"Masalah kita itu simpel Van, cuman butuh saling percaya! Tapi Mevan gak pernah percaya sama Anya, sedikit pun engga."

"Dan Mevan tau? Kepercayaan itu ibarat kertas Van, sekali di remas kertas itu gak akan bisa kembali seperti semula."

"Anya udah lelah Van, Anya udah gak bisa ngelanjutin hubungan kita, mencoba memperbaikinya pun Anya gak bisa, semuanya udah selesai Van."

Berbarengan dengan ucapan Vanya air mata Mevan menerobos dari tempatnya, Mevan menangis dengan diam tanpa isakan namun terlihat jelas jika dirinya begitu hancur.

Kini dirinya benar-benar kehilangan Vanya, Vanya melepasnya karna ulah dirinya sendiri.

"Anya udah gak cinta sama Mevan?" ucap pelan Mevan, bahkan terdengar seperti sebuah gumam'an di telinga Vanya.

Vanya menggelengkan kepalanya, tersenyum kecil ke arah Mevan yang terlihat seperti seorang bocah yang menangis karna dimarahi oleh ibunya.

"Anya masih cinta sama Mevan, bahkan Anya selalu cinta sama Mevan tapi Anya gak bisa sama Mevan lagi."

Mevan menundukan kepalanya, membiarkan air matanya terus menerobos membasahi ke dua pipinya, biarkan saja ia terlihat seperti seorang gadis, ia tak peduli.

Yang Mevan tau adalah Vanya memutuskannya, Vanya tak ingin kembali bersamanya, dan ini menyakitkan, sangat sakit dan begitu sesak.

Mevan seperti di tombak tepat di dadanya, menciptakan luka tak kasat mata namun sakitnya amat sangat luar biasa.

"Kita sampai sini aja yah Van, Anya gak bisa nyoba buat memperbaikinya lagi ... terima kasih atas semuanya, terimakasih untuk cerita yang sempat terjadi, untuk waktu yang berharga, untuk sesuatu hal yang baru, untuk sebuah tawa yang tak pernah habis, untuk penyemangat dikala hari buruk datang." Vanya mengenggam tangan Mevan saat tubuh pria itu bergetar hebat.

"Jangan nangis Mevan," pinta Vanya dengan lirih.

"Gimana Mevan gak nangis, Mevan udah kehilangan Anya," ucap Mevan dengan suara gemetar, suaranya terlihat begitu nyata jika dirinya merasa hancur.

Vanya memeluk Mevan, mengusap punggung Mevan untuk membuat pria di sampingnya itu tenang.

"Mevan gak kehilangan Anya, sama sekali engga Van," ujar Vanya yang masih menenangkan Mevan yang menahan diri agar tidak terisak.

"Mevan rasa ini belum saatnya berakhir Anya, kita masih bisa memperbaiki hubungan kita, saling meminta maaf jika ada salah, dan jangan pernah mengulangi kesalahan yang sama, itu adil 'kan Anya?" Vanya menggelengkan kepalanya setelah mendengar apa yang di ucapkan oleh Mevan.

Bukannya tadi ia sudah mengatakan jika ia sudah tak bisa memperbaiki hubungan itu? Dirinya terlalu takut untuk kembali merasa terluka karna tidak pernah di percayai sama sekali.

Lagian ... yang di paksakan bukannya tidak akan berakhir baik? Kini tujuannya dan Mevan sudah tak bisa sama lagi meski masih satu arah.

"Maaf Mevan ..."

Mevan membalas pelukan Vanya dengan begitu erat, seolah ia memberi tahu pada Vanya jika dirinya begitu enggan untuk mengakhiri semua ini.

"Kita hanya di pisahkan dalam status, tapi kita masih bisa bersama seperti dulu sebagai sahabat, kembali menjadi sahabat tanpa melibatkan perasaan," Vanya melepaskan pelukannya, menyeka air mata Mevan yang semakin deras dengan ke dua ibu jarinya, mengusap pelan pipi Mevan yang sedikit memerah.

"Anya tau kita masih sama-sama cinta, dan takut kehilangan, karna itu Anya pengen kita kembali kaya dulu lagi, menjadi sahabat, dekat sebagai sahabat, perhatian sebagai sahabat dan sayang sebagai sahabat."

"Jangan sedih, kita masih bisa berbicara seperti hari-hari biasanya, menghabiskan waktu bersama seperti biasanya, namun bukan karna kita sepasang kekasih, melainkan sebagai sepasang sahabat. owh iya! jangan lupain Rega juga."

Ke dua tangan Mevan terangkat, menggenggam erat ke dua tangan Vanya yang masih menangkub pipinya.

"Apa kita harus berakhir?" tanya Mevan dengan pelan, dirinya masih tidak percaya jika hubungannya dan Vanya telah selesai.

Vanya mengangguk dengan seulas senyum kecil yang diberikan pada Mevan.

"Anya udah lelah Van, Anya udah gak mau sakit hati bahkan kecewa lagi, lebih baik kita kembali sebagai sahabat dari pada menjadi mantan 'kan?"

"Kita emang udah selesai, tapi Anya gak mau ngucapin kata putus, dan itu bukan berarti kita masih sepasang kekasih, bukan Van, Anya cuman mau kita balik kaya dulu lagi aja, sebagai sahabat."

"Dan angap aja kisah kita kemarin adalah hadiah dalam persahabatan kita, Anya bahagia pernah menjalin kisah sama Mevan, merasa amat senang dengan sikap manis dan romantis Mevan ke Anya meski endingnya perpisahan yang menjadi akhir dari kisah kita."

"Tenang aja Van, anya gak benci sama Mevan, bahkan Anya gak pernah nyesel pernah menjalin kisah sama Mevan, kejadian kemarin itu adalah pelajaran untuk kita agar mementingkan sebuah kepercayaan, bukan sebuah ego yang berujung akhir."

"Anya ..."

"Kita balik jadi sahabat lagi yah? Kita mulai dari awal dengan akhir yang berbeda, dan tanpa melibatkan perasaan tentunya, mau?" Vanya menatap lekat-lekat sorot mata Mevan yang masih terlihat jelas jika dirinya masih diinginkan oleh Mevan.

Dengan berat hati Mevan mengangguk, mengiyakan permintaan Vanya yang begitu sulit untuk ia lakukan. Kembali menjadi sahabat berarti ia harus mematikan perasaanya pada Vanya.

Tidak! Ia tak akan pernah mematikan perasaanya itu. Ia akan terus mencintai untuk terakhir kalinya, dengan seseorang yang amat ia cintai, dan orang itu adalah Vanya—Semoga.

Vanya kembali membawa Mevan ke dalam pelukannya saat mata pria itu kembali berkaca-kaca.

Mulai detik ini perjuangan Vanya dan Mevan telah selesai.
Mulai detik ini Vanya dan Mevan tidak akan berharap lagi.
Mereka tidak akan mengeluh lagi.
Mereka tidak akan saling marah dan egois lagi.
Mereka tidak akan selalu merasa cemburu lagi.
Dan mereka tidak akan saling menuntun lagi.

Ini bukan sebuah takdir, ini memang kenyataan, dan bukan pula sebuah mimpi, melainkan benar-benar perpisahan, benar-benar selesai. Sampai kapanpun mereka tidak akan satu tujuan, hanya percuma dan sia-sia.

Terimakasih, I will never forget you.

Akhir, akhirnya kita benar-benar selesai, sudah tidak ada lagi kita, yang ada aku dan kamu disaat aku masih mencintaimu.- Mevan Nakamura.

Ucapan selamat tinggal yang akan Aku ucapkan tidak jadi aku ucapkan, tapi aku akan mrngucapkan terima kasih dan aku mencintaimu.- Vanya Daviandra.

End...














Terima kasih dan sampai jumpa di cerita-cerita berikutnya:)
Terima kasih karna tetap setia menunggu kelanjutan VanVan:)
Mohon maaf jika endingnya tidak sama sepeti yang kalian harapkan:)
Sskali lagi maaf dan terimakasih

See you di cerita yang lain💜.


𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang