Chapter 31

5.6K 478 123
                                    

Tubuhku bergeming. Otakku seakan menolak mencerna apapun, sedangkan bibirku melafalkan namanya tanpa suara. Dia benar-benar berada di sini! Dengan perasaan ngeri yang merambat, aku mengalihkan pandangan ke arah yang sama dengan Volkov.

Tubuh tinggi semampainya tampak sempurna dalam balutan gaun hitam panjang dengan aksen merah tua yang mewah. Rambut pirang pucat bergelombang tersampir di sisi kanan bahu, sedangkan sisanya terurai di punggung. Ia mengenakan mahkota hitam tinggi berujung runcing.

Aura kegelapan abadi terpancar kuat dari tubuhnya. Begitu berkuasa sekaligus mematikan.

"Begitukah caramu menyambut kedatangan ratumu, Volkov?"

"Kau bukan ratuku!" Sergah Volkov dingin.

Senyum kecil menghiasi wajah cantik Ravenna. "Sekali menjadi Gorlassar, selamanya akan tetap menjadi Gorlassar. Itu berarti ... Aku masih ratumu."

Mataku melebar. Ravenna itu ... Gorlassar?! Aku menggeleng tak percaya.

Volkov mendengus sinis. "Cukup basa-basinya. Apa yang membuatmu datang sendiri ke tempat ini?"

Suara pekikkan ganjil membuatku menengadah, kulihat gagak-gagak berukuran besar bersama para grif melayang keluar Death Mountain menuju langit luas. Aku menurunkan pandangan tepat ketika kilatan sihir menghadang 6 penyihir kegelapan.

Serangan itu berasal dari 4 Wizard dari klan Strum atau begitulah menurutku karena mereka memakai jubah yang sama persis seperti Volkov. Tanpa menunggu lama mereka memelesat dengan kecepatan tinggi lantas bertarung sengit, menciptakan ledakan-ledakan di udara.

"Aku mengganggap ini sebagai pernyataan perang darimu." Dagu Ravenna terangkat angkuh, senyum licik tersungging di bibirnya. Mata hijaunya berubah menjadi merah.

"Bukankah itu yang kau inginkan? Mengumandangkan genderang perang ke seluruh Midgard, menaklukkan kerajaan manusia, dan berkuasa atas seluruh negeri?!" Suara Volkov meninggi.

"Tepat sekali. Aku ingin membuat perang terbesar sepanjang sejarah dan meruntuhkan kerajaan tertinggi bangsa Ljosalfar." Seringai jahat terukir di bibirnya.

"Kau tidak akan bisa mengalahkan High King Glanduil."

Ravenna tertawa pongah. Awan hitam mulai bergulung-gulung menutupi langit Death Mountain. "Kekuatanku bertambah berkali-kali lipat dari ratusan tahun lalu dan setelah kekuatan Quezto kembali padaku ... membunuhnya adalah pekerjaan mudah."

Aku berkidik ngeri. Udara di sekitarku mendadak berubah menjadi lebih gelap dan menyesakkan.

"Kau tidak akan bisa mendapatkan kembali kekuatan Quezto-mu!"

"Aku akan merebutnya dengan berbagai cara." Ravenna berjalan pelan dengan gerakkan anggun dan penuh kuasa, membentuk setengah lingkaran. Volkov mengamatinya dengan kewaspadaan tinggi. Mereka saling memutari.

"Kali ini kupastikan kau akan musnah, Ravenna!"

Sang ratu kembali tertawa. Petir-petir hitam menyambar ribuan kali dengan begitu mengerikan. Tanah tempat kami berpijak meretak, melebar, dan merambat ke segala arah. Jeritan-jeritan pun mengema menakutkan. Asap-asap hitam merengkuh Calon Furcas, mencekik mereka, membakar dan mengubah mereka menjadi debu.

Aku memutar tubuhku. Ini gila! Perasaan takut dan ngeri segera menyapaku. Inikah kekuatan Sang Kegelapan? Semudah inikah dia merenggut nyawa orang lain? Tanpa sengaja sudut mataku menangkap sosok-sosok yang kukenali; Patrick, Gon, Angela, dan Victor sedang meronta dan menjerit saat asap hitam Ravenna membungkus mereka dan ketika asap itu hilang, yang tersisa hanyalah kekosongan. Dan debu yang tertiup angin.

Ljosalfar : The Light Elves Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang