Chapter 39

3.5K 371 141
                                    

"Draco."

Nama itu. Nama yang disebut Oliver membuatku diam tak bergerak maupun berpikir. Draco adalah hewan sihir milik Seira. Aku membuka mata pelan lantas memutar tubuh. Di sana mahkluk transparan yang terbuat dari elemen api berdiri dengan sayap terbentang lebar, menampakan keagungannya.

Yang membuat aku terdiam saking terkejut adalah hewan sihir seperti Draco hanya bisa dipanggil oleh pemiliknya. Lalu, bagaimana Draco ada di sini?

Apa mungkin....

Pikiranku terhenti saat simbol-simbol kuno yang kukenali sebagai segel mengelilingi Draco. Mataku menyipit ketika tubuh hewan sihir berupa naga itu mengobarkan api besar seolah melahap seluruh tubuhnya. Kemudian membentuk siluet yang perlahan mewujud menjadi sesosok gadis. Gaun berwarna biru muda panjang (dengan sisa-sisa kobaran api kecil dibagian bawahnya) membalut tubuh rampingnya, sisi kanan kiri rambut brunnate-nya dipilin, disatukan ditengah dan sisanya dibiarkan tergerai di punggung. Ia memiliki iris abu-abu khas klan Maximilian. Wajah cantiknya masih sama seperti yang kuingat.

"Seira...,"bisik Dean dan Oliver bersamaan, terperangah.

Oliver melangkah maju dan berhenti di sampingku. "Kau masih hidup?"

Iris hazelku menatap tubuh Seira yang transparan seperti embun membentuk suatu wujud saat matahari menyentuhnya. Hatiku terasa nyeri, udara seolah berhenti memberiku pasokan oksigen. Satu tetes cairan bening lolos dari mataku.

"Tidak, Oliver. Aku sudah mati," jawab Seira. Senyum sendu terlukis di bibirnya. Sudut mataku menangkap gerakan anggun para Dryad yang menunduk hormat pada Seira.

"Bagaimana kau bisa berada di sini?"tanya Dean.

"Ibuku, Griselda, menanamkan banyak Sihir Pelindung padaku dan Selena sebelum kami meninggalkan Kerajaan Saveria. Salah satunya adalah Segel Pemisah. Segel Pemisah-ku aktif ketika Ravenna mengubahku menjadi furcas," jawab Seira.

"Segel Pemisah?" Oliver mengerutkan kening tanda ia tidak mengerti.

"Dahulu, saat Perang Besar, Golassar Brice (Gorlassar sebelum Griselda) menggunakan Segel Pemisah untuk memisahkan jiwa dan kekuatan Ravenna lantas menguncinya dengan segel lain," jelas Xander.

"Tidak terdengar seperti segel pelindung," sahut Oliver.

"Fungsi awalnya memang bukan sebagai pelindung. Tapi Klan Maximilian bisa mengubah fungsi segel sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka," ucap Xander.

"Segel ini memisah jiwa dan kekuatan dari tubuhku tepat ketika Sihir Hitam nyaris menguasaiku," Seira berkata dengan tatapan setengah menerawang.

Aku merasa suara di sekelilingku seketika menghilang digantikan suara jeritan yang membuat dadaku sesak. Dalam ruangan dengan penerangan cahaya bola sihir, remang dan dingin, Seira terbaring di meja batu. Tangan dan kaki dibelenggu. Dengan penglihatan tajam Penyihir, aku bisa melihat spot hitam menjalar bagai sulur akar di sepanjang kulit tangannya. Jerit histeris Seira memantul menjadi gema yang menyayat hatiku. Mengeliat dalam kesakitan seakan seluruh tubuhnya terbakar, tersayat secara bersamaan.

Dan aku mendengar suara lain, suara yang kukenal meneriakan nama kakakku. Dalam keputusasaan, pilu, dan sakit. Patrick ada di sana, menyaksikan di suatu sudut.
Seketika ingatanku kembali ke masa di mana Jordan terbaring di rumah Lily (tabib di desa Eregion) spot hitam yang sama menjalar ke seluruh tubuh, jerit histerisnya. Tak tahan lagi, aku memalingkan wajah, menghentikan visionku. Air mata menggenang dan mengalir menuruni pipi.

"Berita baiknya, Kegelapan tidak akan bisa menggunakan kemampuan dan kekuatan Seira. Radori Flourite aman," ucap Dean. Jelas pembicaraan terus berlanjut.

Ljosalfar : The Light Elves Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang