Segeraku pakaikan liptint yang kubawa untuk kutaruh tipis di bibir dan pipiku, setidaknya ada warna cerah di wajahku. Aku keluar dari toilet kampus dengan hati-hati menahan rasa gugupku karena Arden, tapi Tuhan tidak berkehendak padaku. Arden sudah berdiri di depanku dengan senyum disana membuatku menciut malu. "Kok pas liat gue langsung masuk sih, aturan disapa dulu tau,"

Aku menyengir kuda, "Iya, gue kebelet banget tau,"

Arden terkekeh, "Itu mata ngapa dah?" Arden mendekatkan wajahnya padaku dengan tatapan menyelidik. "Hah? Apaan, kenapa?"

"Itu mata lo item-item, lo abis nangis kena maskara?

Segeraku raba area mataku, ini pasti karena tadi aku mencuci mukaku. Bodoh sekali Anna. Hendak ingin berbalik ke toilet Arden menahan lenganku membuatku menatapnya heran. "Udah gak usah, gak kelihatan banget juga di berisihin gini juga bisa." Arden mengusap area mataku menghilangkan noda hitam karna maskaraku, dan aku menatapnya disana. Jarakku dengan wajah Arden tinggal beberapa inci mungkin dia tidak menyadarinya tapi tetap saja aku bisa merasakan napasnya menerpa wajahku, begitupun jantungku yang berdetak.

Arden mengalihkan tatapannya padaku, sadar jarak antara kami yang sangat berdekatan. Arden diam, akupun diam bahkan tangan Arden sudah tidak lagi mengusap dia memegang pipiku. Lama, ini sangat lama Arden mau apa sih? "Yaelah! Pantesan lama orang lagi mau ciuman, cih! Bilang kek gue kira lo jatuh gitu di kamar mandi, Na!"

Arden berbalik cepat begitupun aku yang langsung memandang lurus membuat benturan kecil dahiku dengan dagu Arden. Aku meringis sakit karena wajah Arden yang tirus. Arden kembali menatapku dan mengusap dahiku. "Eh, maaf refleks demi,"

Keera lantas tertawa di sana melihat aku dan Arden yang konyol. "Kacau banget dah lu pada ih!"

Arden tersenyum simpul masih dengan usapan di dahiku. "Sakit tau!" omelku pada Arden.

"Lah, iya maaf hahah, gue refleks gitu," Arden menariku dalam rangkulannya usil sementara aku berusaha lepas dari rangkulan Arden yang menempatkanku ke dalam ketiak Arden. "Kata wangi apa ketek lo!" kataku.

"Ayo, Den ke kantin bayarin gue," ajak Keera disana.

"Kurang ajar."

❤️❤️❤️

"Nih,"

Aku menatap sebuah kartu di lapisi dengan pita berwarna blue baby yang Arden berikan padaku. Aku meraihnya dengan heran dengan tatapan heran pada Arden. "Udah mau sebulan, gue mau ajak lo dinner,"

"Terus? Ini apa?"

"Alamatnya buat besok malam,"

"Gue gak ngerti?"

"Besok kita ketemu di tempatnya, gue nggak jemput lo,"

Aku mengangguk ngerti, "Okay,"

Arden tersenyum girang menatapku, "See you tomorrow, Anna!"

Ia memasuki mobilnya meninggalkanku di parkiran apartemen dengan penuh tanya walau senang Arden mengajakku makan malam bersama. Lantas besok aku pergi sama siapa? Aku berbalik cepat-cepat memasuki apartemen dan menghubungi Kak Ben.

"Apaan? Kagak bisa gue, Na, besok gue mau belanja bulanan lo segala dinner, dinner orang mah mending belanja kan besok sabtu istirahat, udah di transfer juga sama bonyok buat belanja. Lo mau kapan lagi belanja kulkas udah jamuran kagak ada isi pisan makanya gue males ke apart lo hehe,"

Aku mendelik menatap layar ponselku. Kurang ajar Kak Ben. "Rese lo! Udah, udah nggak usah gue minta orang lain aja!"

"Minta si Pel coba dia kan gabut,"

Metanoia Where stories live. Discover now