20 | The Information

320 30 3
                                    

Hampir seluruh tubuhnya terbalut dengan perban. Luka-lukanya masih tampak basah. Akan tetapi dia sudah bisa duduk seolah tidak terjadi apa-apa pada tubuhnya itu. Berdiri di hadapannya seorang pria yang tak kalah tegap dan gagah dari pria yang tengah terluka itu.

"Makasih Mas sudah mau jemput aku di sini."

"Indra, kamu yakin keluar rumah sakit dengan kondisi begini?"

"Yakin Mas, ini nggak ada apa-apanya!" sahut Indra membuat pria di depannya itu mengerutkan dahi. Dia hampir saja mati terbakar dalam kecelakaan tempo hari yang membuat mobilnya habis terbakar dan meledak. Untung saja pada saat kecelakaan itu terjadi seorang penjual buah yang akan pulang ke rumahnya melewati jalanan sepi malam hari itu. Menyaksikan kejadian tabrakan maut yang mengerikan. Sesaat setelah tabrakan terjadi pria penjual buah  buru-buru menarik tubuh Indra keluar dari mobil yang sudah terguling terbalik karena melihat Indra masih bergerak. Tepat setelah berhasil menyelamatkan Indra mobil tersebut meledak dan terbakar habis. Pada saat itu mereka belum jauh dari mobil yang meledak sehingga tetap membuat luka bakar pada tubuh Indra namun dia berhasil selamat.

"Aku harus balik ke Surabaya, Mas. Iva dalam bahaya. Menurut laporan yang aku terima tadi dia sudah pindah dari apartemen bersama seorang pria keturunan tionghoa yang aku tau siapa si brengsek itu!" suaranya bergetar menahan amarah.

"Yang berbahaya pria itu atau rasa cemburumu? Oke, tapi kali ini Mas ikut!" ucap pria bernama Bayu yang merupakan rekan kerja Indra di Kepolisian bagian Narkotika dan Obat-Obatan terlarang.

"Pekerjaan, Mas?" tanya Indra bingung.

"Ada yang harus kita selidiki juga di Surabaya Indra, itulah kenapa kamu berhasil dapat cuti tambahan kemarin. Ada isu yang beredar dikalangan informan, bandar narkotika yang sedang kita incar ada di Indonesia di sana, di Surabaya. Tapi sebelumnya kita akan pergi ke Solo lebih dulu menemui informan kita. Jadi mari menyelam sambil minum air, anak muda." Lanjut pria itu tersenyum dan menepuk pelan pundak Indra.

#

Awan tiba di gedung apartemen tempatnya tinggal sekarang, di tangan kirinya dia membawa kantong plastik berisi makanan kesukaan Iva untuk makan siang mereka berdua nanti. sAAT Awan membuka pintu apartemennya itu, di sana sudah menunggu Iva yang berkecak pinggang wajahnya serius seakan marah.

"Nggak gini juga caranya!"

Awan yang baru tiba di apartemennya itu mengerutkan dahi tampak kebingungan atas reaksi Iva sembari menutup pintu, "Cara apa? Apanya, Iva?" Tanya Awan sambil melepaskan sepatu dan melempar topi yang dia pakai ke atas meja.

"Ini udah sore Awan bukan siang lagi. Kamu bilang akan pulang sebelum siang. Kamu tuh bikin aku khawatir, tau!" gadis itu masih berkacak pinggang menunggu respon Awan. Senyum jahil diperlihatkan Awan, mengambil piring dan beberapa alat makan lain untuk persiapan makan mereka berdua.

"Kamu khawatir sama aku atau khawatir aku nggak bawa ini?" tanyanya iseng sambil mengangkat plastik berisi makanan itu.

"Menurut mu!" Iva masih berang dan menatap tajam ke arah Awan dan pria itu hanya melirik sekali kemudian melanjutkan menyiapkan makanan.

"Makan dulu sini," bujuk Awan yang kini sudah duduk menunggu Iva bergabung. Iva melangkah berat menuju meja makan persegi itu. Saat duduk Iva siap melayangkan pukulan khas miliknya ke arah kepala Awan namun dengan cepat ditangkis oleh pria itu.

"Jangan di kepala yah, ini masih sakit banget. Aku nggak bohong." Ucapnya memelas.

"Oh maaf!" dengan cepat tangan yang hendak memukul tadi berubah menjadi mengusap kepala Awan. Dagunya bertumpu kepada tangan, menikmati usapan dari tangan Iva selayaknya seekor kucing. Mereka berdua tersenyum, dengan cepat Iva sudah memaafkan Awan yang sedari tadi membuatnya khawatir.

Scouring The Past (TAMAT - REVISI)Where stories live. Discover now