia sangat menyayangimu, Selena."

Aku mendengar naga itu berbicara tapi rasa sakit yang amat sangat di hatikulah yang membuatku tidak dapat menjawabnya. Detik berikutnya yang terdengar hanyalah isakanku yang sesenggukan.

"Berpegangan yang erat, kita di kejar."

Aku mendongak, mataku menyisir sekitar, hawa dingin menusuk punggungku dan aku tahu apa yang sedang mengejar kami. Grif.

Sang naga meluncur cepat, menukik ke kanan, menyemburkan api dari mulutnya. Aku menoleh ke kiriku dan mendapati segerombolan burung gagak berukuran seperti elang melesat menyerang kami. Aku menarik pedangku--yang untung saja tidak aku tinggalkan tadi-- lalu menebas burung gagak yang terbang menyerangku.

Api berpendar dari tubuh sang naga, membentuk dua sosok naga lainnya yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil darinya. Dua naga itu meraung ganas lalu melesat menyerang grif dan segerombolan gagak.

Aku memegang erat duri di punggung sang naga saat ia melesat cepat bagaikan angin. Aku memperhatikan sang naga dengan seksama, sekilas mereka memang terlihat seperti naga asli dengan gigi dan cakar yang tajam, serta sisik pada tubuhnya. Namun yang membuat mereka sedikit tidak nyata adalah mereka transparan.

Ljosalfar : The Light Elves Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang