Chapter 26

5.4K 523 107
                                    

Tidak salah lagi, mereka Ljosalfar.

"Kau bisa berdiri?" Suara itu begitu jernih dan indah.

Aku mengalihkan pandanganku dan terpaku. Mataku terkunci dengan sepasang iris biru jernih yang indah, wajahnya begitu tampan, indah, dan bercahaya, rambut keemasannya tampak berkilau. Tubuhnya tinggi dan tegap, di punggungnya terdapat dua bilah pedang bergagang kuning gading, dan juga tabung berisikan anak panah. Aku tidak tahu kata-kata apa yang cocok untuk menggambarkan elf yang saat ini berdiri di hadapanku sambil menawarkan tangannya untuk kuraih. Ia terlalu sempurna untuk di lukiskan dalam sebuah kata.

Aku meraih tangannya dan bangkit berdiri, mataku teralih saat kulihat satu orc muncul dari balik pohon, menerjang sambil mengibaskan senjata ke arahnya.

"Awas di belakangmu!"seruku. Elf itu tanpa menoleh menarik satu pedang dari punggungnya, memutarnya lantas menusuk orc itu.

Ia menarik kembali pedangnya, memutar tubuh dan menahan serangan orc lain, menendangnya lantas menyayatnya. Dengan gerakan cepat sekaligus anggun dalam sekejap mata ia sudah melumpuhkan kurang lebih tiga lusin orc. Aku hanya bisa terperangah saat melihatnya dengan cekatan memakai busur dan pedang secara bergantian. Aku tidak mengerti bagaimana ia bisa mengganti senjata dengan begitu cepat dalam waktu sesingkat itu.

Cahaya putih tipis menyelimuti seluruh tubuhku, seketika itu juga rasa nyeri dan sakit luar biasa yang kurasakan perlahan mereda. Aku menoleh dan menangkis serangan orc lantas menyayatnya. Empat orc lainnya berdatangan, aku menahan serangan orc pertama, menendang orc kedua kemudian menyayat orc pertama, ketiga, dan keempat lalu terakhir aku memenggal kepala orc kedua.

Aku menunduk saat senjata orc lainnya menyapu udara, ku kibaskan pedangku untuk menyayat orc itu lalu menendangnya jatuh. Aku mengangkat pedang Raizel melewati kepala untuk menahan serangan salah satu orc, mendorongnya, berbalik dan membalas serangannya lantas menusuknya.

Dengan napas terengah-engah aku membantai orc demi orc yang berdatangan ke arahku hingga sebuah api biru berbentuk setengah tubuh naga meluncur dan membakar pasukan orc di sekitarku. Ku lihat Sam menyapukan pedangnya yang terselimuti petir ke arah pasukan orc yang menyerangnya, melempar mereka tanpa benar-benar melayangkan pukulan.

Aku membuat sebuah kobaran api besar lantas dengan gerakan kecil tanganku kobaran api itu menyambar para orc yang mengepung Dean, membakar mereka menjadi abu.

Kulihat Drigo membantai sepasukan orc dengan cukup mengerikan. Ia membuat kedua tangannya terselimuti es tajam dan merubah setiap jalan yang ia lewati menjadi es yang licin, ia meluncur dan membantai pasukan orc itu bagaikan sedang menari. Ya tarian mautnya sungguh mengerikan.

Aku menangkis terjangan salah satu orc, mendorongnya hingga jatuh ke tanah lantas menusuknya. Dengan napas terengah-engah kuedarkan pandanganku, sepertinya pertarungan ini sudah berakhir.

Aku berjalan menghampiri Raizel dan mengembalikan pedang yang ia pinjamkan untukku. "Terima kasih." Aku melemparkan senyum tulus kepadanya lantas berlalu.

"Halsninr[1], Glofindel."--Raizel mengangguk sambil meletakkan tangan kanan di dada kirinya-- "aku senang melihatmu dan pasukanmu berada disini. Apa yang membuatmu berada di Norwood?"

" Halsninr, Raizel."--Glofindel mengangguk kecil-- "aku dan pasukanku sedang memburu para orc yang berkeliaran di sekitar hutan kami dan Norwood. Aku merasakan kehadiran kalian sehingga aku datang untuk membantu."

"Kau datang tepat waktu, Glofindel." Xander muncul di sebelah Raizel, ia meletakkan tangan kanan menyilang ke dada kirinya lantas mengangguk kecil yang di balas Glofindel dengan anggukan.

Ljosalfar : The Light Elves Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang