26 | Take a Break

334 21 2
                                    

Wajah Iva sembab, matanya bengkak dan merah. Dia duduk bersama Awan dan Bayu akan tetapi jiwanya tidak ada di sana. Bayu memberikan tanda agar Indra membiarkan gadis itu tenang dulu. Dengan ikut mencari informasi lain tentang latar belakang keluarganya mungkin Iva akan melupakan rasa sedih dan kecewanya itu.

Mereka bertiga sedang menunggu seseorang datang di sebuah tempat makan yang sangat ramai dengan pengunjung karena bertepatan dengan jam makan siang. Seorang wanita datang menghampiri mereka, masih muda mungkin seumuran dengan Iva atau lebih muda sedikit. Dia terlihat waspada dan sedikit takut. Bayu menyuruh wanita itu untuk duduk bersama dengan mereka.

"Atalia?" tanya Bayu.

"Lia, Mas panggil saya Lia," jawabnya.

"Sejujurnya, Mas saya tidak begitu mengenal Bude Asih, hanya mengetahui sedikit kisahnya dari almarhum Ibu," ucap Lia kemudian, Indra, Bayu dan Iva mendengarkan.

"Bude Asih, bekerja di rumah Adiraksa sejak dia masih muda belia. hidup dan matinya dia abdikan untuk anak majikannya itu, Keumala Adiraksa. Sebuah tragedi terjadi pada keluarga itu. Salah satu pekerja Adiraksa jatuh cinta pada Mala dan ternayata Mala juga mencintainya. Tentu saja hubungan mereka adalah malapetaka, sang Ayah berusaha memisahkan mereka. Namun, mereka yang dimabuk cinta akhirnya nekat untuk kawin lari saat itu. Bude Asih tentu saja ikut kemana pun Mala pergi bersama dengan pria itu. Sampai akhirnya sang ayah menyerah dan membiarkan putrinya hidup sesuai dengan pilihannya sendiri tentu saja bersyarat, mereka tidak boleh kembali ke keluarga Adiraksa. Saat itu Mala tengah mengandung, kemudian bayi itu lahir premature. Di malam dia melahirkan, bayi dan suaminya menghilang. Mala depresi berat saat itu," cerita Lia lalu memandang Indra, Bayu dan Iva secara bergantian.

"Kemudian Adiraksa membawa putrinya kembali ke rumah mereka, melakukan pengobatan untuk menyembuhkan depresi yang dia derita. Ada selintingan kabar yang bilang, pria itu, suami Mala sengaja membawa kabur bayinya untuk suatu alasan. Ada yang bilang demi uang tapi dia tidak pernah kembali untuk meminta uang. Ada juga yang bilang untuk balas dendam, karena saat dia lari bersama Mala, Adiraksa melakukan sesuatu yang keji pada keluarga pria itu di kampung, tidak jelas apa yang dia lakukan," lanjutnya menghela napas.

"Kemudian pegobatan tidak berhasil dan malah memperparah depresi Mala, sang ayah memutuskan membawanya pergi ke Selandia Baru tapi Bude tidak ikut. Mala pergi bersama beberapa pengawal dan perawat saat itu dan kecelakaan itu pun terjadi. Bude Asih tentu masih hidup saat itu karena dia tidak ikut di dalam pesawat, tapi dia menghilang tepat setelah kecelakaan terjadi. Dia memberi kabar kepada almarhum ibuku, tidak akan kembali," Lia berhenti sejenak, tidak ada satu pun di antara mereka bertiga yang menyanggah atau bertanya kepadanya. Dia dibiarkan bercerita begitu saja.

"Hanya itu yang dapat aku ceritakan, jika Ibu masih hidup mungkin dia akan lebih membantu kalian," sesalnya kemudian.

"Terima kasih Lia atas waktu dan informasinya," Bayu mengantarkan Lia keluar dari tempat makan masuk ke dalam sebuah taxi. Lia memberikan secarik kertas kepada Bayu saat itu, kemudian Bayu kembali bergabung dengan Indra dan Iva.

"Kalau cerita seperti ini sudah pernah aku dengar sebelumnya, hampir sama dengan cerita dari Banyuwangi kemarin saat aku dan A..." kalimat Iva terhenti, bahkan menyebut namanya saja membuatnya tak karuan.

"Mas, bukankah akan lebih cepat jika aku bertemu langsung dengan Sanjaya ini?" tanya Iva kemudian. Bayu dan Indra saling melempar pandangan.

"Memang benar tapi, kami juga mencurigai dia. Tidak sampai kami yakin dia bersih!" ucap Indra tegas. Akhirnya mereka memutuskan kembali ke apartemen melihat kondisi Iva yang sepertinya tidak memungkinkan untuk melanjutkan pencarian mereka. Iva pergi menyebrang hendak membeli minuman dan menolak ditemani. Indra dan Bayu memperhatikan gadis itu menyebrang dan menunggunya.

Iva membayar minuman yang dia beli dan segera meminumnya di sana. Seorang pria dengan sopan memanggil namanya, pria itu seumuran dengan Om Visnu pikirnya. Menggunakan kemeja dan celana berwarna hitam, tersenyum dengan sangat ramah.

"Iva? Perkenalkan saya Tio, sekretaris Pak Sanjaya. Beliau ingin sekali bertemu dengan anda," ucapnya sopan. Iva yang sedari tadi memikirkan ide untuk menemui Sanjaya itu seketika memandang ke arah luar di mana Indra dan Bayu sedang menunggunya.

Iva mengirim pesan kepada Indra dan Bayu, bahwa dia butuh waktu sendiri dan akan pulang malam ini ke apartemen. Dia benar-benar tidak bisa berpikir jernih sekarang, jika kemarin ada Awan yang selalu mendampinginya kini bahkan Indra dan Bayu tidak cukup untuknya. Kepalanya hanya diisi oleh Awan. Pria itu benar-benar tidak menghubunginya setelah kemarin akhirnya Iva tahu bahwa Awan adalah putra dari Lemana, ayah kandungnya yang artinya mereka berdua bersaudara.

Iva duduk diam di dalam mobil yang melaju entah membawanya kemana. Dalam pikirannya dia ingin masalah ini cepat selesai. Terserah siapa orang yang akan menjadi penjahatnya kelak.

Mereka tiba di sebuah rumah yang sangat besar. Pagar-pagar besinya berwarna hitam metalik tinggi menjulang. Setelah melewati pagar besi tadi, kini mobil melaju pelan melintasi perkarangan, sejauh mata memandang belum terlihat rumah di manapun hanya rerumputan hijau dengan pohon-pohon yang rindang.

Setelah 15 menit berkendara akhirnya penampakan sebuah rumah besar dan mewah terlihat. Bangunan megah itu berwarna putih bersih, dengan pintu berwarna keemasan yang besar. Iva turun memandangi rumah yang besar itu kemudian menoleh ke belakang. Dia harus mengingat di mana pintu keluarnya.

Pria itu memimpin di depan membawa Iva masuk ke dalam rumah. Semua perabotan yang ada di dalam rumah itu tampak mewah dan mahal. Iva berhenti di sebuah lukisan, seorang pria dan wanita muda yang memeluk lengan pria di sampingnya dengan senyum yang lebar. Wanita dan pria di sampingnya itu tampak sangat bahagia. Iva menyadari sejak pertama dia melihat potret itu, dia yakin wanita di dalam foto itu adalah Keumala, Ibunya dan tentu saja pria dengan wajah sangat bersahaja itu sudah dipastikan pemilik bangunan mewah ini, Sanjaya Adiraksa.

"Ini adalah foto terakhir yang diambil Bapak bersama putrinya Nona Mala sebelum tragedi itu terjadi!" ucap pria yang sedari tadi berdiri di belakang Iva itu memperhatikannya yang asik menatap potret yang menggantung cantik dengan bingkai indah berwarna emas.

"Tragedi itu, apakah semua kesalahan pria itu ... Eman?" tanya Iva tiba-tiba membuat raut wajah terkejut pada pria bernama Tio itu. Dia tersenyum, ada sedih di senyumnya.

"Tidak ada yang dapat menyalahkan setiap pria yang jatuh hati pada Nona Mala kami yang cantik, tapi pria itu sungguh memanfaatkan keluguan dan kebaikan hati Nona Mala. Sangat keji," pria itu menunduk, kesedihan tampak di wajahnya yang mulai keriput. Iva kemudian mengalihkan pandangan pada gambar bahagia di foto itu.

"Oh, maaf kan saya sepertinya Bapak akan datang terlambat, ada sedikit masalah di perusahaan jadi beliau akan menyelesaikan masalah di sana dan secepatnya akan kemari. Jika Nona tidak keberatan akan saya antarkan ke kamar untuk beristirahat sejenak," ucap sekretaris Sanjaya itu dengan tenang dan sopan, Iva hanya mengangguk setuju. Bagaimana pun dia harus bisa bertemu Sanjaya untuk mendengarkan cerita utuh kisah hidup Ayah dan Ibu kandungnya. Dengan begitu dia akan mengetahui siapa dalang di balik kematian Ayah, Ibu dan Dokter Danu serta semua keganjilan yang terjadi di hidupnya.

Iva duduk dekat dengan jendela di dalam salah satu kamar di rumah mewah itu. Di lihatnya puluhan panggilan tak terjawab tentu saja dari Indra yang pasti sekarang merasa cemas setengah mati. Iva sedikit merasa berdosa karena selalu membuat pria itu mengkhawatirkan dirinya. Cepat duliskan pesan singkat ke Indra mengabarkan dia tidak apa dan hanya sedang menenangkan diri.

Iseng, Iva membuka percakapan terakhirnya dengan Awan. Pria itu tidak online lagi sejak terakhir mereka bertemu, "Bodo amat!" gumamnya marah. Dia tahu betul harus mengendalikan perasaannya saat ini. Awan adalah anak dari pria yang 98% merupakan ayah kandungnya. Pria yang bisa saja menjadi salah satu tersangka dalam kasusnya ini. Pria yang kemungkinan menjadi dalang dibalik kemalangan yang terjadi pada keluarganya.

Scouring The Past (TAMAT - REVISI)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum