Chapter 22

4.4K 481 32
                                    

"Oliver! Dean! Aku mengingatnya!" pekikku senang sambil berlari kecil ke arah mereka. Keduanya duduk di tepi sungai sambil membakar ikan.

"Mengingat apa? kau terlihat gembira sekali," ucap Oliver dengan nada heran sambil membalik ikan bakarnya.

"Aku ingat di mana kaum Ljosalfar berada. Mereka berada di Elwood utara," jawabku bersemangat tanpa menghilangkan senyum senangku.

Oliver dan Dean menghentikan kegiatannya dan menatapku dengan senyum semringahnya lantas tertawa. "Aku mengingatnya!" pekikku lagi. Untuk pertama kalinya setelah aku kehilangan kakakku dan teman - temanku, aku bisa kembali tertawa gembira.

"Setelah makan, kita langsung berangkat ke utara," ucap Oliver mantap dengan senyum lebarnya, aku mengangguk.

"Aku senang melihatmu bisa tertawa seperti ini," ucap Dean yang diikuti anggukan setuju Oliver.

"Walau kau belum sepenuhnya kembali tapi aku senang melihat tawamu itu," Oliver tersenyum lebar.

"Mungkin seiring berjalannya waktu aku bisa kembali seperti dulu, begitu pula denganmu Oliver, dan kau juga Dean, aku tahu kalian juga merasa sedih dan kehilangan."

"Kita semua merasakan itu, biarkan waktu yang menyembuhkannya," ucap Dean sambil tersenyum padaku.

"Selamat ulang tahun, Selena!" Oliver memelukku erat.

"Selamat ulang tahun ke-17, Selena!" Dean juga ikut memelukku erat. Kami bertiga berpelukan seperti tiga anak kecil yang baru bertemu setelah puluhan tahun berpisah. Aku terkekeh kecil.

"Terima kasih. Emm, sepertinya ikan bakarmu gosong, Oliver." ucapku melirik ikan bakar yang mulai menghitam.

Oliver dan Dean melepas pelukannya dan kembali duduk di tempat awal mereka, depan api ungun. Dean mengambil dan membuang ikan bakar yang sudah terlanjur gosong itu.

"Ini untukmu, ikan paling besar yang berhasil kami tangkap untuk yang berulang tahun hari ini." Oliver berhasil membuat senyum terlukis di wajahku, aku duduk di antara Oliver dan Dean lalu mengambil ikan bakar yang terlihat lezat dari tangan Oliver.

Aku menggigit, menguyah, lalu menelannya. "Kalian menangkap ikan sebanyak itu?" Aku menunjuk dengan daguku ke arah tumpukan ikan bakar yang mereka taruh di atas piring--aku tidak menyangka Oliver mengambil piring dari rumah Jose--.

"Sekalian untuk makan malam," sahut Dean.

Kami hanyut dalam obrolan ringan cukup lama hingga tak menyadari waktu berjalan dengan cepat dan matahari tampaknya sudah berada di atas kepala kami. Aku menengadah saat mendengar sebuah suara dan membelalak. Ribuan burung gagak terbang menutupi langit.

"Ratu Ravenna...?" gumam Oliver tak percaya.

Jantungku terasa berhenti berdetak, tidak mungin dia yang mengejar kami bukan? Aku bangkit perlahan dari posisi dudukku tidak melepas sedikitpun pandanganku dari langit.

"Berkemas dan pergi dari sini." Dean melangkah mundur.

Aku melangkah mundur, berbalik, dan langsung berlari kecil mengikuti Oliver dan Dean yang sudah bergegas merapikan barang - barang kami.

Pikiranku melayang - layang, dia mengejar kita? Sang ratu? Ini gila. Aku tidak bisa menutupi rasa gelisahku. Aku memasukkan selimutku ke dalam tas dengan tergesa - gesa, menutupnya dan menyampirkannya ke tubuhku.

"Biar aku yang membawanya," ucap Oliver, ia mengambil tas itu dan menyampirkan ke bahunya.

Gerakanku terhenti saat sebuah anak panah yang terbuat dari besi meluncur dan menancap di batang pohon sebelahku, hanya beberapa centimeter saja dari wajahku. Dengan cepat aku menoleh kearah anak panah itu berasal, sepasukan ogre berlari menuju tempat kami.

Ljosalfar : The Light Elves Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang