01 | Daily Life

917 66 26
                                    

Hari yang panas. Jam di dinding kamar bernuansa kuning kentang menunjukan pukul 6.30 pagi waktu Indonesia tengah, tetapi panasnya menyengat, bahkan di pagi hari ini. Wanita yang sedari tadi melihat pantulan dirinya melalui cermin sedang mencoba mengenakan scraft di lehernya, kemudian dilepaskannya lagi dan meletakkan scarft berwarna abu-abu itu di atas tempat tidur. Dia merapikan kembali lipstick berwarna merah di bibir kecil miliknya itu. Iva, nama wanita  itu, memastikan kembali tampilan dirinya di cermin setinggi tubuh rampingnya. Wanita berambut pendek sebahu dengan sedikit gelombang menuruni anak tangga dengan pelan dan hati-hati.

Saat keluar dari kamar, nuansa di ruang berikutnya akan berubah menjadi warna lebih cerah, ruang makan dihiasi warna kuning terang yang membuat nafsu makanmu meningkat. Dilihatnya seorang wanita yang rambutnya sudah keabu-abuan, sedang mengaduk kopi dan menyiapkan menu sarapan lainnya. Iva menarik kursi makan, sehingga membuat bunyi yang membuat wanita yang lebih tua berbalik untuk melihat asal suara tersebut.

"Kopi??" Senyum mengembang sempurna ketika dia berbalik ke belakang melihat putri satu-satunya itu sudah duduk dengan manis.

"Pagi, Ma, Kopinya jangan kasih gula, Ma," sahut Iva ketika Wanita yang adalah Mamanya itu menawarkan secangkir kopi di pagi hari.

Mama membawa secangkir kopi di tangan kanannya dan ikut duduk bersama Iva.

"Hari ini, pulang kerja ada rencana ke mana lagi, Nak?"

"Yoga paling Ma, Mama nggak mau ikutan Yoga? Nanti biar Iva jemput."

"Mama ada arisan komplek malam ini, habis Magrib di rumah Tante Tati, next deh Mama ikut ya, sudah lama juga Mama gak Yoga sama kamu ya, Nak?"

"Iya, terakhir itu bulan lalu, bukan? Habis kecelakaan itu kan, Ma?" Iva menatap Mamanya sambil menyumpal mulutnya yang kecil dengan sepotong roti selai srikaya, sekarang mulutnya penuh oleh roti. Mama Asri, seperti itu para tetangga memanggil wanita itu, menyeka selai yang sedikit mendesak keluar dari mulut Iva yang penuh.

"Iya, bulan lalu, setelah kecelakan mobil beruntun itu, kalau diingat-ingat bersyukur sekali ya Nak, kita nggak luka sedikit pun, hanya memar aja di kepala kamu itu, masih suka sakit?" Tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi khawatir.

"Kepala besi kayak gini, terbentur dikit sih nggak bakal kenapa-napa Ma, tenaaang." Iva menggenggam tangan Mamanya sambil tersenyum, meyakinkan wanita itu agar tidak lagi cemas.

Iva lalu bangkit setelah melihat jam di tangannya. Mama hanya melihat putrinya itu dari tempat dia duduk, sambil menyeruput teh yang dia buat.

"Kopi kamu," katanya pelan.

Cepat Iva mengampiri lagi meja makan dan meminum kopi hitam kesukaannya. Kopi hitam tanpa gula dengan rasa gurih adalah favoritnya. Setelah meminum habis kopinya, Iva kembali mengampiri Mamanya, lalu mengecup kening wanita favoritnya itu.

"Iva berangkat ya, Ma," lanjutnya dan buru-buru berjalan menuju pintu samping, sang Mama mengikuti langkah buru-buru putrinya dari belakang, mengambil kunci yang tergantung di dekat pintu yang begitu saja di lewati oleh Iva. Iva terlihat bingung, meraba saku-sakunya seperti kehilangan barang. Mencari sesuatu, tapi tidak ketemu. Saat berbalik dilihatnya sang Mama tersenyum sambil menunjukan barang yang dia cari sedari tadi, kunci mobil Xenia putih miliknya, Iva mendengus mengampiri Mamanya, sekali lagi dikecupnya kening Mamanya itu.

Iva berkendara melewati komplek perumahan yang sudah ramai dengan aktivitas pagi para tetangganya. Ditemani beberapa musik kesukaannya, mobil putih itu melaju menembus keramian di jalan utama pusat kota Kalimantan Timur, Balikpapan. Saat lampu merah, sesekali dia melihat pantulan dirinya melalui kaca dan memastikan semuanya sempurna.

Setelah sampai, Iva langsung memarkirkan mobil putih miliknya, kemudian setelah memastian semuanya baik-baik saja Iva turun dari mobil putih itu dan berjalan dengan percaya diri memasuki gedung perkantoran. Tidak lupa Dia melempar senyum kepada siapa saja yang berpapasan dengannya. Iva seorang Administration Head di salah satu perusahan otomotif di Balikpapan.

Seseorang menghampiri Iva saat dia sedang sibuk dengan kegiatannya di meja kerja miliknya.

"Bu, Pak Aryansah menanyakan untuk pengajuan penambahan biaya pameran, apakah sudah di sampaikan ke bagian finance pusat?" Gadis berambut panjang terikat rapi itu terlihat agak gugup. Iva tersenyum kepadanya.

"Sudah, sudah disetujui finance malah, tapi masih menunggu persetujuan Pak Sym lagi, mungkin hari ini atau besok." Dia berhenti sejenak dan melihat gadis yang masih gugup yang berdiri menghadapnya,

"Nanti saya sampaikan sendiri ke Pak Aryansah, kamu balik kerja aja lagi," sambungnya dan masih dengan senyum di wajah. Iva type atasan yang tegas dan mengayomi anak buah yang berada dalam divisinya. Walaupun ramah, ketegasan yang dia milki membuat karyawan yang lain hormat dan patuh padanya.

--- --- --- ---

Hai Readers...

Mulai tanggal 1 Oktober hingga 30 November 2019 nanti, Insyaa Allah aku akan update Scouring The Past 2 harian yah.

Jangan lupa tinggalkan jejak (Vote dan Koment )

Chuu,

Feralia Kumbri

Scouring The Past (TAMAT - REVISI)Where stories live. Discover now