07 | Intruder

455 41 5
                                    

Suara kaca yang pecah membuat Iva terjaga. Iva terduduk, terdiam, mencoba mendengarkan sekali lagi suara yang baru saja membuatnya terbangun dari tidurnya itu, dia memastikan suara itu terjadi di dunia nyata bukan di dalam mimpinya lagi. Semenjak Mamanya meninggal tidurnya sudah tidak nyenyak, ditambah dengan mimpi buruk yang selalu datang dalam tidurnya. Saat ini dia menangkap suara yang lain, suara langkah kaki. Iva bangun dengan hati-hati dari tempat tidur, diambilnya sebuah tongkat kasti yang disimpan bersama tongkat pramuka di sudut ruangan di samping lemari besar berwarna putih. Iva berjalan berjingkat, membuka pintu kamar dengan perlahan. Suasana di luar kamar gelap, hanya ada cahaya dari dapur yang kebetulan lupa dia matikan tadi sebelum akan pergi tidur.

Sekilas Iva melihat jam memastikan pukul berapa saat ini. Pukul 01.10 tengah malam. Perlahan dia menuruni anak tangga, menempelkan tubuhnya dengan dinding di belakangnya. Iva menggenggam erat tongkat kasti di tangannya, saat sampai pada anak tangga terakhir, seseorang muncul membelakangi nya, Iva kaget dan langsung memukul kepala orang tersebut sekuat tenaga hingga jatuh ke lantai. Ternyata pria itu tidak sendiri. Saat Iva masih dalam posisi terkejut, teman pria yang berhasil dilumpuhkan Iva mencengkeram tangan Iva yang memegang tongkat kasti sehingga tongkat kasti itu terjatuh.

Iva kehilangan keseimbangan dan terjatuh dengan lututnya lebih dahulu mendarat di atas ubin berwarna putih pada ruang tengah rumahnya. Pria itu menarik rambutnya hingga kepala Iva hampir menyentuh lantai.

"Arghh..." Iva berteriak kesakitan. Dengan kedua tangannya Iva memegang tangan pria yang tengah menarik rambutnya itu, sehingga pria tersebut juga jatuh ke lantai bersama dengan dirinya. Dengan cepat pria itu melayangkan pukulan ke arah wajah Iva.

"Gadis sial!!" pekik pria itu sebelum tangannya berhasil mendarat di wajah Iva yang mungil dan berhasil membuatnya memerah. Keduanya masih terbaring di atas lantai yang dingin itu. Iva menarik kepala pria yang baru saja memukul wajahnya, dan menghantam nya dengan lutut sekuat tenaga, membuat darah keluar dari hidung pria tadi. Setelah berhasil, Iva cepat berdiri dan menjauh, mencari sesuatu untuk menjadi senjatanya. Jika mengandalkan kekuatan fisik sudahh pasti dia akan kalah.

Iva memegang wajahnya, dirasakannya darah mengalir di dalam mulutnya. Iva berlari ke dapur mengambil sebilah pisau dari salah satu laci. Pria yang wajahnya juga berdarah akibat hantaman lutut Iva sudah berada tidak jauh darinya, menarik kaos longgar Iva. Iva berusaha menyikut, namun pria itu mengelak dengan cepat, tidak kehilangan akal cepat Iva mengibas pisau dapur yang berada di tangan satunya lagi yang berhasil mengenai tubuh pria dengan rambut sebahu itu. Matanya yang sudah besar itu semakin membesar ketika menerima sabetan pisau di tubuhnya, tidak dalam, namun membuatnya mengeluarkan darah yang cukup banyak.

Darah mulai berceceran mengotori lantai, pria yang tadi pingsan terbaring di lantai mulai bergerak dan bangun. Dia memegang kepalanya yang habis menerima hantaman tongkat kasti Iva.

"Sial! satu aja susah" batin Iva. Peluh sudah membasahi tubuhnya. Tepat di saat itu seseorang menggedor pintu depan rumah Iva sambil berteriak.

"Ivaaa!! Kamu di dalam?? Ivaaaa" teriak suara itu. Panik, kedua pria itu saling berpandangan dan lari melewati Iva. Mereka lari melalui pintu belakang, cepat Iva menuju pintu depan dan membuka pintu.

"Kak Aryo!!" serunya saat melihat siapa yang tadi menggedor pintunya sekaligus penyelamat nya malam ini.

"Ya Allah, Muka kamu!" Aryo memegang wajah Iva dan melihat sekilas ke dalam rumah, dan langsung berlari kedalam. Dia melihat  darah di mana-mana dan memeriksa pintu kaca belakang yang pecah. Pria berkacamata itu meraih ponsel dari saku celananya dan mencoba menghubungi seseorang.

Seketika rumah Iva sudah ramai dengan para tetangga dan polisi yang datang karena telpon dari Aryo. Aryo adalah anak sulung Tante Tati yang merupakan tetangga sekaligus sahabat Mama Asri.

Setelah menanyakan beberapa hal, dan memeriksa kondisi TKP. Para polisi itu pulang dan dua diantaranya tetap tinggal untuk berjaga untuk memastikan kedua pria tadi tidak kembali.

"Kok Kak Aryo bisa ke sini tiba-tiba sih? Tapi aku makasih banget Kak!... serius!! tadi aku uda gak kepikiran apa-apa lagi pokoknya bertahan aja gimana caranya," tanya Iva ke Aryo. Tante Tati masih mengobati luka diujung bibir kecil Iva akibat perkelahian tadi.

"Sakit Tante" keluhnya saat Tante Tati membersihkan luka di wajah Iva dengan alkohol.

"Lagian kamu, kan bisa teriak atau nelpon Om Visnu, Va! Gak sok jagoan turun sendiri gitu, ini nih akibatnya. Untung kamu gak luka parah Ya Allah!! Ini wajah cantik jadi lebam-lebam gini!" kemudian diusapnya kepala Iva dengan lembut. Terlihat Tante Tati begitu khawatir.

"Maaf Tante, Aku tadi kepalang panik, takut tapi ya penasaran," sahutnya terliat menyesal membuat Tante Tati khawatir seperti itu.

"Pertama, karena lampu teras kamu mati! tapi, dapur kamu terang benderang. Kedua, aku ingat kemarin sama tadi pagi ngelihat dua pria mencurigakan. Kemarin gak aku gubris, aku pikir orang nyasar atau nyari alamat. Eh, tadi pagi ada lagi! Aku pikir sampai kantor mau kasi tau Ayah, lupa ini akhir bulan, clossing You know lah ya, riweh sampe lupa aku kasi kabar ke Ayah soal Dua orang itu"

"Dan karna hari ini EOM makanya aku pulang larut malam, inget soal dua pria mencurigakan tadi makanya aku mampir. Pas mendekat ada suara berisik makanya aku gedor-gedor,"

"Gitu, Va" Jelas Aryo panjang lebar.

"Ciri-cirinya gimana, Kak?" tanya Iva kemudian.

"Ya ... sama persis seperti yang kamu bilang ke Polisi tadi, dan aku juga udah ceritain soal dua pria mencurigakan itu, jadi polisi gak akan menganggap ini kasus perampokan biasa" ujar Aryo kemudian.

Mereka kemudian terdiam, Iva, Tante Tati, Om Visnu dan Aryo.

"Aryo sama Mama pulang aja, biar Ayah sama Pak RT yang di sini nemenin Polisi dan berjaga juga. Kamu Iva, istirahat. Jangan khawatir, mengerti" perintah Om Visnu.

Mereka tampak menuruti perintah Om Visnu, sebelum pulang ke rumahnya Tante Tati sempat membuat Kopi untuk dua orang polisi yang berjaga serta untuk suami juga Pak RT.

Iva naik ke lantai atas menuju kamarnya, dia menghempaskan tubuhnya yang kelelahan. Baru dirasakannya wajah yang terkena pukulan itu berdenyut hebat. Dia meraih ponsel yang tidak jauh dari dirinya, mencoba melihat memar di wajahnya dengan kamera dari ponsel miliknya itu.

Ternyata ada pesan masuk via whatapps yang belum dibacanya. Pesan dari Indra. Isi pesannya mengajak bertemu besok di tempat kemarin mereka bertemu sebelumnya. Indra ingin memberikan beberapa foto dan dokumen yang mungkin Iva ingin lihat.

"Oke" ketik Iva pada whatsapp nya.

"Btw, hari ini ada dua orang yang nerobos masuk ke rumah. Tapi aku baik-baik aja, cerita lengkapnya besok, deh." Lanjutnya dan mematikan ponselnya, sehingga dia bisa beristirahat. Iva benar-benar lelah. Tidur yang tidak nyeyak selama beberapa hari setelah kematian Mamanya, kejadian-kejadian ganjil yang menimpa dia dan Almarhum Mamanya, informasi tentang masa lalu dirinya yang tiba-tiba, fakta di balik kematian Mamanya, bertemu dengan Indra, hingga penyusup yang masuk ke dalam rumahnya sendiri, berkelahi, wajah memar.

"Oh, ada apa dengan hari-hari damai? apakah mereka tak akan datang lagi di kehidupan ku?" gumam nya dan tertidur begitu saja di atas tempat tidur dengan seprai berwarna kuning dengan motif lebah, wajah kecilnya yang sekarang dihiasi lebam akibat perkelahian terlihat begitu lelah.

"Oh,  ada apa dengan hari-hari damai? apakah mereka tak akan datang lagi di kehidupan ku?" gumam nya dan tertidur begitu saja di atas tempat tidur dengan seprai berwarna kuning dengan motif lebah, wajah kecilnya yang sekarang dihiasi lebam akibat ...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

____________

' EOM : End Of Month (Akhir bulan).

Scouring The Past (TAMAT - REVISI)Where stories live. Discover now