Part 2 : A gift

4K 84 2
                                    

WAJIB FOLLOW, VOTE DAN KOMEN!

---------------------------

Aku ingin menjadi bagian hatimu, meski hanya di bagian kecil pojok kiri paling atas pun, aku sudah bahagia.

-Farouq-

----------------------------

Farah belum tidur sejak semalam, ia masih larut dengan ibadahnya sejak langit mulai memerah. Ia melirik jam dinding "Setengah tujuh tepat" gumamnya. Farah berdiri, membereskan mukenah dan turun kebawah. Masih dengan pakaian tidurnya, setelan celana dan baju panjang motif bunga-bunga juga dengan jilbab instant berwarna senada menutup dada. Dimeja makan sudah tersedia nasi goreng yang tampak panas mengepul, buah-buahan juga susu dan beberapa jenis jus. Membundar sudah duduk Abi dan Umi Farah. Farah mengambil tempat, memotong sebuah apel untuk sarapan.

"Sudah difikirkan yang Abi katakan kemarin?" Tuan Mohannad memulai pembicaraan

Farah diam

"Dulu waktu pertama kali datang lamaran ke kamu, katanya kamu mau kuliah dulu. Pas datang yang kedua katanya mau kerja dulu. Sekarang, sudah hampir 3tahun kamu membangun klinik itu, apa sudah ada niatan buat nikahnya? Abi sama Umi nungguin loh"

"Iya, Farah. Dulu, Umi boro-boro mau kasih alasan, jawab ucapan kakekmu aja gak berani, alhasil tamat Mondok Umi lansung dinikahkan. Dan sekarang, Alhamdulillah cucu Umi sudah 20, tinggal kamu" tambah Umi Farah

"Coba difikir lagi, ini Hafidz loh, lulusan LIPIA, anak sahabat baik Abi"

Farah terpojok, sudah satu bulan Umi dan Abinya membujuk. Dilubuk hatinya yang paling dalam ia belum ingin menikah, tapi di fikirannya ia kasihan terhadap kedua orang tuanya yang sudah tua. Mereka pasti sudah lama memikirkan pernikahan Farah yang memang merupakan anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan dari 10 bersaudara.

"Gimana sayang?" Tanya Abi

"Insyaa Allah besok pagi dijawab ya, Bi. Malam ini Farah ingin istikhoroh dulu untuk yang terakhir"

Umi tertawa pelan

"Istikhoroh mau taaruf aja menghabiskan waktu sebulan. Khitbah juga belum tentu tapi mikirnya lama banget" jawab Umi sedikit sinis

Farah diam tak menjawab

"Ya sudah, Abi duluan. Nanti jam 10 Abi jemput ya Mi, ada ada undangan Aqiqah cucu Pak Surya"

"Barakallah, cucu dari anak yang mana, Bi?

"Si Aulia, temen TK Farah dulu" Madame Mohannad melanjutkan

"Masyaa Allah, liat kan, Dek. Aulia aja sudah punya anak" lagi Umi menyindir Farah

"Alhamdulillah" jawab Farah dengan senyum dan hati besar

...

Tepat jam 12 malam, Farouq duduk didalam mobilnya. Melihat-lihat kedalam laptop, merapi-rapikan file kedalam susunan yang benar menurutnya. Ia menaruh kembali laptop kedalam tas disebelah tempat duduknya. Mengambil ponsel pintar dan mulai membaca pesan-pesan yang sejak siang tak sempat dibaca. Sesekali ia senyum, melihat kiriman gambar ataupun video. Ia membalasnya satu persatu, kemudian meletakan kembali ponsel kedalam tasnya.

Farouq memejamkan mata, sekelebat ia melihat wajah cantik Farah tersenyum. Farouq terkejut. Lelahnya seperti menjadi semangat kembali.

"Pak, kita lewat rumah yang kemarin lagi ya" katanya ke sopir

"Baik, Pak" sopir menjawab dengan cepat. Seperti ia tau rumah mana yang akan dituju.

Masuk ke perumahan Farah, sopir segera melambat, dari kaca atas ia melihat betul wajah tuannya yang kembali segar menunggu-nunggu kapan tiba didepan rumah Farah.

My Arabian HusbandWhere stories live. Discover now