Prolog

1.2K 90 21
                                    

Peluh membasahi seluruh tubuhnya. Napasnya berkejaran tak menentu, semakin lama semakin berat. Tubuhnya tersandar gontai pada dinding pertokoan di gang sempit yang lembab dengan jalan yang dipenuhi genangan air, sisa hujan tadi sore. Dia masih berusaha mengatur napas yang masih terasa berat setelah berlari, sambil tetap mengawasi sekitar dengan sedikit cahaya yang berasal dari lampu papan neon yang berkedip rusak, malam hari adalah musuhnya. Kemudian dia berjalan sambil berpegangan pada dinding yang cat-catnya sudah mulai mengelupas dan berlumut, pelan, beberapa kali dia menoleh ke belakang memastikan langkahnya aman tak diikuti siapa pun. Siapa pun yang dari tadi mengejar dengan pisau dan benda tajam lain yang tak sempat dia lihat dengan baik.

Bunyi langkah mendekat membuatnya menjadi waspada. Segera dia berlari menghampiri tumpukan yang terlihat tidak jauh dari dirinya saat itu. Seperti sebuah tumpukan rongsokan yang cukup untuk menyembunyikan tubuh tinggi miliknya. Sejenak dia mengatur napas yang kembali memburu, terduduk dan tetap waspada. Dia berusaha memastikan suara langkah yang pelan itu, dia mempertajam semua indra yang dia miliki, sekali lagi dia mengutuk malam. Wanita itu mengawasi melalui celah kecil yang ada pada rongsokan yang dijadikannya tepat bersembunyi. Dia menutup mulutnya sendiri, ketika suara langkah semakin mendekat. Dia mengingat-ngingat, ada tiga atau empat orang yang tadi mengejarnya sambil membawa senjata tajam. Dia lupa wajahnya, hanya satu orang saja yang diingatnya betul, pria berkulit sedikit gelap dengan tatto di tangan kanan yang berhasil menjambak rambut pendek miliknya, seketika dia memegang kembali kepalanya dan merasakan sisa rasa sakit hasil jambakan pria tadi. Rambut pendek yang sedikit bergelombang itu, sudah lembab juga bercampur dengan peluh.

Tak pernah terlintas dalam pikiran, membayangkannya saja pun dia tak pernah, kehidupan tenang dan hari-hari sibuk di kantor telah berubah sedrastis ini. Hidup sederhana dan nyaman bersama mamanya dulu, hanya berdua tetapi terasa penuh dan bahagia. Kini dia terjebak di antara gang sempit pertokoan yang lembab dan gelap. Bau yang menyeruak dari selokan kecil itu pun tak lagi mengganggu. Dia fokus melihat ke arah suara langkah itu datang, semakin lama semakin dekat. Jantungnya berdegup semakin kencang, pikiran yang kacau antara kembali berlari atau diam bersembunyi sampai mereka pergi. Tapi dia sudah tak sanggup berlari lagi. Tenaganya sudah habis, dia mengingat nasi uduk yang dia makan tadi pagi adalah satu-satunya makanan berat yang dia santap hari ini, tidak aku tidak sanggup lagi berlari, pikirnya saat itu.

Ekor matanya menangkap bayangan yang tiba-tiba muncul memasuki gang sempit itu, sempat dia menahan napasnya sejenak, sebuah sosok yang tak terlihat jelas dari celah kecil harapannya itu. Sendirian, sosok itu sendirian tidak bersama komplotannya yang tadi, apa mungkin mereka berpencar, pikirnya. Sosok itu semakin lama semakin mendekat, pikiran wanita itu kembali kacau bercampur aduk, apa yang harus Aku lakukan? tetap diam atau segera berlari sebelum semuanya terlambat.

Wanita berambut pendek dengan sedikit gelombang itu menarik napas dalam-dalam meyakinkan dirinya sendiri, sebelum akhirnya memutuskan untuk berdiri dan bersiap-siap berlari sekuat tenaga dengan kekuatan yang tersisa dari dirinya. AYO Iva, kamu bisa!!! gumamnya berkali-kali dalam hati. Wanita itu, Iva, berdiri dan mulai berlari, kaki-kakinya yang lemah tak bertenaga dipaksakannya berlari, terus berlari semampunya, Iva berusaha menjaga keseimbangan tubuh agar tidak jatuh di jalan yang sungguh licin itu. Dia tidak berani menoleh ke belakang, tapi langkah itu kian mendekat, sosok  yang dia yakini seseorang  bertubuh tinggi juga berlari mengejarnya tepat setelah Iva menampakkan diri tadi.

Dekat. Semakin dekat, kemudian tiba-tiba tangannya diraih dan ditarik ke belakang, sontak wanita itu akan berteriak antara terkejut dan takut, tapi mulutnya dibekap dengan tangan satunya milik pria itu. Gerakannya sangat gesit dan bertenaga. Pria itu menariknya, membawanya keluar dari gang sempit menuju jalan raya utama.

"Kita aman di sini!!" Pria itu melepaskan tangan yang memegang tubuh Iva dan mulutnya. Iva buru-buru berbalik, memastikan siapa pria yang tadi menarik dirinya dan membawanya ke jalanan utama yang lebih terang dengan lampu-lampu jalan yang mempertajam penglihatannya. Iva terkejut, tetapi juga merasa aman dalam satu waktu yang sama. Dia merasa bersyukur telah ditemukan.

===

Proses revisi tipis-tipis di wattpad akan dimulai sedikit-sedikit ya readers. Mohon kritikan dan sarannya.

Love, Bii

Scouring The Past (TAMAT - REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang