34.

9.2K 485 2
                                    

"Gua nyakitin Anya, gua bikin Anya terluka, gua kasar sama Anya," Mevan terus saja mengucapkan kalimat itu tanpa henti.

Rega yang tengah mengobati kepala tangan Mevan pun dengan sengaja menekan kapas oada luka.

"Aww! Bang-"

"Lo yang Bangsat tolol! Gua udah nyuruh lo buat nyatain perasaan lo ke Vanya! tapi lo malah keras kepala dan malah ngelakuin drama tolol ini! Endingnya malah kaya gini kan? Tolol sih lo mah anjing!" kesal Rega yang benar-benar emosi pada Mevan, tapi ke dua tangannya tak henti menutupi luka Mevan dengan perban.

"Makanya kalo tolol jangan sampe ke tulang sumsum! jadi gini kan Nyet."

"Niat bikin Vanya sadar sama perasaan lo eh malah berakhir bikin Vanya benci sama lo Haha hakan ku sia bangsat!" emosi Rega benar-benar telah meluap, ucapan kotor Rega benar-benar menghujani Mevan dengan kenyataan yang membuatnya begitu merasa menyesal.

Rega yang masih terus berkoar pun tidak ia dengarkan, ia terlalu larut dalam penyesalan yang ia buat sendiri.

Vanya tidak salah, tapi mengapa ia harus sejahat ini pada Vanya?.

Brak.

"Bajeng!" Rega yang tengah duduk manis di samping Mevan pun harus menerima nasib saat dengan tidak tahu dirinya Mevan bangun dari duduknya.

"Ngajakan tauran yeh budak! Die sia mun teu wani!" kata Rega sambil berdiri dari duduknya.

"Gua harus ke rumah Vanya Ga!"

"Ngapaun bego?! Mau minta sumbangan?" tanya Rega yang di berikan pelototan oleh Mevan.

"Untuk saat ini jangan dulu Van, Vanya butuh waktu sendiri untuk menerima ketololan lo," kata Rega dengan santainya.

"Mending ikut gua ngopi di warkop yuk, tar gua ceritain gimana pengecutnya elo buat ngasih tau Vanya tentang perasaan lo," ucap Rega dengan santai, menarik Mevan dengan tidak berperasaan.

***

Vanya bangun dari tidurnya, menatap kesekelilingnya yang begitu gelap. Vanya beranjak dari kasur, menyalakan lampu kamar yang membuat ia bisa melihat jelas dirinya dari pantulan cermin.

Vanya tersenyun kecut pada pantulan dirinya sendiri, dirinya di pantulan cermin itu benar-benar begitu menyedihkan, penampilan yang begitu kacau dengan ke dua mata yang terlihat sembab.

"Anya!" suara Nadin membuat Vanya tersadar dari tatapan miris pada dirinya sendiri.

"Udah baikan?" tanya Nadin sambil merapihkan rambut Vanya.

Vanya mengangguk pelan.

"Di bawah ada Rega, katanya mau ajak kamu jalan-jalan, mandi dulu gih, biar tubuh kamu segeran," kata Nadin yang kembali di beri anggukan pelan oleh Vanya.

Nadin tersenyum kecil, mengusap pipi Vanya pelan kemudian berlalu pergi

Vanya masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang begitu berantakan, mungkin berendam di air dingin sebentar akan membuat tubuh, pikiran serta hatinya sedikit merasa tenang.

Setelah selesai berendam dan telah rapih dengan piama tidurnya Vanya pun berlalu untuk menemui Rega yang mungkin tengah menunggunya lumayan lama.

Sesampainya di bawah Vanya melihat Rega yang tengah sibuk menonton acara televisi.

"Ga!" panggil Vanya pelan sambil mendekat pada Rega.

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang