08 | Encounter

458 46 8
                                    

Wanita dengan rambut sebahu dan sedikit bergelombang itu terlihat sedang mengantri di salah satu food truck yang saat ini sedang menjadi trend di kotanya ini. Iva menggunakan kaos longgar berlengan pendek berwarna hitam, dengan celana kulot tanggung bermotif kotak-kotak.

Setelah selesai bertransaksi Iva menjauh dari food truck itu dan duduk di salah satu kursi yang ada di dekatnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah selesai bertransaksi Iva menjauh dari food truck itu dan duduk di salah satu kursi yang ada di dekatnya. Setiap orang yang lewat selalu saja memperhatikan wanita itu dengan tatapan aneh, tatapan bertanya-tanya, ya mungkin saja karena memar di wajahnya yang sama sekali tidak dia tutupi dengan apapun, baik itu kosmetik atau masker. Begitulah Iva, jika tidak dalam keadaan bertugas atau bekerja dia sama sekali tidak pernah menggunakan make up. Hanya lipstick merah teranglah sahabatnya.

Iva selesai menikmati sarapannya, melihat jam yang melingkar cantik di pergelangan tangannya. Dia berdiri dan berjalan menuju kafe tempat dia berjanji akan bertemu dengan Indra.

Riuh! seketika suasana jalan yang lengang itu menjadi riuh dan ramai. Sebuah mobil mengeluarkan suara berdecit dan akhirnya menghantam salah satu toko busana di pinggir jalan. Kaca-kacanya pecah berhamburan ... berserakan. Orang-orang yang berada di tempat kejadian sontak berteriak histeris, tidak ada korban jiwa.

Tiba-tiba saja sebuah mobil melaju dengan kencang dari tikungan di ujung jalan, mobil itu mengerem mendadak dan akhirnya menghantamkan bodynya yang hitam mengkilap ke salah satu gedung pertokoan di pinggir jalan. Tepat sebelum tertabrak dengan dinding dan kaca etalase toko. Seseorang meloncat keluar dari mobil itu. Kemudian berlari menjauhi tepat kejadian.

Masyarakat di sekitar tempat kejadian masih ribut dalam kepanikan. Sedangkan Iva masih di tempatnya terjatuh dalam pelukan seseorang yang tadi menariknya keluar dari jalur kecelakaan itu terjadi.

"Lo gak kenapa-napa kan? Bisa bangun?" Tanya pria itu, pria yang menyelamatkan nyawa Iva.

"Eh Iya, Gak apa-apa, duh thanks, ya" Iva membenarkan posisinya dan duduk di trotoar jalan, membersihkan pasir-pasir yang ada di baju dan tangannya. Tangannya sedikit lecet, terluka karena gesekan yang terjadi ketika ditarik oleh pria tadi.

Pria itu memungut kacamata berwarna cokelat transparant yang terjatuh saat dia menyelamatkan Iva. Kemudian mengulurkan tangannya yang putih ke arah Iva dan membantu Iva berdiri.

"Astaga, muka lo?" Katanya panik. Iva sempat terdiam kemudian merespon.

"Oh... tenang ... ini bukan gara-gara yang barusan kok, heeehee.." serunya cepat sambil menunjuk ke arah wajahnya yang lebam, Iva tertawa seadanya, tawa yang dibuat-buat..

"Ooohh ..." Pria tinggi putih dengan sedikit bulu-bulu halus yang menghiasi wajah oriental nya itu masih memandang Iva heran. Dalam pikirannya gadis cantik dan manis seperti ini kenapa bisa memiliki lebam di wajahnya. Sungguh tidak pantas dan sesuai.

Iva mencuri pandang sekilas dan hendak pamit pergi.

"Btw, Thanks again ya ... aku pergi dulu" kata Iva cepat ingin melarikan diri, dalam hatinya dia tahu, peristiwa barusan adalah serangkaian peristiwa-peristiwa ganjil yang menimpa dirinya belakangan ini. Dia harus segera bertemu Indra dan menceritakan segalanya, dari peristiwa tadi malam hingga yang baru saja terjadi. Iva juga sempat melihat pria yang meloncat keluar dari mobil yang tadi hampir merenggut nyawanya.

Tidak secepat itu, pria dengan wajah oriental itu menarik tangannya pelan.

"Awan. Nama gua Awan!" Seru pria itu.

"Oh Iya, Aku ... Iva .. " mencoba melepaskan cengkraman lembut sang pria. Awan tersenyum dan melepaskan tangannya. Dia membiarkan wanita itu pergi dan menatap punggung Iva yang hilang tertelan keramaian akibat kejadian tadi.

"Dia pikir berapa umurnya?" gumam Iva sedikit kesal. Pria itu memang menyelamatkan nyawanya dan dia berterima kasih untuk itu namun, menurut Iva hal barusan adalah perkenalan yang tidak sopan.

"Dasar Remaja" Gumam nya lagi sambil terus berjalan dengan cepat.

Senyum di wajah Awan seketika hilang, dia berbalik dan menjauhi tempat kejadian. Seseorang dengan baju serba hitam, mendekati Awan dan berjalan bersama menjauhi keramaian.

"Jadi, gadis tadi yang namanya Iva?" Tanya Awan kepada pria satunya yang bertubuh tegap.

"Iya, Mas! Iva Rahma 29 tahun." Jawabnya dengan nada yang sopan.

"Hmm, gak keliatan seperti 29 tahun ya dia. Angkuh lagi!" Cibirnya tidak senang.

"Pak Am, lihat tadi, pria yang meloncat keluar tadi mobil sialan itu?" tanya Awan kembali pada pria paruh baya itu.

"Lihat Mas! saya sudah menyuruh Bagas dan Cipto untuk mengikutinya." Lapornya.

"Jangan lupa, ikuti juga gadis itu. Iva. Dengan siapa dia bertemu? Untuk apa? Aku butuh informasinya, Pak Am" Pria dengan wajah oriental itu kini sudah duduk di atas sepeda motor dan menggunakan helm. Pak Am menundukkan tubuhnya sedikit ketika Awan pergi melaju dengan sepeda motornya meninggalkan pria paruh baya itu sendirian.

#

Suara gemerincing lonceng dari pintu masuk kafe itu berbunyi ketika Iva masuk dan mendorong pintunya ke dalam. Iva melihat punggung pria yang sudah dikenalnya itu dan mendekatinya.

"Pasti dia akan histeris ngelihat tato keunguan di wajahku ini" batin Iva. Benar saja tepat setelah Iva memanggil namanya, tiba-tiba senyum di wajahnya lenyap.

"Wait! Aku akan cerita. Kita duduk dulu boleh?" sanggah Iva sebelum rentetan pertanyaan meluncur dari bibir Indra.

"Jadi?" Indra menunggu, keningnya berkerut menanti penjelasan dengan tidak sabar. Dia terlihat khawatir setengah mati dengan keadaan wanita yang sekarang duduk di depannya sambil meminum ice americano kesukaannya itu.

"Jadi ..., semalam ada yang menerobos masuk ke dalam rumah, sempat ada perkelahian sedikit dan lebam ini oleh-olehnya," ceritanya sedikit santai. Mungkin terlalu banyak peristiwa yang tiba-tiba menimpanya membuatnya mulai menerima dengan tenang. Dia yakinkan dirinya, panik adalah musuh besar. Jika panik, kamu kalah, Va!

"Kata kak Aryo, tetanggaku, kedua pria ini sudah mengawasi keadaan rumah beberapa kali" Lanjutnya sambil melipat kedua tangannya di atas meja. Wajah cantiknya masih saja terlihat lucu dengan lebam di sudut bibirnya itu.

"Udah di tangani polisi, mereka juga udah buat sketsa untuk kedua orang tersebut, harusnya mereka gak akan berani ngedeketin aku untuk beberapa saat, tapi ..." Wanita itu menghentikan penjelasannya, sekilas terbayang wajah songong pria berwajah oriental yang menyelamatkannya tadi.

"Tapi?" Indra dengan rasa penasaran yang memuncak memaksa Iva menyelesaikan kalimatnya barusan.

"Tapi, barusan aku hampir mati! Hampir mati ditabrak!" Iva memandang lurus ke mata indra, mengambil gelas di depannya dan menyedot cairan hitam pekat yang masuk membasahi kerongkongan nya yang kering.

Kemudian Iva menjelaskan dengan rinci kejadian yang baru saja dia alami kepada Indra, setiap detailnya dia ceritakan termasuk pria yang menyelamatkannya namun, Iva tidak memberitahu Indra pria yang menyelamatkannya itu dengan rinci. Dia tidak memberi tahu Indra, bahwa pria itu bernama Awan dan mengajaknya berkenalan dengan tidak sopan.

"Syukurlah, kamu tidak apa-apa! Mulai sekarang jika ingin berpergian biar aku temani. Aku khawatir!"

"No ... No ... aku bisa jaga diri!!"Tolak Iva.

"Aku bisa jaga diri, dan aku baik-baik aja, sebaliknya aku ingin menanyai mereka kenapa begitu ingin melukai aku. Salah aku sama Mama apa sih sama mereka?" Iva terlihat kesal. Amarahnya terlihat dari sorot matanya.

"Terlalu beresiko, Va. Mereka sudah berani terang-terangan mengincar nyawa. Pertama Paman, kemudian Mamamu dan Kamu!"

"Aku sampai saat ini gak habis pikir, Mama ... diracun!"

"Oh, ngomong-ngomong soal racun. Kamu tau? Dokter Danu yang memeriksa tentang kematian Mamamu, ditemukan tewas tadi malam di kediamannya" Ujar Indra kepada Iva yang sekarang sudah membulatkan kedua bola matanya tanda tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar dari pria berewokan di depannya itu. Hampir saja minuman yang baru masuk ke dalam mulutnya menyembur ke wajah Indra dan kini bibirnya sedikit terbuka hampir membentuk huruf O.

Scouring The Past (TAMAT - REVISI)Where stories live. Discover now