59.

6.2K 289 10
                                    

Hari ini Vanya membolos, ia tidak datang ke sekolah sejak pagi, melainkan pergi ke pantai untuk kembali menenagkan hati dan pikirannya.

Berdiri di pinggir pantai dengan sorot mata menatap lurus ke tengah pantai sudah Vanya lakukan selama satu jam.

Cara vanya yang untuk menenagkan diri dengan menatap laut berlama-lama mungkin cara terbaik untuknya. tapi tetap saja, cara itu bukan untuk menyembuhkan luka, hanya melupakan luka.

Ingat. hanya lupa, bukan menyembuhkan.

Angin pantai membuat rambut Vanya sedikit berantakan, namun Vanya masih setia berdiri di tempatnya. Merasakam rasa dingin pada wajahnya akibat angin.

Hatinya sudah mulai sedikit tenang, dan ia sudah tau apa yang harus ia lakukan setelah ini. Tiga hari menganggap Mevan sebatas angin lalu mungkin cukup, ia tak mau terlalu lama mendiami Mevan, takut caranya itu salah dan malah membuat Mevan terlepas darinya.

"Anya..."

Panggilan itu menyadarkan Vanya dari dunianya sendiri, Vanya berbalik, menatap orang yang tengah menatapnya dengan sorot mata kesedihan.

Apa semenyedihkan itu di diami oleh dirinya? Sedangkan disini yang harusnya menyedihkan itu dirinya, orang yang kembali di kecewakan oleh orang yang dulu pernah berjanji. Namun itu hanya sebuah kalimat penenang, bukan benar-benar kalimat yang memang akan berkahir seperti yang di ucapkan itu.

"Gua minta maaf yah." katanya.

"Gua yang minta maaf Nya, bukan elo."

"Tapi setelah gua pikir-pikir, disini gua juga salah. Cara yang gua lakuin tiga hari ini salah, itu bukan untuk membuat lo sadar, tapi malah membuat lo terlepas dari gua," ujar Vanya.

"Gua gak akan terlepas, hati gua udah di gengam erat oleh lo nya," balas Mevan dengan suara tenang.

Dari dulu gua gua udah berusaha keras buat gengam hati lo seerat yang gua bisa, tapi akhir-akhir ini lo seolah memaksa gua buat memperlongar gengaman gua, dan jika semakin lama gengamannya semakin longar, hati lo bukan gua lagi yang gengam Van, udah bukan gua lagi.- Batin Vanya, merasa tak rela jika suatu saat nanti itu terjadi.

"Mari memperbaiki, jangan malah saling diam dan berakhir melepas," pinta Mevan dengan penuh permohonan.

Membawa Vanya kedalam pelukannya setelah Vanya mengangguk pelan, membawa Vanya ke dalam pelulannya yang selama tiga hari ini ia rindukan.

Untuk hati, terima kasih sudah mau kembali memaafkan dan kembali memaklumi, untuk diri, terima kasih telah mau berusaha, jangan dulu patah dan menyerah sebelum semua berbunga. - batin Vanya, membalas pelukan Mevan dengan erat.

Kini dirinya harus kembali bersikap biasa saja ketika keaadaan masih belum baik-baik saia, sebisa mungkin Vanya akan memaklumi kedekatan Mevan dengan gadis lain agar hubungannya dan Mevan tidak kandas.

Vanya akan bersikap dewasa, sedikit membesakan Mevan. Meski Vanya tidak akan bisa menahan diri ketika merasa cemburu, tetap saja ia akan berusaha agar tidak salah salah memilih.

***

"Liat lo kalah satu langkah dari gua," sindiran dari arah belakang sama sekali tidak membuat Vanya kesal, ia hanya tersenyum sinis dan terus memainkan ponselnya.

"Gak lama lagi Mevan akan jadi milik gua, lo bakal kehilangan Mevan," katanya dengan rasa percaya diri.

Vanya meletakan ponselnya di atas meja, menatap orang yang duduk di hadapannya dengan tatapan biasa saja.

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Where stories live. Discover now