36.

8.9K 474 34
                                    

"Mau sampai kapan ngehindar dari Mevan Nya? Kasian Mevan tau," kata Renata dengan pandangan fokus pada buku di hadapannya.

Vanya mendongkak, ia terkejut dengan kehadiran Renata yang tidak ia ketahui.

"Sejak kapan Ren di sini?" tanya Vanya.

Pandangan Renata teralih dari buku pada Vanya.

"Mevan suka yah sama lo?" tanya Renata tanpa menjawab pertanyaan Vanya barusan.

"Tau dari mana?" Vanya balik bertanya.

Renata menutu buku yang tadi sempat ia baca, ke dua tangannya menyila di atas meja dengan pandangan lurus pada Vanya.

"Mevan yang bilang ke gua," Renata tersenyum getir dengan menatap ke atas atap. "Dia nolak gua dengan alasan dia suka ke lo," lanjut Renata dengan kembali menatap Vanya.

"Gua beneran cinta sama Mevan Nya," aku Renata dengan raut wajah seperti memohon.

"Kali ini apa yang harus gua bantu Ren?" tanya Vanya dengan nada terdengar tak suka.

"Tolak Mevan kalo dia nembak lo dan bantuin gua buat jadian sama Mevan, gua mohon Nya," kata Renata dengan terus menatap Vanya dengan tatapan memohon.

"Perasaan gak bisa di paksa Ren, kalo Mevan gak suka lo yah susah," jelas Vanya dengan helaan nafas.

"Tapi setidaknya bantuin gua Nya, siapa tau kalo lo yang bertindak Mevan bakal ada sedikit perasaan ke gua," kata Renata.

"Gua gak janji Ren," ucap Vanya sambil membereskan buku-bukunya.

"Gua duluan," pamit Vanya yang langsung berlalu dengan langkah sedikit cepat.

Mana bisa ia membantu Renata? Sedangkan dirinya saja tengah jatuh cinta pada Mevan.

"Anya!"

Suara orang yang memanggil Vanya itu sangat Vanya kenali, tanpa di minta ke dua kaki Vanya berhenti melangkah, bahkan saat Vanya ingin kembali melangkah pun untuk menghindar dari pria yang memangginya itu terasa begitu sulit, kalinya seperti terkena lem.

"Kasih gua waktu buat ngobrol berdua sama lo Nya, gua begitu bersalah dan gua rindu," kata Mevan, orang yang memanggil Vanya dan kini sudah berada di hadapan Vanya.

Bukannya menjawab, Vanya malah menundukan kepalanya.

"Jangan takut gua, gua mohon Nya... gua gak akan kasar sama lo lagi kok, gua mohon..." suara Mevan terdengar begitu jelas jika ia merasa tersiksa dengan Vanya takut padannya.

Dengan meyakini diri, Vanya akhirnya mengangguk, mengiyakan ajakan Mevan yang memintanya untuk mengobrol berdua.

"Ini udah tiga hari lo ngejauh dari gua, bahkan natap gua pun lo enggan Nya... dengan lo takut ke gua itu begitu bikin gua tersika Nya... gua ngerasa jadi monster," jelas Mevan setelah sampai di atas rooftop, pandangannya tak lepas dari Vanya yang terus saja menunduk.

"Apa sebegitu takutnya lo sama gua nya? Hingga natap gua pun lo enggan," suara Mevan kembali terdengar tersiksa.

Dengan perlahan Vanya mendongkak, berusaha tidak takut untuk menatap Mevan. Dan sialnya saat pandangan Vanya dan Mevan bertemu Vanya begitu melihat jelas jika Mevan tersiksa dan begitu terpuruk.

"Maafin gua jika gua udah nyakitin lo, karna gua sadar kalo gua adalah orang yang bodoh. Yang gak bisa ngehargai seseorang yang udah mulai sayang sama gua," tatapan Mevan tak lepas dari menatap Vanya yang juga tengah menatapnya dengan diam, Mevan sadar jika Vanya masih takut padanya, tapi ia sedikit merasa lega karna Vanya mau menatapnya seperti ini.

"Iya gua tau... kalo gua bodoh dan erogan! Gua cuman mikirin kesenangan gua sendiri tanpa inget lo. hingga berakhir lo angkat bicara kalo lo mulai gak percaya sama gua, lo mulai ragu sama perasaan lo sama gua. Anya... " dengan perlahan Mevan menyimpan buku-buku di tangan Vanya pada pembatas rooftop dan mulai mengenggam ke dua Vanya dengan hati-hati. "jangan melangkah untuk mencari penganti Nya... gua mohon," lanjut Mevan dengan penuh permohonan.

"Untuk apa gua nyari penganti, kalo hati gua aja sekarang lagi tertuju ke lo Van?" tanya Vanya dengan suara terdengar biasa saja.

Mevan menatap Vanya dengan tatapan terkejut.

Vanya tersenyum kecil, "lo tau? Gua terlalu berani buat nyatain perasaan gua ke lo Van, engga kaya lo yang bener-bener pengecut!" jelas Vanya yang malah membuat Mevan menunduk malu.

"Inget Van, sedetik aja lo telat, lo bakal kehilangan orang yang lo cintai. Yah... berhubung saat ini kagak ada orang yang suka ke gua selain lo jadi lo gak perlu khawatir, lo gak telat Van, lo masih punya kesempatan," ujar Vanya yang membuat Mevan kembali menatap Vanya.

"Apa lo maafin gua Nya?" tanya Mevan.

"Gua terlalu cinta sama lo Van, mana mungkin gua terus-terusan ngehindar dari lo," ujar Vanya yang sukses membuat raut wajah Mevan terlihat begitu bahagia.

"Maaf Nya gua terlalu pengecut buat ngungkapin perasaan gua ke lo, gua takut cuman gua doang yang punya perasaan, sedangkan elo engga."

"Dasar Mevan bodoh! kalo pun gua gak punya perasaan ke lo kan lo bisa bantu gua buat punya perasaan ke lo, kita udah di jodohin dan lo bisa cari cara buat bikin gua suka balik ke lo!"

"Jangan jadi pengecut lagi untuk ke dua kalinya Van, kesempatan gak dateng untuk ke tiga kalinya."

"Iya Nya... maafin gua, gua gak akan sepengecut kemaren lagi."

"Sahabat?" tanya Vanya dengan mengulurkan tangannya.

"Pacar!" jawab Mevan sambil memeluk Vanya dengan penuh bahagia.

"Ihhh... apaan sih! Pacar-pacar, muka lo berubah bentuk! gua mau pdkt dulu! gak mau langsung pacaran," kata Vanya setelah menjauhkan tubuhnya dari Mevan.

"Lah?" Mevan menatap Vanya binggung.

"Gua mau pdkt dulu kaya yang lain, gak mau langsung pacaran Mevan!" gemas Vanya.

"Tapi kita kan udah deket Nya, malahan dari orok kan?"

"Bodo amat! gua keukeh mau pdkt dulu!"

"Yaudah iya-iya, kita pdkt dulu, baru pacaran," pasrah Mevan dengan nada sebal, namun tidak dengan perasaannya yang begitu amat bahagia.

"Jangan bersikap bodo amat yah Nya kalo gua lagi deket sama cewek, termasuk Renata, gua pengen lo kaya cewek-cewek yang lain, ngerasa cemburu kalo cowoknya lagi sama cewek lain," jelas Mevan yang di angguki oleh Vanya.

"Dan jangan deket-deket sama Andra! gua gak suka," kata Mevan dengan nada berubah kesal.

"Andra kan temen Anya," kata Vanya dengan gaya bicara yang berubah.

"Mau temen kek, mau sodara kek, mantan kek apa kek, kalo gua gak suka yah tetep gak suka, jadi jangan deket-deket sama Andra bisa?"

"Iya... Anya gak akan deket-deket sama Andra, itu juga kalo gak lupa," kata Vanya yang langsung lari meninggalkan Mevan sambil tertawa.

Mevan menghela nafas, mengambil kembali buku Vanya di pembatas roofrop, kemudian berlari menyusul Vanya.

"Permainan akan segera di mulai sayang," ucap wanita yang tengah keluar dari tempat persembunyian.

"Gua benci mereka kaya gini! Gua pengen bahagia lagi kaya kemaren saat mereka berjauhan!" kata pria yang tengah mengepalkan ke dua tangannya erat.

"Ais... tenang sayang, kita kan baik jadi kita kasih mereka waktu buat bahagia dulu, baru kita buat mereka sama-sama terpuruk lagi, dan saat itu tiba kita akan mendapatkan mereka berdua," jelas wanita itu dengan tatapan penuh kelicikan.

"Gadis pintar," ujar pria itu sambil mengacak gemas puncak kepala wanita di sampingnya.

***

Tbc💜

Jangan lupa vote dan komennya:)
See you next time
Tiaraatika4..

𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum