Part 8 : Bali 1

2.1K 99 2
                                    

Part 8: Bali 1

kepada pembaca yang sehat-sehat. tolong biasakan vote setelah membaca apapun cerita di wattpad. terimakasih!

.......................

Jakarta masih seperti biasa. Bertempur dengan macet dan debu jalanan Awan Jakarta hari ini mendung, rinai hujan sesekali terlihat tapi belum deras. Cuaca dingin menusuk masuk ke celah jaket Farah yang duduk di balkon kamarnya. Farah tersenyum, ia suka bau debu hujan, ia suka semua tentang hujan. Ada cerita tentang hatinya dan hujan yang hanya Allah yang tau sebagai penampung semua doa dan cita-cita Farah.

"Kaaaak, kakaaak, kak Faraaaah" suara dari dalam kamar Farah memekak entah dari siapa. Farah tak menggubris, ia tetap saja diam, menyesap kopi hitam dan duduk tenang melihat butiran hujan.

"Kakak disini?"

"Ngapain?" Suara keduanya bergantian. Farah menoleh dan terkejut

"Rahman, Rahim? Kapan sampe?"

"Tadi pagi, dijemput sama temen lama" jawab Rahman

"Temen lama? Siapa?"

"Ceritanya nanti aja. Yuk, Kak siap-siap"

"Siap-siap? Mau kemana emang?" Farah bingung

"Udah ikut aja, kita tunggu dibawah. Setengah jam lagi harus sudah siap ya"

"Hmmm" Farah memanyunkan bibirnya

Rahman dan Rahim adalah sepupu Farah, mereka bertiga seumuran, tua Farah 6 bulan dari mereka. Ketiganya adalah saudara persusuan.

"Okeh, aku siap" Farah tidak tau harus menggunakan pakaian seperti apa, karena ia pun tak tau akan diajak kemana. Ia hanya mengambil asal saja gamis berwarna merah muda dengan jilbab senada. Tak lupa asesoris sebuah cincin indah serta tas tangan senada nangkring di lengannya.

"Mik, kita pergi dulu ya" sambil menuruni tangga dan membetulkan jam tangannya

"Mau kemana taw'am?" Madame Mohannad bertanya kepada si kembar

"Jalan-jalan Ammah, boleh ya" Jawab Rahman

"Iya, boleh. Kali aja Kakakmu ketemu jodoh kan kalo yang nemenin 2 sodara ganteng kayak gini" Madame Mohannad menggoda Farah

"Boro-boro dapet jodoh, Mik. Yang ada laki-laki takut liat mereka. Belum maju udah lari duluan mereka" Farah tertawa

"Ah, nanti dapet beneran malah bingung?" Goda Rahim

"Maksudnya?" Farah bingung

"Udah, Ayo Kak. Kita udah ditunggu"

"Ditunggu siapa?"

Ketiganya masuk ke mobil. Seorang sopir sudah siap dan langsung menghidupkan mesin.

"Kok pake sopir?" Farah heran

"Shuut. Diem!" Rahman menunjukan telunjuk ke bibirnya sendiri

Mobil terus berjalan memasuki areal parkir Bandara Halim Perdana Kusuma. Farah yang tidak mengerti dan dilarang bertanya mengikuti saja keinginan adik sepupunya ini. Perjalanan mereka berhenti didepan sebuah private jet. 2 orang pilot sudah menunggu mereka dan siap untuk menerbangkan burung besi tersebut.

"Ayo, Kak. Masuk" Rahim menarik tangan Farah

"Lho lho lho. Ini kita mau kemana?"

"Udah, masuk aja"

Farah masuk ke dalam pesawat yang diikuti oleh Rahman dan Rahim.

"Winda?"

"Farah, aku sudah menunggumu sejak setengah jam yang lalu"

"Kau? Kenapa?"

"Nih, sepupumu pagi-pagi buta menelponku. Tak paham kalau aku semalam dinas malam, eh, didepan rumah sudah ada sopir yang jemput"

"Tapi, Kamu suka kan dapat kejutan Aku pulang ke Indonesia?" Rahman menggoda Winda

"Iih, preet" Winda ketus

Mereka berempat duduk di kursi yang telah disediakan. Pilot pesawat mulai memberi peringatan.

"Ladies and gentleman, with Mr. Suroso and Mr. Jack here. We will flight to Bali, and might arrive in 2 hours. Please, enjoy the flight"

"Hah?! Bali?!" Farah dan Winda tersentak terkejut

"Kembar! Ini maksudnya apa?" Farah membentak

"Nanti dikasih tau Kak, kalo udah sampe. Udah ah, tidur dulu yuk. Capek nih!" Rahim menggeliat, menarik selimut melanjutkan tidur"

"Udah Rah, istirahat dulu kita. Aku belum tidur ni sejak semalam" Winda mengikuti si kembar, menutup mata dan istirahat

Farah menghela nafas panjang. Matanya nanar menatap sayap pesawat yang melewati awan-awan langit Jakarta. Hati dan perasaanya tak enak. Ia melamun sampai ketiduran.

"Welcome to Ngurah Rai airport. Please put your seat belt on"

Farah dan Winda terbangun, disusul si kembar. Langit sore yang cerah di Bali, seolah menyambut mereka berempat dengan senyum manis.

"Sshuut shuut, Man Rahman" Rahman pura-pura cuek

"Iih, ssshht, Rahman" Rahman menatap Winda lekat-lekat

"Apa sayang, kangen ya?" Menggoda Winda

"Iih, enak aja. Gue laper nih, ada makanan gak?"

"Nanggung ih, bentar lagi adzan Magrib. Takut gak keburu waktu"

"Emang kita mau kemana? Makanya kasih tau jangan bikin orang penasaran" celetuk Farah

"Rahasiaaa" jawab keduanya kompak

Mereka berempat dari pesawat, di depan bandara, sebuah mobil Range Rover hitam mengkilap sudah menunggu lengkap dengan sopirnya. Mereka ber 5 pergi berbarengan. Setelah perdebatan agak sengit akhirnya Farah memutuskan Winda duduk didepan, sementara ke 3 lainnya duduk dibelakang.

"Allahuakbar Allahuakbar" suara adzan maghrib menggema di jalan Bali. Mereka berhenti untuk membiarkan sikembar beserta sopir beribadah.

"Langsung jamak kan" Farah bertanya kepada Rahim

"Wa, iya dong. Manfaatkan ruqshoh"

Mereka melanjutkan perjalanan. Sampai disini, Farah masih belum diberi tahu oleh si kembar kemana sebenarnya tujuan mereka. Sementara, Winda. Ia tampak tidak penasaran lagi, karena ternyata dibelakang masjid, Winda mendesak Rahman untuk menceritakan kemana tujuan mereka. Ia juga memarahi Rahman karena ia tidak disiapkan makanan sehingga sekarang perutnya sudah terasa sangat lapar.

Mobil berhenti disebuah hotel ternama di Bali. Tirtaluhur Uluwatu. Didepan, Kemal sudah menunggu. Kemal tampak gagah, menggunakan tuxedo dan jas kupu-kupu ia berdiri gagah didepan pintu mobil.

My Arabian HusbandWhere stories live. Discover now