"Gak mau ah, mau nyusahin lo aja,"

"Lah lo juga nyolot. Terserah dah, udah saran gue kalo gak ada anter nggak usah. Lagian dia yang ngajak dinner malah nggak di jemput kagak danta si fakboi,"

"Iiih! Apaan sih, Kak! Udah sana lo ah, bye!"

Aku mematikan sambungan kesal akan ucapan Kak Ben yang menyebalkan. "Gaffriel bisa gak, ya? Kan gue udah lumayan asik juga sama dia, lagi sensi nggak ya,"

Sambungan terdengar cukup lama, "Ha?" katanya.

Aku mendelik, "Gaffriel cakep... boleh minta tolong nda?"

"Gak, sibuk."

Nah kan berubah, padahal kemarin ia sudah bicara cukup panjang. "Dia mah berubah gitu, kemarin aja lo asik gitu banyak ngomong..."

"Gue lagi hibernasi."

"Oh, ganggu ya,"

"Ada apaan?"

Senyumku mengembang. "Frieeell... besok bisa gak temenin gue? Gue mau dinner dong sama doi,"

"Kok gak di jemput sama dia?"

"Gak tau juga,"

"Bego. Yaudah, jajanin gue,"

"Hah, apaan? Singkat banget ih, maksudnya lo mau gue jajanin?"

"Iya lah,"

"Iya deh,"

Sambungan mati. Bahkan aku belum bilang jam berapa dia harus mengantarku, tapi tidak apa setidaknya Gaffriel mau.

Tok...Tok...

Tok..tok...

BUGH...BUGHH...

Aku menghela kasar sudah sekitar lima menit yang lalu pintu apartemenku di ketuk oleh orang. Dia tidak tau apa aku baru tidur subuh untuk memilih baju? Wah, kurang ajar. Aku berjalan menuju pintu dengan langkah besar dan apa yang kudapati, Gaffriel dengan tatapan santainya. Ia memasuki apartemenku, duduk di ruang tengah tanpa kusuruh, bahkan aku belum menyuruhnya masuk. "Lo ngapain sih?!" tanyaku kesal.

"Anter lo dinner,"

"Ih, ini kan baru jam dua belas!"

"Oh, ya? Yaudah deh gue balik lagi tapi gak ke sini lagi," ujarnya santai dengan cepat kutahan lengannya. "Eh! Iya, yaudah nggak apa,"

Gaffriel kembali terududuk menyalakan TV kali ini. "Gue baru bangun tau, rese banget sih. Lagian kan dinner, makan malam kok lo dateng siang sih, bedon?"

"Di rumah gak ada makan, laper,"

"Lah, gue baru bangun belum masak gak ada bahan makanan juga?"

"Terus? Lo makan baru malem?"

"Ya pesen,"

"Gidah pesen," sahutnya mantap.

Aku melayangkan sebuah pukulan pada Gaffriel, pukulan keras agar dia tahu rasanya dibuat darah tinggi karena omongannya yang asal dan nyelekit terkadang. "Ampun! Ampun!" ringisnya kesakitan.

"Gak ada ampun buat lo!"

"Sak—aduh! Anna, sakit demi..."

Aku memberhentikan pukulanku, "Jadi babu gue hari ini." kataku jelas dan padat.

Gaffriel membulat mata terkejut, "Apaan?"

"Jadi babu,"

"Ogah, kalo mau bales dendam karena dulu jadi babu Cam jangan sama gue,"

Metanoia Where stories live. Discover now